Part 8

627 64 10
                                    

Ini cerpen,cuman iseng-iseng aja,lagi ngelamun eh dapat ide, tapi gak bakalan lama udah end:D ..
Awas ada typo.

Maaf baru next lagi,ini aku sempet-sempetin ngetik padahal lagi diperjalanan. daripada bingung mau ngapain cuman duduk bete dan akhirnya aku ngetik ajah deh.:)

Happy Reading....

****

Sudah lebih dari seminggu sejak peristiwa pingsannya Ariel, Stefan belum menghubunginya lagi sampai sekarang. Entah apa yang di lakukan pria itu sebenarnya, sesibuk itukah hingga untuk mengangkat telpon saja tidak bisa? Bahkan satu pun pesan Yuki tidak ada yang di balas olehnya. Mau tidak mau Yuki pun hanya bisa menitipkan pesan-pesannya melewati anak-anak FCM yang lain. Hanya sebuah pesan sederhana namun memiliki arti yang begitu besar.

"Makan dengan teratur" Atau "Istirahat yang cukup" Atau yang lebih jelas "Jaga kesehatanmu" Seluruh pesan yang hanya berisi menyuruh pria itu menjaga kesahatannya. Tidak lebih. Hanya tentang pria itu
.
.
.
.

Di tempat lain, Stefan sedang meratapi kebodohannya. Merutuki dirinya sendiri yang terasa benar-benar seperti orang bodoh. Dia tidak tuli untuk mendengar panggilan-panggilan di ponselnya yang tertera nama gadisnya disana. Dia juga tidak buta untuk membaca seluruh pesan-pesan yang gadis itu kirim ke ponselnya. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Hatinya menyuruh untuk menjawab panggilan itu, namun logikanya menahannya untuk tetap pada pendiriannya. Dia tidak akan sanggup mendengar suara gadisnya. Mungkin dia akan lari dari tempatnya sekarang untuk mencari gadisnya dan memeluknya dan jika sudah seperti itu, dia tidak yakin untuk bisa melepaskannya. Bisa-bisa semua yang telah dia lakukan sejauh ini akan percuma. Kesabaran dan pengorbanan yang telah dia lakukan akan berakhir sia-sia. Rasanya ingin sekali dia teriak untuk menumpahkan seluruh kekesalannya. Dia merindukan gadisnya. Sungguh merindukannya. Namun tidak ada yang bisa dia perbuat. Siapa yang tau di balik wajah dinginnya, dia menyimpan kegelisahan yang begitu mendalam. Memang tidak ada yang tau apa yang tengah di rasakan Stefan. Bahkan sahabatnya sekali pun tidak mengetahui masalah yang di hadapinya kali ini. Bukannya tidak ingin cerita, dia hanya tidak mau membebankan sahabatnya yang lain. Sebagai seorang pemimpin dia ingin anggotanya merasa nyaman dengan apa yang sedang mereka kerjakan. Cukup dia saja yang menanggung seluruh masalah yang ada. Selama dia masih sanggup, dia akan terus berusaha. Untuknya, senyuman para anggotanyalah yang selama ini menguatkannya. Dan tentu saja, seseorang yang selalu mengisi hatinya. Seseorang yang tidak pernah lupa akan dirinya, yang memberikan seluruh perhatian dan kasih sayang untuknya. Yeah, gadisnya yang kini tengah dia rindukan. Oh jangan lupakan para penggemarnya yang juga tidak pernah lelah memberikan dukungan serta cinta kepada mereka

sebuah tepukan kecil di pundaknya, menyadarkannya dari lamunannya. Sedikit kaget karena dia hampir saja menjatuhkan ponsel yang sedang di pegangnya

"Melamun, huh"

di dapatinya Adi kini sudah duduk di sampingnya, Stefan hanya tersenyum sekilas ke arahnya lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada layar ponselnya yang menampilkan foto Yuki yang sedang tersenyum. Sungguh manis, dan menenangkan. Pikirnya

Adi mengikuti arah pandang Stefan, dan tersenyum sekilas begitu tau siapa yang tengah di pandangnya sampai-sampai pria ini betah lama-lama berdiam diri hanya untuk memandangi sebuah ponsel

"Masih belum menghubunginya" Tanyanya lagi. Stefan hanya menggeleng sebagai jawaban. Adi menghela napasnya sebelum akhirnya kembali bicara

"gue gak tau apa yang sebenarnya sedang lu pikirkan saat ini. atau masalah apa yang sedang lu hadapi dan gue bukan bermaksud untuk ikut campur dalam masalah lu. Tapi setidaknya, hubungilah dia walau hanya sekali. Itu akan membuatnya sedikit tenang"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang