D 🌹

454 33 15
                                    

Muka Zian merah padam melihat foto-foto Alana bersama seorang cowok yang kabarnya merupakan anak baru di Fakultas Teknik.

Tanpa basa-basi, Zian mengambil kunci motornya untuk pergi kerumah Alana. Namun sedetik kemudian, ia naik lagi ke atas kamar dan menaruh kunci motor digantikan kunci mobil.

Menuruni tangga, terlihat dekor rumah yang sudah rapih karena tertata sejak pagi.

"Zi, mau kemana?" Tanya Zara mamanya Zian. Wanita yang masih cantik diumurnya yang menginjak 42 tahun itu- menghampiri sang putra dengan senyuman ramah.

"Kerumah Alana, Ma."

Zara tersenyum lembut. "Secantik apa sih, sampai anak Mama buru-buru gini?"

Membalas senyuman Zara, bibir Zian melengkung tipis. "Entar Mama liat langsung anaknya aja. Cantik banget."

"Lebih dari Mama?"

Zian menggeleng cepat. "Mama yang tercantik." Jawaban Zian mendapat gelakkan tawa dari sang Mama.

"Yaudah sana."

"Zian pergi dulu ya."

"Iya."

***

Alana berjalan lambat menuju depan rumah. Padahal kemarin Zian bilang akan menjemputnya jam 6. Tapi baru jam 4 sudah bertengger diteras.

Cewek itu mendongak pada sosok cowok yang tingginya setara standar orang luar negri.

"Nyokap lo udah dijenguk hari ini?"

Alana mengangguk.

"Lo udah makan? Kalo belum kita makan dulu diluar."

"Gak usah Zi, aku udah makan."

Berkedip, Zian menatap serius pada Alana. "Gue boleh masuk kerumah?"

Alana menggeser tubuh, "silahkan."

Kaki panjang itu melangkah kedalam. Zian duduk diruang tamu yang luasnya bahkan kalah sama kamar mandi dirumahnya.

"Belanjaan semalem lupa diambil." Ucap Zian sembari mengasih beberapa paper bag ke Alana.

"Makasih." Paper bag pemberian Zian diterima dengan baik, walau akhirnya Alana jadi mengingat kejadian semalam. Mungkin bagi Zian biasa-biasa saja, tapi tidak dengan Alana.

Hatinya sakit.

"Aku mau kekamar simpen ini, kamu mau minum apa? Biar sekalian aku bawa."

"Gak usah, langsung kesini aja kalo udah disimpen."

"Hm." Alana mengangguk, ia langsung menuju keatas.

Tidak lama, cewek itu pun kembali dan bergabung bersama Zian disofa.

"Dianter siapa tadi malem?" Tanya Zian to the point. Zian tipe orang yang akan langsung pada intinya tanpa harus berbelit-belit dahulu.

Semuanya yang menyangkut Alana, bagi Zian, ia berhak tahu. Diberitakan selingkuh seperti foto-foto yang menyebar digrup, sudah bukan sekali dua kali. Zian tidak akan langsung mengambil kesimpulan mentah-mentah. Ia tahu Cindy hanya ingin merusak nama baik Alana saja. Makanya, jika ada hal semacam ini, Zian memilih bertanya langsung pada ceweknya daripada mendengar dari orang lain.

WHITE ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang