Ini cerpen,cuman iseng-iseng aja,lagi ngelamun eh dapat ide, tapi gak bakalan lama udah end:D ..
Awas ada typo.Happy Reading....
****
Pagi ini Hujan kembali turun, membuat siapa pun yang hendak keluar mengurungkan niatnya dan memilih bermalas-malasan didalam rumah mereka yang hangat. Namun tidak untuk gadis manis yang sejak tadi sudah sibuk dengan kopernya. sibuk mengisinya dengan beberapa pakaian, begitu seterusnya hingga dia rasa cukup.
sedangkan di pinggir tempat tidur duduk seorang gadis cantik dengan iris mata kecoklatan, rambutnya yang lurus panjang membuat wajahnya sempurna. dengan postur tubuh yang lumayan tinggi dan kulitnya yang seputih susu membuat setiap pria yang melihatnya merasa kagum akan kecantikan alami yang dimilikinya."kamu yakin gak mau ikut" Tanya Nina
"Nin, biar aku disini saja? akhir tahun ini sepertinya aku gak ngambil cuti. lagi pula aku gak mau merepotkanmu disana" Ujar Yuki
"Aish, kamu ini seperti baru mengenalku seminggu dua minggu saja. kalaupun kamu merepotkan, aku akan dengan senang hati direpotkan olehmu? Sudahlah, lebih baik kamu ikut aku saja ke Paris. Daripada kamu sendirian disini" bujuk Nina. namun Yuki hanya tersenyum menenangkan
"aku akan baik-baik saja disini? Lagi pula aku sudah terbiasa sendiri, sebelum bertemu denganmu aku kan hidup sendiri disini" Nina menghela nafas mendengar penuturan sahabatnya itu
"kamu itu memang keras kepala Yuki Kato?? Baiklah... kamu jaga diri baik-baik di sini, jangan membawa masuk orang asing. Jika ada yang bertamu dan kamu tidak mengenalnya, lebih baik tidak usah kamu bukakan pintunya. pura-pura saja tidak ada orang, dan jangan mudah percaya pada orang lain. pulang kerja kamu harus segera pulang, kalau perlu kamu minta jemput saja dengan Maxime atau Adi itu jika kamu pulang malam. jangan..." Ucapannya yang panjang lebar itu terputus karena Yuki segera membekap mulutnya
"kamu itu terlalu berlebihan mengkhawatirkanku. aku seperti anak umur sembilan tahun yang sedang dijaga oleh seorang kaka cerewet" Nina hanya mencibir seraya mendelik ke arah sahabatnya itu
"bukan maksudku begitu, kamu itu terlewat polos. kamu ingat, kamu hampir di tipu dua kali oleh pria brengsek macam Eza. jika saat itu Maxime tidak menemukanmu aku tidak tau apa yang akan dibuat si brengsek itu padamu? Astaga... mengingatnya saja membuatku geram" Ucap Nina berapi-api
"iya iya..aku akan mengikuti semua kata-katamu? Puas?" Ucap Yuki akhirnya
Nina mengambil jaket birunya yang tergantung di belakang pintu kamarnya, dan membungkus tubuhnya yang sudah tebungkus baju tebal? Dua gadis itu kini menarik koper yang tidak terlalu besar menuju pintu apartemen mereka
"ingat pesanku, jaga dirimu dengan baik" Ucap Nina lagi di depan pintu apartemen
"kamu sudah mengatakan itu berulang kali Nina" Yuki mencubit gemas pipi Nina
"baiklah kalau begitu, aku pergi" Baru saja Nina akan melangkahkan kakinya, pintu apartemen di samping mereka terbuka. tiga pria yang akhir-akhir ini sedang di gilai para gadis muncul dari balik pintu apartemen mereka
"kamu sudah mau berangkat Nin" Tanya Pria yang berlesung pipi itu
Mereka adalah Maxime, Adi dan Verrel ,mereka bertiga adalah kaka ber'adik,pemilik apartemen yang Yuki tempati,disaat semua gadis ingin dekat mereka,tapi mereka tak mengijinkannya. entah apa namanya, keberuntungan mungkin. Ketidak sengajaan membuat Yuki dan Nina menjadi tetangga mereka. Kedekatan mereka pun bisa di katakan akrab
Nina tersenyum ke arah Maxime dan mengangguk. "Max, aku titip Yuki iya"
"Nin, kamu pikir aku ini barang bisa di titip-titipkan seperti itu" Yuki tampak protes. Namun Nina tidak mempedulikan protesannya, Yuki menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil mencibir kesal
"serahkan saja pada kami, kalau si brengsek Eza itu berani datang kesini aku tidak akan segan-segan menendangnya sampai ke hutan ujung dunia" Ucap Maxime percaya diri. semua pun terkekeh mendengarnya
"kamu memang selalu bisa ku andalkan" ucap Nina mengacungkan jempolnya
