Another Now

32

Ai

Sudah seminggu berlalu, dan hubunganku dengan Hans semakin membaik.

Awalnya dia hanya merasa bertanggung jawab ketika aku drop karena kelelahan mengurus acara festival. Kesibukanku, surprise ulang tahun, dan segala euphoria itu membuatku lupa dengan kondisi kesehatanku sendiri. Pada akhirnya, aku tidak bisa mengikuti closing party dan harus istirahat di rumah selama dua hari penuh.

Seminggu ini, Hans jadi sering mengantar-jemputku. Awalnya aku menolak dengan alasan tidak ingin merepotkannya. Namun dia memaksa, dan tidak ada orang yang berani melawan perintahnya, termasuk aku. Alhasil dengan perubahan sikapnya dan kedekatan kami yang tiba – tiba ini, muncullah kembali rumor – rumor yang dulu sempat redup. Semua orang, bahkan Nada sendiripun menjadi gelagapan ketika melihatku dengan Hans.

Kami sering keluar bersama, dan ia beberapa kali mengajakku makan siang. Kami mengobrol soal pekerjaan seakan – akan tidak pernah ada sesuatu yang terjadi. Aku menemukan diriku merasa nyaman saat berada disampingnya. Seolah kami kembali menemukan persahabatan yang telah lama hilang.

Aku sempat bertanya dengan diriku sendiri, apa aku memang menyukai Hans lebih dari sekedar teman lama. Malam selepas acara festival berakhir, Hans mengantarku ke rumah sebelum crew lain pulang. Ia terlihat sangat khawatir, meski sudah berkali – kali kukatakan bahwa aku hanya kelelahan. Ia rela pergi ke apotek terdekat dan membeli perban untuk lecet di kakiku. Aku melihat sisi Hans yang berbeda, kepeduliannya dan rasa tanggung jawab. Hanya saja, jika hatiku bisa menjawab saat itu juga, aku ingin tahu sebetulnya rasa apa yang kumiliki untuknya?

Apa aku hanya ingin kembali bersahabat dengannya? Atau dia menjadi bingung dengan perasaannya sendiri karena kami berdua sama – sama kesepian? Mungkinkah aku menjadi pelarian untuknya karena Cecilia?

Semua itu masih belum bisa terjawab karena aku dan Hans kerap berpura – pura dan hanya menginginkan agar hubungan kami tetap seperti ini. Ia tidak pernah lagi menyinggung nama Cecilia, atau membuatku menjauh dengan perlakuannya yang tiba – tiba. Tidak pernah ada ajakan date di restoran mewah. Tidak pernah ada pertanyaan yang tak ingin kudengar darinya.

Things just simply back to the way it used to be, the difference is everything's got better.

Hari ini aku hanya melakukan pekerjaan membosankan terkait administrasi. Menulis surat, merevisi dokumen untuk diberikan kepada atasan. Selepas acara festival, nama serendipity semakin banyak didengar. Orang – orang mulai ingin tahu terkait perusahaan kami. Produk seni, majalah, bahkan merchandise hasil kerjasama dengan Temaram Senja mulai banyak menuai permintaan. Namun, aku yang seharusnya menjadi luar biasa sibuk dengan perkembangan itu tidak diizinkan melakukan pekerjaan yang berat - berat. Aku dan Nada kerap kali bertukar job, jika ada sesuatu yang mengharuskan aku keluar kantor, Nada dengan senang hati melakukannya. Aku tidak tahu apakah ini pertanda bahwa Nada akan naik jabatan, atau sebatas formalitas mengingat kondisi tubuhku yang belum sepenuhnya sembuh. But either way, I feel great.

Bicara soal rumorku dengan Hans, aku yakin semua orang mengerti hubungan kami lebih dari sekedar rekan kerja. Awalnya aku tidak nyaman dengan perlakuan khusus dari Hans yang membuatku terlihat mencolok. Seperti larangan untuk keluar kantor, tumpukan dokumen yang hanya boleh dikerjakan Nada, atau sekotak donat yang ditinggalkan di atas mejaku dengan namanya. Tapi, orang – orang tidak banyak berkomentar dan malah beralih mendukung kami berdua. Situasi ini sangat berbeda dengan kejadian yang dulu juga pernah terjadi antaraku dan Arras.

Arras. Seketika aku teringat anak itu. Dia dan beberapa anak intern lainnya sedang dalam masa pelatihan mengingat masa magang sebentar lagi selesai. Aku belum sempat bertemu dengannya lagi sejak acara festival itu. Terakhir kali, aku hanya melihatnya berdiri diantara segerombol crew ketika kami merayakan ulangtahunku. Selebihnya, hubunganku dengannya merenggang selepas pengakuan itu.