6

9.3K 376 1
                                    

Munculnya Revin Johnson

Nara menikmati hari-harinya di sekolah. Karena hanya saat di sekolah lah Nara tidak harus bertemu dengan Raka dan menahan semua emosinya. Walaupun begitu, Nara juga sudah terlibat masalah dengan anak klub chers. Semuanya berawal saat Nara menolak untuk masuk semua klub yang ada di sekolah.

"Lo kira lo hebat bisa nolak semua klub yang ada?"bentak seorang cewek, yang Nara ketauhi bernama Stefany.

"Apalagi lo sampai nolak buat masuk klub kami! Belum pernah ada yang nolak saat ditawari buat masuk klub kami!"bentak temannya yang bernama Resta.

"Well, berarti aku yang pertama?? Hebat aku kan??"tantang Nara yang langsung pergi meninggalkan para anak chers yang marah di toilet cewek.

Nara bosan selalu menjadi anak baik sejak hari pertama kedatangannya hingga genap seminggu dia di Jakarta. Nara tahu kalau Raka pasti tidak akan tinggal diam kalau Nara buat masalah, tapi ini adalah salah satu dari bentuk pemberontakan Nara. Apalagi Raka berhasil membuat Nara terpaksa mengenakan seragamnya ke sekolah yang notabene punya bawahan rok. Karena itulah Nara melanggar perintah Raka yang melarangnya untuk kerja sambilan. Dan untungnya Diana mau membantu untuk mencarikan alasan. Dan bukan hanya itu aja, Nara juga cukup sering ikut Revan ke basecamp tempat dia membalap bersama Dheo.

Seperti hari ini, Nara langsung pergi ke sebuah kafe yang cukup terkenal dikalangan remaja Jakarta. Sebenarnya kafe itu tidak mau menerima pekerja sambilan yang masih SMU, tapi karena yang punya adalah tante Reno, Nara bisa bekerja.

"Vela, tanya pesanan meja 13!"teriak teman kerjanya dari balik meja bar.

Tanpa protes, Nara langsung pergi membawa semua daftar menu ke meja 13. Nara sama sekali gak mendapat firasat akan terjadi sesuatu yang buruk. Dengan santai Nara berjalan ke meja 13 dan mendapati seseorang yang paling gak ingin ditemuinya. Seseorang yang tau kalau dia adalah Titanara Armalite Shamash. Seseorang yang tahu dengan pasti jati diri Nara sebenarnya. Seseorang yang paling tidak ingin ditemui Nara untuk saat ini.

"You?!"ucap orang itu tak percaya saat melihat Nara, seolah-olah Nara gak ada ubahnya dengan suster ngesot yang kerja di kafe.

Nara terdiam. Dia lebih memilih dipecat daripada harus berhadapan dengan makhluk di depannya saat ini. Tanpa menunggu lagi, Nara langsung putar balik dan bersiap meninggalkan meja 13 saat tangan orang itu menarik pergelangan tangannya. Tanpa memperdulikan pasangan yang dibawanya saat itu, orang itu langsung menarik Nara kedalam pelukannya dan mencium Nara dengan mesra. Untung bagi Nara karena meja 13 tertutup oleh sekat kaca grafity. Jadi tidak ada seorang pun orang di luar meja 13 yang tahu kalau yang berciuman itu adalah Nara.

Nara berhasil berontak hingga membuat orang itu menghentikan ciumannya karena pelukannya pada Nara terlepas.

"Bitch, you!! What do you want, Revin Johnson!?"umpat Nara kesal.

"You. I want you, and you know it."jawab cowok bernama Revin Johnson itu."You know, I can't found you until a week ago in England."

"Aku lebih memilih untuk masuk neraka daripada harus ketemu kamu. Pergi dari sini sekarang juga!"

"No way. I didn't want to lost you again."sahut Revin yakin.

"Cukup, Revin! Harus berapa kali aku bilang kalau aku gak ada perasaan apa-apa sama kamu! Dan kamulah alasan aku meninggalkan sekolah umum!"tegas Nara.

"I know... Kalau kamu memang gak bisa nganggap aku lebih, jadikan aku temanmu."putus Revin,"You never give me a place in your live. In your heart."

"Aku baru bisa memperlakukan kamu sebagai teman kalau kamu juga memperlakukanku sebagai teman. Dan itu berarti kalau sebagai temannya aja tempat kamu gak ada dalam hidupku, jangan harap aku akan membiarkan kamu menempati kedudukan yang lebih istimewa!"ujar Nara yang kali ini benar-benar pergi meninggalkan Revin tanpa menerima pesanan.