"kenapa hanya Maxime? begini-begini aku juga bisa diandalkan" ujar Adi ikut angkat bicara. Yuki dan Nina hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum kecil melihat tingkah Adi
"iya.. aku mengandalkan kalian semua" Kata Nina akhirnya. "kalau begitu aku pergi dulu" pamitnya kemudian melangkah menuju lift
Yuki beralih menatap ketiga Pria yang masih berdiri di dekatnya, saat Nina sudah menghilang di balik pintu lift
kalian mau pergi" tanya Yuki
"iya, sepertinya kami pulang agak telat hari ini? jika ada apa-apa, kamu telepon aku saja atau yang lainnya ya" Ucap Maxime
"Issh... Max, kamu ingin seperti Nina, huh? aku kan bukan anak kecil yang harus di jaga 24jam" Yuki merengut kesal
"kamu memang bukan lagi anak kecil nona, tapi kepolosanmu itu melebihi anak berumur sepuluh tahun" Ucap Verrel menimpali. dan itu sukses membuat wajah Yuki semakin kesal
"kamu itu terlalu mudah percaya pada orang lain nona, sudah ku bilang ikuti saja kata-kataku ? kamu pacaran dengan Stefan atau dengan Maxime ku jamin hidupmu akan tenang dan damai nona" lanjut Verrel
"kalau aku tenang dan damai, itu tandanya aku mati bodoh" ucap Yuki yang sukses membuat para Pria itu meledakan tawanya. "Sudah, berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak"
"kamu payah, apa kurangnya Stefan. Dia tampan, kaya, populer? kenapa kamu tidak menyukainya? aku bersedia jadi pakcomblangnya" ujar Verrel membuat Yuki semakin geram ingin mencekiknya
"Verrel... kalau kamu tidak segera menutup mulutmu, sendal ini tidak akan segan-segan mendarat di kepalamu" ucap Yuki yang bersiap membuka sendalnya. Verrel segera mengambil ancang-ancang untuk berlari.. namun Verrel berlari menuruni tangga darurat untuk menghindari lemparan sandal yang mungkin akan mengenai wajah tampannya
"Verrellll, jangan lari kamu" teriak Yuki
"Nona, ingin ku salamkan dengan stefan tidak" Verrel kembali berteriak saat dia sudah menuruni satu lantai
"Verreeeeeellllll" Yuki berteriak kesal. namun Verrel malah tertawa geli dan kembali berlari menuruni tangga
"lihat kan? Betapa bodohnya dia, ada lift malah menggunakan tangga darurat" ucap Yuki terengah-engah berjalan ke arah Maxime dan Adi
"Adi berhentilah tertawa, tidak ada yang lucu""astagaa, kalian berdua sangat lucu. kadang seperti adik kakak yang akur, kadang seperti Tom and Jerry" Adi menutup mulutnya menahan tawa agar tawanya tidak meledak, sehingga membuat kegaduhan di sekitarnya. jangankan tertawa, bicara saja suaranya sudah cukup membuat berisik
"dia benar-benar terobsesi menjadi pakcomblang cintamu Yuk" ucap Adi sudah tidak bisa menyembunyikan tawanya
"udah gak usah dipikirin, Verrel memang senang menggodamu" Maxime tersenyum. "kalau begitu kami pergi dulu"
"iya, hati-hati dijalan" Yuki masih cemberut. tapi dia tetap melambaikan tangannya pada kedua Pria itu
Mereka pun ikut menghilang di balik pintu lift seperti Nina sebelumnya. senyuman masih tertinggal dalam wajah tampan mereka. Yuki kembali masuk kedalam apartemennya, langsung saja dia menyandarkan punggungnya pada pintu yang sudah tertutup. Yuki memegang dadanya, mengatur detak jantungnya yang agak tidak beraturan
Stefan. satu nama itu selalu sukses membuat darahnya berdesir, dan membuat kerja jantungnya menjadi dua kali lipat lebih cepat. Pria itu memang tidak kurang apapun, tapi dialah yang kurang? Stefan terlalu sempurna untuknya. dia tidak mungkin mencintainya. Pikir gadis itu
Selama ini, Yuki memang menyimpan perasaan untuk Stefan tanpa di ketahui siapa pun. bahkan Nina sekali pun! dia selalu merasa tidak pernah pantas untuk berharap Stefan mempunyai perasaan yang sama sepertinya dan selalu berfikir Stefan tidak akan mungkin menyukai gadis biasa seperti dirinya.
jadilah selama ini Yuki hanya menyimpan perasaannya tanpa mengharapkan balasan apapun dari Pria itu?? Buatnya, asalkan bisa dekat dan bisa terus melihatnya itu semua sudah cukup baginya. Dia cukup sadar diri untuk tidak berharap lebih.
