Padang, Sumatera Barat
"Kenapa mesti berbohong?"
"Kalau putus dijadikan alasan untuk resign, ada banyak opini yang akan menyudutkan Gee. Mereka bisa menyalahkan Kendra, atau menganggap kakak pengecut- lagipula, kakak nggak bohong. Perkuliahan tinggal dua semester lagi. Kakak sudah di tingkat akhir. Sibuk memikirkan tempat magang, laporan magang, dan tugas akhir."
"Alasan itu justru bualan buat mereka kak. Mereka semua tau tentang hubungan kakak dengan Kak Kendra. Mereka mungkin pura-pura terima pakai logika, semua alasan kakak, yang memang masuk akal itu. Tapi, sebagian ketawa di belakang. Opini mereka nggak akan berubah jauh dari yang kakak perkirakan."
"Namanya juga dalam organisasi Gee. Alih-alih menganggap kita sebagai keluarganya. Belum tentu di belakang mereka berlaku sama. Tulus dan tidaknya oranglain, bukan tanggung jawab kita. Yang penting bersikap apa adanya saja, cukup- kakak cuma nggak ingin ada perpecahan nantinya setelah ini!"
Genta menambah kecepatan motornya. Tak dapat menjawab lagi. Percuma berdebat. Takkan mengembalikan keadaan, Aila akan tetap keluar. Mereka akan jarang bertemu.
"Kak- BP itu siapa?"
Baru saja hendak melangkahkan kakinya menuju halaman. Ia tertahan. Berbalik, dan memasang senyum se-natural mungkin.
"Nanti, ada saatnya kamu akan tau."
"Tapi, dia nggak jelas kak! Gee sayang sama kakak, sudah seperti kakak sendiri. Tak peduli dengan anggota lain yang mungkin pura-pura. Harusnya kakak lebih terbuka. Biar Gee tau gimana cara bantu kakak."
"Jaga mereka. Terutama Kendra. Dengan begitu, kamu sudah bantu kakak lebih dari cukup."
"Oke Kak. Pesan Gee cuma satu. Kalau yang kakak tunggu ternyata nggak datang, cukup berbalik arah. Kak Kendra nggak pernah kemana-mana."
Satu ibu jari Aila mengacung setuju.
Meski itu hanya untuk membuat Genta setidaknya sedikit lega.
***
Irvan Septarika : Oi gendeng! :D
Aila Nandini : Apa sableng? :D :D
Irvan Septarika : Apa kabar?
Aila Nandini : Baik. Hmm... nanya balik nggak ya..? :P
Irvan Septarika : Hahha. Nggak usah. Gimana sama Kendra? Masih?
Aila Nandini : The End.
Irvan Septarika : Siapa yang bikin "End"?
Aila Nandini : Dia.
Irvan Septarika : Hahaha. Sudah dewasa dia. Belajar menerima kenyataan.
Selama ini cuma "sok dewasa" :P
Aila Nandini : Aih dasar sableng. Bukannya prihatin -_-"
Irvan Septarika : Bego banget kalau prihatin. Keputusan itu seharusnya dari
dulu. Biar nggak lama buang-buang waktu. Buat apa status
kalau cuma sebelah pihak yang serius.
Aila Nandini : Wah! Yogya mendewasakanmu lebih cepat nak... hahaha
Irvan Septarika : :P
Irvan benar. Aila Log Out dari Facebook.
Bocah itu. Seperti apa dia sekarang? Aila membayangkan, pemuda berambut lebat. Tiga sentimeter lebih tinggi darinya. Garis wajahnya tegas, dengan mata sayu yang menyimpan banyak kepahitan. Selalu tak setegar seperti yang terlihat dari luar.
***
10.00 Wib. Labor Praktek Pengetikan Elektrik, oleh Dosen Pembimbing Akademik.
"Jurusan kita tidak punya waktu untuk berlama-lama menunggu konfirmasi dari perusahaan yang saudara semua ajukan, sebagai pilihan tempat magang. Jangan sampai kejadian seperti tahun kemarin. Surat pengajuan dikirim, dua bulan kemudian baru dapat konfirmasi dengan penolakan sebagai hasilnya. Mulailah serius bertanya dari sekarang, kira-kira perusahaan mana yang pasti menerima mahasiswa magang."
Kumisnya tebal, badannya sedikit tambun, matanya sipit. Selalu menggunakan ransel hitam, dan tampilannya rapi. Beliau juga on time masuk di jadwal perkuliahannya. Setiap mahasiswa yang terlambat, dihukum keliling gedung perkuliahan. Dan setiap awal pertemuan, selalu diadakan kuis tentang pelajaran minggu yang lewat. Ada dua mata kuliah yang diajarkan untuk kelas Aila pada semester itu. Perpajakan, dan Pengetikan Elektrik.
14.00 Wib. Ruangan V102, Mata Kuliah Metodologi Penelitian.
"Saya harap saudara semua serius mengerjakan tugas yang saya berikan. Pada akhirnya, proposal ini bisa dijadikan acuan untuk membuat Tugas Akhir. Kalau bisa, Pendahuluan dan Landasan Teori memang berhubungan dengan objek penelitian Tugas akhir Saudara. Selanjutnya, tinggal fokus terhadap Gambaran Umum Perusahaan, dan Isi. Jadi, saudara bisa menghemat waktu hingga dua bulan untuk proses pengerjaan Tugas Akhir yang sesungguhnya."
Bertubuh mungil, dan berjilbab selutut. Putih, dan matanya kecoklatan dengan bulu mata panjang melentik. Beliau sangat berpengalaman dalam hal penulisan ilmiah. Dosen tamatan luar negeri, yang suka menerangkan dengan metode percontohan, atau perumpamaan.
"Ya ampun, semakin berat saja sekarang ya Ti." keluh Aila
"Iya, harus lebih fokus" singkat Uti. Ia teman dekat Aila dari semester satu. Mengingatkan Aila tentang jadwal perkuliahan, yang sering terlupa karena jadwal EO. Kadang, prioritas bisa tertukar dengan hoby. Benar yang orang-orang bilang tentang hoby yang kadang menjadi prioritas, dan membuat prioritas sesungguhnya menjadi kacau.
Ia pulang lebih cepat. Mengemasi kamar yang sudah seperti kapal pecah. Kemudian menyusun buku-buku, dan membuat catatan pada sticknote untuk tugas-tugas yang harus segera diselesaikan. Ucapan dosennya itu tak main-main. Mulai sekarang, ia harus beberapa kali lipat lebih tekun. Menyingkirkan setiap hal yang tidak berhubungan dengan harapannya tentang "lulus tepat waktu".
Malam itu, ia mencoba menghubungi beberapa kenalan ayahnya untuk meminta rekomendasi tempat magang. Waktu tak akan menunggu orang yang hanya diam, tak berbuat apa-apa. Ia akan terus berjalan, tanpa peduli dengan apa yang tertinggal di belakang. Aila menguatkan hati, mengumpulkan segenap semangat. Move Up!
Setelahnya, kebiasaan chatting malam hari yang belum bisa ditinggalkan. Irvan online. Mereka "mengobrol" hingga jam sebelas malam.
***
YOU ARE READING
Cinta Tanpa Jeda - Dee M
Teen Fiction[ TELAH DITERBITKAN ] Cetakan Pertama : 1 Maret 2016 Penerbit : MNC Publishing Mohon bantu Vote, untuk cetakan ke dua biar bisa di re-cover ^^ #Romance #Sweet #Novel #KeepRomantic #Fiksi #IndonesiaMembaca