Nara kembali ke kembali ke bar,"Pesan apa, Non?"tanya bartendernya.

"Mereka gak ada pesan apa-apa, Ko. Bentar lagi mereka pasti pergi."ucap Nara asal.

Untuk beberapa waktu Nara bebas dari Revin. Dia bisa bekerja seperti biasa. Tapi saat Nara lagi asyik memberitahukan pesanan tamu pada Riko, sang bartender. Revin mendatanginya.

"Mau apa lagi??"tanya Nara kesal.

Revin menggeleng pelan,"Gak ada, aku cuma mau bilang kalau aku udah pindah ke Jakarta. Aku harap kita bisa ketemu lagi sebagai teman."ujar Revin sambil mengulurkan tangannya untuk salaman.

"Mudah-mudahan."sahut Nara sambil menjabat tangan Revin.

"By the way, ngapain lo kerja disini?? Emang lo bisa kerja?? Lo kan nona besar."

"Untuk menutupi semua kekurangan biaya hidup aku selama di Jakarta."jawab Nara singkat.

"Ha ha ha... Lo pasti bercanda kan?? Gak mungkin banget lo kekurangan biaya. Lagian lo kan tinggal minta, berapapun itu pasti akan langsung lo dapatkan."ucap Revin sok dekat sambil mengacak-acak rambut Nara.

Tepat pada saat itulah Revin merasa kalau ada yang menahan tangannya, dan Nara juga merasa kalau ada sebuah tangan besar yang menariknya sedikit menjauh dari Revin. Raka memegang kedua tangan orang itu.

 "Pulang!"ucap Raka nyaris tanpa ekspresi sambil menarik Nara untuk ikut dengannya.

Nara terdiam dan mengikuti Raka keluar dari kafe. Raka mendorong Nara dengan kasar untuk masuk kedalam mobilnya. Tanpa bicara sedikitpun mereka meninggalkan kafe saat itu juga.

Di perjalanan, Raka menelpon seseorang,

"Hallo, Win?? Ya ini aku. Aku lagi di jalan. Maaf... Aku ada urusan mendadak.. Karena itu aku minta maaf. Ya, aku janji... Maafkan aku... Oke... Malam."

Sinting nih laki-laki. Bawa teman kencan tapi malah bawa kabur pelayan kafe. Mana teman kencannya ditinggal gitu aja lagi di sana, bathin Nara tanpa punya niat untuk membuka pembicaraan. Nara sadar, masalah yang timbul akibat semua kejadian yang terjadi sore ini akan berakibat panjang.

Nara dan Raka memasuki rumah dengan diam, sampai pintu dibelakang Raka tertutup.

"Apa maksud kamu membawa aku pulang seperti gini, Raka?"tanya Nara yang emosinya udah sampai di ubun-ubun gara-gara melihat Raka hanya diam.

"Ini yang kamu maksud dengan belajar bersama?"tanya Raka tanpa memperdulikan pertanyaan Nara.

"Apa pedulimu?!"

"Aku sudah bilang kan kalau kamu gak boleh kerja sambilan!? Kamu hanya belajar di sekolah dan privat! Selain itu kamu gak boleh melakukan kegiatan diluar rumah!"

"Kamu nyuruh aku buat jadi anak rumahan?? No way!! Aku gak belajar juga aku yakin aku bisa!! Aku juga ingin bebas!!"

"Kamu harus menuruti semua yang aku katakan. Aku walimu, Vela. Udah berapa banyak perintah aku yang kamu langgar??"

"Kamu terlalu mengatur hidupku!! Sedangkan urusanmu sendiri aja gak bisa kamu selesaikan! Pria macam apa yang meninggalkan calon tunangannya sendiri di kafe dan membawa cewek lain pergi!?"

Raka mencondongkan tubuhnya ke arah Nara,"Sudah kubilang, jangan campuri urusanku."

"Kamu mencampuri semua hal dalam hidupku!! Kamu kira kamu hebat?!"

"Memang. Karena aku gak mau nantinya kelakuanmu ada yang menyimpang. Dan mulai besok, aku yang akan mengantar jemput kamu. Aku akan pastikan kalau kamu gak akan melawan semua yang sudah kubilang."putus Raka lalu masuk kedalam kamarnya.

"Bitch!!"maki Nara kemudian masuk ke kamarnya."Sialan kamu, Raka!!"

Love and FamilyWhere stories live. Discover now