B 🌹

605 43 33
                                    

***

Kampus Margata menjadi trending topic disosial media dan pemberitaan televisi. Banyak orang-orang yang berspekulasi bahwa Aldi dibunuh, namun ada juga yang bilang Aldi bunuh diri atau tidak sengaja terjatuh.

Seluruh mahasiswa kampus Margata dipulangkan hari ini karena ada pemeriksaan dari kantor polisi. Pun tempat kejadian perkara dikelilingi garis kuning. Para saksi sedang diinterogasi, sedangkan mereka yang tidak terlibat langsung dipulangkan.

Insiden ini juga yang membuat kegiatan kampus Margata ditiadakan dua minggu kedepan dan bertransmigrasi ke kuliah online.

Alana menghembus napas pelan setelah dirasa dirinya sudah cukup tenang. Kejadian beberapa menit yang lalu masih terngiang jelas diotaknya. Khususnya tubuh Aldi yang terlepas dari kepala. Ia jadi merinding sendiri.

Kampus semakin sepi, Alana memutuskan untuk segera turun dari rooftop.

Kaki jenjang dengan balutan celana jeans hitam itu menapaki tiap tangga, menggema keras karena hanya ia disana. Namun, saat sampai dilantai 5, Alana melongokkan kepala. Ia masuk kedalam dan memunguti tiga tangkai mawar putih yang terkapar dilantai.

Persis seperti bunga yang melayang pada Aldi.

Alana buru-buru membuang bunga tersebut ke tong sampah.
.

.

.
Sesampainya didepan gerbang kampus, Alana berdiri untuk menunggu angkot lewat. Tidak sampai sedetik, suara deruan motor datang- tepat didepannya.

"Ayo."

Alana hanya memandang diam pada Zian yang tengah menyodorkan helm.

"Ayo Al naik. Gak ada angkot yang lewat jam segini."

Alana tahu, tanpa harus Zian yang menjelaskan. Masih siang, tentu saja tidak ada angkot yang bakalan lewat depan kampus mereka. Tapi tidak ada salahnya mencoba menunggu kan?

Manik coklat itu bergulir pada helm coklat yang Zian beri. Berkedip, ia mendongak melihat Zian.

Alana menggeleng.

Dia tidak mau diantar oleh Zian. Bukannya tidak mau, tapi dia malas berurusan dangan satu cewek yang sedang mengintimidasinya dikejauhan sana.

Bianca- mantannya Zian.

Zian berdecak geram, cowok itu turun dari motor dan memasang paksa helm pada kepala Alana.

"Naik." Pinta Zian, tapi Alana hanya diam.

"Nanti keburu ujan Al."

Alana melihat keatas, lalu berpaling pada Zian. "Cuacanya panas Zi. Gak mungkin ujan."

"Yauda pokoknya naik aja." Zian menuntun Alana menaiki motor, tapi Alana mendorong pelan dan tidak mau. Ia menggeleng lagi.

Kesabaran Zian cukup diuji ternyata. Ia mendekat dan menaruh tangan dikedua pundak Alana. Lalu menatap mata ceweknya lekat-lekat untuk mencari jawaban.

"Kenapa?"

Alana menunduk.

"Al." Zian menarik dagu Alana. "Kasih tau kenapa?"

Alana menggeleng. Zian menyadari ada yang tidak beres dengan Alana. Matanya menangkap plester menempel didahi si gadis. Kenapa ia baru sadar? Padahal dikampus tadi ia bertemu langsung dengan Alana.

"Ini kenapa?" Ibu jari Zian mengelus pelan plester tersebut.

Agaknya Alana sedikit kikuk dengan perlakuan Zian. Ia menjawab, "Jatoh."

WHITE ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang