C 🌹

523 42 43
                                    

Manusia adalah makhluk paling kejam. Mereka sanggup berkhianat, memanipulasi dan menghancurkan satu sama lain.

***

Bermodalkan laptop yang berhasil ia beli dari kerja paruh waktu, Alana tenang dan seksama mengerjakan tugas kuliah. Seperti yang sudah diinfokan sebelumnya, bahwa kampus Margata menjalankan kegiatan ngajar-mengajar lewat elearning.

Sepuluh jari itu mengetik cepat dalam menjawab soal essai yang ada. Tidak butuh lama, akhirnya selesai. Alana langsung mengirim tugasnya ke dosen.

Baru saja hendak pergi tidur- dering ponselnya berbunyi. Tertera nama Zian dilayar. Alana mengangkat dan membiarkan orang disebrang telvon yang duluan membuka suara.

"Udah malem Zi." Alana melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9.

"Aku gak bisa. Udah malem. Mama aku marah nanti."

Alana menghela napas. "Yaudah sebentar."

Kaki Alana melangkah menuju depan rumah. Disana sudah ada Zian dengan mobil hitamnya. Cowok itu berdiri dengan setelan baju yang cukup casual.

Sesampainya didepan, Zian langsung memandangi penampilan ceweknya dari bawah keatas.

"Lo pakai baju tidur?" Alana mengangguk. "Kan gue ngajak lo jalan Al."

"Aku gak sempet ganti baju."

Menghela napas, Zian langsung membuka jaket putihnya dan memasangkannya ke Alana. Pundak Alana dipegang. Zian menatap lurus manik coklat itu.

"Lain kali seenggaknya bawa jaket."

Alana mengangguk lagi.

"Ayo." Kepala cowok tersebut menoleh kebelakang ketika dirasa tidak mendengar langkah Alana.

"Kenapa?"

Alana memandang Zian beberapa saat, sebelum akhirnya ia bertanya, "Mau kemana?"

Tangan kanan Alana diraih, Zian membalas tatapan si cewek. "Gue mau ngajak lo beli baju."

"Buat?"

"Besok ulang tahun Mama, jadi gue mau beliin lo baju bagus."

"Tapi aku belum iyain pergi atau enggak."

Membuang napas lelah, Zian memberi atensinya cukup serius kali ini. "Al, lo itu cewek gue. Masa nyokap gue ulang tahun lo gak dateng?"

Alana memalingkan muka kearah aspal. Ia bukannya tidak mau hadir. Hanya saja, keluarga Zian itu lumayan terpandang dan terhormat. Apalah daya seorang Alana yang berasal dari kalangan miskin. Trauma Alana yang sering dijadiin mainan orang kaya membekas dan terus mengalir sampai saat ini. Bagaimana jika keluarga Zian juga tidak bisa menerima kehadirannya?

"Aku gak bisa Zi. Aku gak pantes."

"Lo pantes Al. Kata siapa yang gak pantes?"

"Maksud aku, status derajat kita itu beda jauh. Kamu dari keluarga kaya, dan aku dari keluarga gak punya. Aku gak pantes."

Mendongak, Alana memberanikan diri menatap mata Zian. "Kita putus aja ya?"

"Gue gak mau." Zian melotot tajam, mukanya seketika merah. Tanpa basa-basi, tangan Alana ditarik menuju ke mobil.

"Masuk." Alana masih bergeming. "Gue bilang masuk!" Hardik Zian cukup keras.

Merasa Alana tidak akan bergerak sama sekali, Zian langsung membuka pintu mobil dan mendorong paksa si cewek. Setelahnya, Zian buru-buru kekursi pengemudi dan ia menutup pintu saat Alana hendak keluar. Zian langsung mengunci semua pintu hingga Alana tidak bisa kemana-mana lagi.

WHITE ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang