Revan 'n Revin
Keesokan paginya Nara sengaja berlama-lama bersiap pergi sekolah. Karena mulai hari itu, Raka-lah yang akan mengantarnya sekolah. Nara bingung setengah mati karena dia sama sekali belum sempat memberitahu Revan kalau hari itu dia berangkat sama Raka. Dan semuanya terbukti. Tepat saat Nara keluar kamar untuk sarapan, terdengar bunyi klakson dari luar.
Nara tidak jadi menemui Revan karena dilarang Raka keluar. Raka langsung menemui Revan, Nara yang penasaran dengan apa yang akan dikatakan Raka mengikutinya diam-diam dan mengintip dari jendela.
"Maaf. Vela-nya ada??"tanya Revan sopan saat melihat Raka yang keluar.
Raka menutup pintu rumah dibelakangnya,"Mulai hari ini kamu gak usah antar jemput Vela lagi. Saya yang akan mengantar dia. Dan hari ini Vela juga gak bisa berangkat sama kamu."ujar Raka dingin.
"Maaf, apa saya salah dengar? Tapi Vela gak ada mengatakan apa-apa pada saya kemarin."protes Revan.
"Kamu gak salah dengar. Dan saya harap kamu bisa pergi ke sekolah sekarang, karena saya juga akan segera mengantar Vela ke sekolah."ucap Raka.
"Baiklah. Maaf kalau saya mengganggu pagi anda. Saya permisi dulu."pamit Revan sopan lalu masuk ke dalam mobilnya.
Setelah melihat mobil Revan pergi, barulah Raka masuk kembali kerumah dan mendapati Nara berdiri di ruang tamu dengan tangan di pinggang.
"Kamu gak punya hak ngusir temanku!"tegas Nara.
"Oh ya?? Rasanya aku punya hak. Karena rumah ini adalah rumahku..."ujar Raka tanpa ekspresi,"Sebaiknya kamu cepat kalau tidak ingin terlambat. aku gak mau dipanggil ke sekolah gara-gara kamu datang terlambat."
"Kamu memang manusia yang gak punya hati!"umpat Nara lalu kembali ke kamarnya untuk memakai sepatu.
Selama di perjalanan hingga sampai ke sekolah, wajah Nara tiak ada bedanya dengan kertas yang habis diremas-remas terus tidak sengaja masuk dalam mesin cuci. Kusut!! Diana, Revan, dan Reno pun tidak ada yang berani menyapa Nara saat dia masuk ke dalam kelas. Mereka tahu, kalau wajah Nara seperti itu, berarti suasana hatinya asli buruk banget, sepert habis diterjang badai. Nara sama sekali tidak ada memandang wajah teman-teman di kelasnya. Dia hanya menundukkan kepala, sampai-sampai dia tidak sadar kalau ada seseorang yang berdiri di sebelahnya.
"Lo jangan ganggu dia deh... Dia lagi bad mood tuh."bisik Revan pada orang yang berdiri di sebelah meja Nara.
Orang itu malah tersenyum pada Revan, lalu menyapa Nara,"Hy... Kita ketemu lagi."ujarnya sambil meletakkan tangan di atas meja Nara.
Nara mendongak melihat orang yang berani menyapa dia saat mood-nya lagi hancur-hancuran,"Revin??!"ucap Nara dengan ekspresi seperti melihat Raka ada di kelasnya.
"Kalian udah saling kenal??"tanya Revan aneh melihat Nara mengenali sepupunya.
"Of course... Dia yang gw bilang itu, Van. Nar..."belum sempat Revin menyebut nama Nara, Nara langsung menariknya keluar kelas.
"Jangan panggil nama-ku Nara. Aku mohon. Selama di Jakarta, aku adalah Vela Carina, bukan Titanara."ujar Nara cepat dengan suara nyaris berbisik.
"Why??"tanya Revin bingung.
"Aku gak bisa ngejelasin sekarang. Terlalu panjang ceritanya. Yang jelas, aku mohon kerja samanya."pinta Nara serius.
Revin tersenyum, senyum yang biasanya sangat dibenci Nara,"No problem."
"Good!"
Nara kembali ke kelas diikuti oleh Revin yang masih tersenyum. Revin senang, karena untuk pertama kalinya, dia merasa kalau Nara membutuhkannya dan dia melihat adanya sebuah kesempatan disana.
YOU ARE READING
Love and Family
Teen Fiction"... Dan puncaknya pada malam ini, saya dengan resmi mengumumkan bahwa Titanara Armalite Shamash adalah pewaris dari segala aset keluarga Shamash." Siapa yang menyangka kalau malam acara pesta ulang tahun ke 17-nya akan menjadi malam terakhir Nara b...