Raka Yang Aneh
Hari itu hari Minggu, hari yang sangat cerah dan cukup menyenangkan saat Raka terlihat sangat stress karena bahan presentasi untuk seminarnya hari Senin belum selesai. Raka sama sekali tidak ada keluar dari ruang kerjanya. Nara sempat kasihan pada Raka karena dari pagi sampai sore, Raka sama sekali belum ada menyentuh makanannya. Nara teringat kata-kata Nero saat dia baru memutuskan untuk home schooling.
"Tutup mata hatimu dari kebencian, jangan selalu gelisah, hiduplah dengan kesederhanaan, pengeluaran yang terbatas, memberi yang banyak, selalu bernyanyi, selalu berdo'a, lupakan masa lalu... Selalu berpikir dengan perasaan, beri perasaan hatimu dengan cinta seperti matahari yang akan terbit... Semua itu merupakan lingkaran emas dari kehidupan yang pasti akan berhasil"
Nara membuatkan Raka sepiring nasi goreng kesukaan Nero. Nara berusaha untuk tidak dendam atas semua yang dilakukan Raka padanya. Berharap Raka juga akan menyukai nasi goreng itu seperti Nero.
Tok Tok Tok
"Masuk."sahut Raka dari dalam.
Nara masuk dengan nampan berisi nasi goreng dan teh manis hangat,"Kamu tau, gak baik terlalu memaksa tubuh bekerja seharian tanpa nutrisi. Dari tadi pagi kamu belum ada menyentuh makanan sedikitpun. Sekarang biarkan aku yang mengatur sisa harimu hari ini. Walaupun biasanya kamu yang selalu mengatur semua tentangku."ujar Nara sambil meletakkan bawaannya di meja dekat sofa.
"Letak saja disitu. Nanti aku makan."ujar Raka tanpa mengalihkan pandangannya dari note book-nya.
"Oh, maaf saja, Raka. Aku harus memastikan masakanku kamu makan. Aku gak mau masak sia-sia."ujar Nara sambil mendekati Raka dan menekan tombol Fn-F4 pada note book Raka.
"Apa-apa'an kamu!?"tanya Raka gak suka melihat tindakan Nara.
"Aku gak akan mengganggu kamu kalau sudah memastikan kamu akan memakan masakanku. Lagian semua ketikanmu kan gak hilang. Kalau kamu udah siap, kamu bisa melanjutkan kerjaanmu. Aku gak akan ganggu."ujar Nara nyantai,"Jadi kalau kamu gak mau aku ganggu, segera makan."
Raka menatap Nara dengan wajah tak percaya, selama ini belum pernah ada orang yang berhasil mengintimidasi dia. Tapi gadis ini... Raka sudah menyadari ada sesuatu yang aneh pada diri Nara sejak pertama kali dia melihatnya di bandara.
Raka melihat makanan yang dibawa Nara.
Sepertinya lezat,pikir Raka. Biarlah aku tunda sebentar mengerjakannya, lagipula aku benar-benar lapar.
Raka meninggalkan meja kerjanya dan duduk di sofa empuk di dekat jendela. Diambilnya piring berisi nasi goreng itu dan segera dimakannya.
"Enak..."gumamnya pelan tapi ternyata dapat didengar Nara dengan baik.
Nara tersenyum manis lalu berjalan ke meja kerja Raka dan melihat kerja'an Raka,"Oh ini... Aku pernah membaca tentang ini di salah satu buku Nero. Aku tau apa kelanjutannya."ucap Nara lalu mulai mengetik.
Raka membiarkan Nara terus mengetik sampai dia sendiri selesai makan. Saat Raka selesai makan, Nara sudah berhenti mengetik dan membolak-balik buku Raka yang ada di meja.
"Kamu cuma perlu menambahkan sedikit lagi. Semua tambahan yang diperlukan sudah kutandai di buku itu. Kuharap bisa selesai tepat waktu."ujar Nara sambil menunjuk buku Raka yang tebalnya ngalahin tebal kamus bahasa Indonesia edisi ketiga.
Nara mengambil piring dan gelas bekas Raka dan membawanya ke dapur. Raka sendiri langsung memeriksa hasil ketikan Nara dan memeriksa bagian buku yang ditandai Nara.
"Dia bisa dengan mudah membahas bagian yang selama 5 jam ini gak bisa kutemukan."gumam Raka takjub dengan hasil kerja Nara.
Sampai malam Raka belum keluar dari ruang kerjanya. Nara terlihat santai karena gak harus berhadapan dengan Raka. Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Nara segera membukakan pintu dan mendapati Revan berdiri di depan pintu.
"Revan?! Ada apa malam-malam kesini??"tanya Nara bingung.
Revan tersenyum, dan Nara menyukai senyum Revan ini. Karena saat tersenyum seperti ini, Revan terlihat manis,"Gw mau ngajak lo cari makan malam. Nyokap pergi... Pembantu gw pada pulang kampung. Gimana??"tanya Revan to the point.
"Wah... Aku mesti nanya Raka dulu nih. Aku gak yakin dia bakal ngasi izin."ucap Nara sangsi.
"Lo panggil aja Raka, biar gw yang minta izin."
"Gak usah, aku aja. Masalahnya dari yang aku lihat, Raka itu gak suka sama kamu. Tunggu di dalam aja."ujar Nara sambil mempersilakan Revan masuk.
Nara meninggalkan Revan di ruang tamu setelah menyediakan minum untuk Revan. Nara mengetuk pintu ruang kerja Raka sebelum masuk..
"Ka... Aku boleh keluar gak malam ini??"tanya Nara pelan.
"Kemana??"tanya Raka tanpa memandang Nara.
"Cari makan malam."
"Sama siapa??"
"Sama Revan."
"Cowok yang sering jemput kamu itu??"
"Iya."
Keduanya terdiam beberapa saat, sebelum Raka memberi izin,"Pergilah. Tapi jangan pulang lewat dari jam 10."ujar Raka sambil menatap Nara dengan pandangan yang... Aneh.
"Thank's..."ucap Nara sambil tersenyum tulus, yang membuatnya terlihat sangat cantik sebelum meninggalkan ruang kerja Raka.
Nara menghampiri Revan di ruang tamu,"Aku perlu ganti baju gak??"tanya Nara.
"Gak usah... Lo tetep cantik koq pakai baju apa aja... Apalagi kalau gak pakai baju..."canda Revan.
"Brengsek."ucap Nara sambil meninju bahu Revan pelan.
"Ha ha ha... Yuk pergi."ucap Revan sambil menarik tangan Nara pelan.
Nara masuk ke dalam mobil Revan dan mereka segera pergi. Raka memandang kepergian Nara dari jendela ruang tamu dalam diam dengan pikirannya sendiri yang sudah membuat suatu keputusan penting. Suatu keputusan yang akan disesalinya.
YOU ARE READING
Love and Family
Teen Fiction"... Dan puncaknya pada malam ini, saya dengan resmi mengumumkan bahwa Titanara Armalite Shamash adalah pewaris dari segala aset keluarga Shamash." Siapa yang menyangka kalau malam acara pesta ulang tahun ke 17-nya akan menjadi malam terakhir Nara b...