Part 7

471 56 9
                                    

Ini cerpen,cuman iseng-iseng aja,lagi ngelamun eh dapat ide, tapi gak bakalan lama udah end:D ..
Awas ada typo.

Happy Reading....

****

Semakin hari berita kedekatan Stefan dengan Ariel semakin panas. Media semakin sering mendapatkan kebersamaan mereka yang selalu berakhir menjadi gambar-gambar yang akan tersebar di internet dan para netizen pun semakin sering membicarakan kedekatan mereka

Yuki berusaha mengacuhkan semuanya. berpura-pura tidak tau apa-apa. Bahkan dia yang selalu berlangganan majalah tiap minggunya, kini sudah di hentikan kegiatannya itu. Internet sudah jarang lagi dia gunakan kecuali untuk hal yang sangat mendesak, seperti mencari bahan-bahan untuk tugasnya dan televisi layar datar yang bertengger di ruang tamunya, kini semakin terlihat tidak ada kegunaannya. karena setiap dia menyalakannya, yang muncul lagi-lagi gossip tentang kedekatan Stefan dan Ariel. Sejujurnya Yuki sudah tidak sanggup dengan semua itu. Rasa sakit terus-terusan menguasai hatinya tiap kali berita kedekatan mereka tertangkap oleh telinga atau matanya. Tapi lagi-lagi, dia terpaksa harus menelan bulat-bulat rasa sakit itu saat kata-kata Stefan tempo hari kembali dia ingat. Dia harus bertahan dengan kesabaran. Entah sampai kapan. Dia memang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi bagaimana pun keadaannya sekarang. Dia akan selalu percaya pada Stefan. Karena saat ini hanya itu yang dia punya untuk mempertahankan cintanya, kepercayaannya untuk Stefan dan berharap pria itu tidak pernah mengkhianati kepercayaan yang telah gadis itu bangun untuknya

Nina menghela nafasnya saat melihat Yuki yang kini sedang sibuk menyiapkan bekalnya. Seperti biasa. Siapa lagi jika bukan untuk Stefan. Dia sudah tau apa yang terjadi antara Stefan dan sahabatnya itu beberapa waktu lalu. Membuatnya ingin sekali menyeburkan Stefan kedalam api panas. Tapi niatnya itu tidak mungkin terlaksana, karena sahabatnya yang begitu mencintai Stefan

"kamu yakin akan datang" hari ini Yuki memang berniat untuk datang ke acara dimana FCM akan tampil. dia sudah janji pada Stefan dan yang lain bahwa dia akan datang. Yuki mengangguk menjawab pertanyaan Nina, tanpa mengalihkan dari kotak-kotak bekal yang sedang dia susun dengan makanan

"Yasudah kalau gitu, aku nanti akan menyusul" Yuki mengernyitkan dahinya. Mendongak, menatap Nina

"kenapa gak pergi bersama aja"

"ada hal yang harus ku urus di kampus, hanya sebentar. Setelah itu aku akan menyusulmu" Yuki mengangguk mengerti

"Yuki" Panggil Nina, setelah terjadi keheningan untuk beberapa saat. Yang hanya di balas dengan gumaman dari gadis di depannya

"mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu punya hak untuk marah. jangan terus-terusan mengalah dan menyiksa dirimu" Yuki berhenti dari kegiatannya, kemudian menghelas nafasnya

"Nina kita udah pernah membahas ini sebelumnya kan? aku yakin Stefan pasti punya alasan di balik semua ini. Aku percaya padanya" Nina mendengus keras

"Alasan? alasan kamu bilang? alasan konyol macam apa yang dia punya untuk bermesraan dengan gadis lain di belakang kekasihnya" Kini nada bicara Nina makin meninggi. "Yuki jangan senaif ini. Aku yakin kamu tidak bodoh untuk melihat prilaku Stefan akhir-akhir ini. dia bukan lagi Stefan mu yang dulu. Stefan yang dingin tapi penuh perhatian padamu. Stefan yang cuek tapi selalu memperhatikan keadaan sekitarnya. Dia tidak lagi seperti itu. Aku udah jarang melihatnya datang untuk menemuimu. Bahkan untuk menghubungimu saja, hanya seminggu beberapa kali"

ucapan Nina memang benar dan kebenaran itu seperti ribuan jarum yang menusuk-nusuk hatinya. Sakit, perih tak tertahankan. bahkan untuk menghirup oksigen saja rasanya begitu sulit. Cairan bening itu, menggenang di pelupuk matanya. Tapi sebisa mungkin tak ingin ia biarkan keluar. Yuki memang tidak bodoh untuk mengetahui itu semua, dia tidak bodoh untuk mengetahui bahwa Stefan telah berubah. dia tidak bodoh untuk melihat kerenggangan pada hubungan mereka. tapi sekali lagi, kalimat yang pernah Stefan ucapkan padanya membuatnya jadi andalan untuk tetap terus bertahan pada rasa percaya itu

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang