The Real Raka
"FIGHT NARA!!"seru Nara saat baru bangun tidur.
Badannya gak lagi seburuk tadi malam, semua jauh lebih baik pagi ini. Nara langsung mencuci muka, gosok gigi, dan berpakaian olahraga secepatnya. Jam sudah menunjukkan 6 lewat 15 saat Nara masuk ke dalam mobilnya.
Nara memacu mobilnya selaju mungkin menuju rumah Diana. Dan untungnya pagi itu jalanan masih agak sepi, tidak ada kemacetan seperti biasanya. Jam setengah tujuh tepat Nara sampai di rumah Diana.
Nara, Revan, Diana, dan Reno akhirnya selesai jogging. Mereka udah hampir terkapar setelah berjogging ria selama satu jam setengah. Sama sekali tidak kelihatan kalau Nara mengalami saat-saat terburuk tadi malam. Pagi ini, gadis yang mengenakan training hitam dan tank top putih itu terlihat begitu sehat. Bahkan dia yang paling semangat saat jogging.
"Oi, kita sarapan yuk?"seru Revan setelah kembali membeli air mineral.
"Yo'a!!"sahut Diana dan Reno kompak.
Nara yang sama sekali belum ada makan dari tadi malam malah tidak ikut sarapan. Dia memilih untuk minum teh manis saja. Selesai sarapan, Diana diantar pulang oleh Nara.
"Lo serius gak masuk dulu?? Minum teh dulu mungkin?"tanya Diana saat Nara turun untuk mengantarnya sampai ke depan pintu karena hari tiba-tiba hujan saat mereka bubar mau pulang.
"Gak usah. Aku mau langsung pulang aja. Ngantuk nih. Titip salam aja buat orang rumah ya?"ujar Nara lembut, padahal untuk pertama kalinya di pagi ini, pandangannya kembali kabur disertai sakit kepala yang amat sangat.
"Ya udah. Hati-hati di jalan ya? Bye..."seru Diana yang kemudian langsung masuk rumah saat melihat Nara akan masuk ke dalam mobilnya.
Hal terakhir yang diingat Nara adalah ada seseorang yang berteriak saat melihatnya terjatuh. Nara tidak tahu siapa yang mengangkatnya, yang Nara ingat hanya suara orang itu yang terdengar panik, setelah itu Nara pingsan.
Nara baru terbangun saat matahari sudah berada di puncaknya. Nara berada dalam sebuah kamar yang cukup kecil dibanding kamar Nara di apartement. Dipandanginya langit-langit kamar itu, berpikir.
"Kamu udah sadar??"tanya sebuah suara yang sangat dikenal Nara.
"Raka??"ucap Nara hampir shock.
Raka berjalan mendekati tempat tidur dan kemudian duduk di pinggirnya,"Dokter bilang kamu kelelahan dan anemia. Dan katanya anemia kamu ini bukan baru sekali ini kamu alami."ujar Raka sambil menyerahkan segelas teh manis.
Nara meminum teh manis itu sedikit demi sedikit,"Aku tahu. Aku sudah cukup sering anemia. Terima kasih udah menolongku. Aku akan segera pulang."ucap Nara sambil berusaha bangkit dan menahan sakit di kepalanya.
"Kamu gak boleh kemana-mana sampai kesehatanmu membaik!"tegas Raka sambil mendorong tubuh Nara hingga kembali terbaring,"Dan aku hanya ingin mengingatkan, jangan terlalu memaksa diri buat bekerja. Sampai mana kamu buat aku khawatir baru kamu merasa puas?"
"Aku harus pulang Raka. Dan aku ingin menegaskan bahwa aku gak pernah memaksa diriku untuk bekerja. Aku menikmatinya. Lagipula kenapa kamu harus khawatir padaku??"
"Aku gak boleh khawatir saat melihat kamu tiba-tiba pingsan dihadapanku?? Masih untung kamu pingsan dihadapanku, bagaimana kalau tiba-tiba kamu pingsan di tempat yang gak ada orangnya?? Apa seperti itu juga aku gak boleh khawatir??"
"Sudahlah, Raka. Gak usah sok perhatian. Aku gak pa-pa koq. Biarkan aku pulang. Aku gak enak sama Wina. Kalian sudah menikah, dan aku gak mau jadi pengganggu diantara kalian. Aku gak mau dianggap perusak rumah tangga orang."ujar Nara tetap memaksa dirinya untuk duduk.
YOU ARE READING
Love and Family
Teen Fiction"... Dan puncaknya pada malam ini, saya dengan resmi mengumumkan bahwa Titanara Armalite Shamash adalah pewaris dari segala aset keluarga Shamash." Siapa yang menyangka kalau malam acara pesta ulang tahun ke 17-nya akan menjadi malam terakhir Nara b...