-Chapter 9-

296 20 3
                                    

Semua santri kelas 3 Wustho sedang besitegang dengan anak dari kelas 1 Ulya, hampir semua penghuni Malik berada di depan asramanya, menyaksikan apa yang akan terjadi.

"Kayaknya ni adik kelas enggak bisa di biarin, malah semakin menjadi-jadi aja"
Kata seseorang dari Malik 10.

Sekarang, semua sudah siap bertempur, dan semua mata akan menyaksikannya. Sangat jarang terjadi perkelahian antara angkatan. Kalau antar asrama sudah sering, bahkan hampir setiap hari, pemicunya hal-hal kecil. beda dengan antar ankatan yanh biasanya di picu masalh yang serius.

"wooyyyy, gimana kalau kita selesain di lapangan futsal!!!"
Alex berteriak dngan suara nyaring agar semua santri mendengarnya. Dan semua orang kini memandangi Alex, di mana keadaan sangan tegang dia malah mengenengahkan ide untuk menyelesiakan perseteruan dengan bemain futsal.

"hahaha.. cemen lu blangsak.. ngapain main futsal.. mending kita selesain sekarang juga"
remeh udin, matanya bak serigala yang siap bertempur.

"Lu yang pengecut din, bilang aja lu takut kalah...!!!, kan anak-anak 1 ulya cupu semua!!.. hahaha"
teriak Umar sang jagoan, ia bahkan berani menghina seluruh anggkatan 1 ulya di depan mereka semua, anak-anak dari 3 wustho tertawa keras, membuat wajah udin menjadi merah padam.

"Bangsaattt lu Umar"
hardik udin, ia segera melangkah cepat menuju Umar yang berada di depan malik 6.

Seketika bogem mentah meluncur ke arah wajah Umar, hanya dengan beberapa gerakan Umar berhasil menangkis serang Udin, seketika Umar langsung mencengkram leher Udin

"eh anak haraamm..."
panggilan paling hina terucap dari mulut Umar, menandakan ia mulai marah.
"kalau lu bener-bener jantan kita by one, fight one fight, kalau lu menang.. bakalan kami ladenin, kita perang di sini juga, tapi kalau gue menang... jangan nampakin wajah jahannam lu lagi di hadapan gue"
sesaat setelah itu Umar mendorong Udin hingga hampir jatuh, Umar mengambil ancang-ancang, bergaya seakan-akan ia seorang atlet petarung bebas.

Tak terima dirinya di remehkan Udin melancar beberapa serangan, terjadi pertarungan sengit, setiap serangn Udin dapat di hindari Umar, gerakannya yang gesit mampu mengimbangi setiap pukulan Udin, dengan membaca arah serangan Udin, tak satu pun yang berhasil mengenai Umar. Tempo serangan Udin melambat karna staminanya menurun, kini sudah saatnya mengakhiri.

ONE LAST HIT!!!!

Tepat, satu pukulan maut mengenai wajah Udin... knock out, Udin terjerembap di tanah tak sadarkan diri.

"ada yang mau ngelawan gue lagi, engga perlu rame-rame tawuran lah, cukup fight on fight aja, biar gak malu-maluin"
Mata umar benar-benar membuas layaknya singa, susuai namanya Umar Al-asad yang berarti Umar si singa padang pasir. Semua mata meringis gentar, tak ada satupun yang berkutik tantang dengan Umar.

"okee.. ayoo main futsaallll"
teriak Boby memecah keheningan, mengingatkan tujuan awal mereka. Di sambut teriakan anak 3 wustho, secara beramai-ramai mereka beriringan menuju lapangan futsal.

"gila tu Umar, satu pukul doang langsung K.O"
kata Sam yg terkagum-kagum dengan kejadian barusan.

"iya, pantesan teman-teman satu angkatan kita pada segan ama dia"
sambut Zedd.

"tapi sayangnya dia gak pernah ikut tawuran"
celah Joe.

"bener tuh Sam, kenapa ya, padahal dia jago banget gitu"

"iyaa.. mungkin dia ngerasa bukan level dia, so'alnya Umar itu suka berantem satu lawan satu"

"untung dia bukan musuh kita cuyy"
timpal Boby.

"bener tuh"
sahut yang lainnya.

Tak lama mereka sampai di lapangan futsal pesantren Darul Falah, ada dua lapangan yang mereka pakai secara bergantian tiap pemain memasuki lapangan futsal, saling tunjukkan skill invidual maupun tim, tiap asrama memiliki komposisi skill pemain yang berbeda hingga menghasilkan permainan-permainan yang cantik dan apik, tanpa terasa waktu berlalu, mereka bermain terlalu seru hingga lupa waktu. Saat petang panggilan berkumandang, menunjukkan bahwa mereka harus berhenti dan harus bersiap ke musholla.

Santri yang MabniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang