"Kok Bentar amat sih tadi, gw masih pengen ngobrol tau". Protes Kim yang masih kesal gara-gara Sam dan Alex memkasa segera pulang pada saat masih menikamti momen-momen kebersamaan dengan Kila.
"Eh babi, ini lu gak liat jam dua lewat". Sam menunjukkan jam hitam yang lingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Kan bisa sampe jam tiga. Lagian jam shalat ashar gak ada satpam yang nunggu".
"Bukan gitu Kim, kasian Kila ama temen-temennya, mereka juga pasti ada kegiatan jam segini, gak kaya kita yang bebas".
"Udah diam Kim, bosen gue dengen omongan lu dari gebang putri ampe sini masih Nyerocos Mulu". Tukas Alex.
"Eh, Ngomong-ngomong gw laper nih, makan di pak le' yuk".
"Terserahlah" Sahut Alex yang beresenada dengan suara laju kendaraan bermotor, tiga sahabat ini jalan berbarengan di atas terotoar pinggir jalan menuju kembali ke pesantren Darul Falah Putra.
"Eh Lex, lu kenapa judes amat?, Gak cocok ya ama si Laila. Gw perhatiin tadi dia diem mulu"
"Bukan gitu Sam, Gw gak enak tadi, tuh satpam sialan merhatiin kita mulu".
"Masa?" Sahut Kim.
"Iya, kalian sibuk ama cewek masing-masing sih,"
"Kapan-kapan ajak ketemuan di luar pondok aja Sam". Usul Kim.
"Boleh, kalo mereka gak sibuk bisa di atur-lah"
"Yess"
"Eh, tap Gimana Lex si Laila, Gue liat-liat diem mulu"
"Hah, lu gak liat muka udah kayak tomat tadi, haha"
"Oh iya juga ya, gw kira itu Cuma make up doang"
"Abis lu bisikin apa Lex". Tanya Kim.
"Biasa, do'a jimak" canda Alex di ikuti tawa renyah Sam.
"Bangsat, gw serisu nanya"
"Gak perlu tau lu Kim".
"Yah, gw makin penasaran, ajarin dong Lex. Cara rayu-merayu gitu".
"Apaan sih Kim, Kata-kata gak ngaruh ke cewek, Tergantung orangnya, Gombal-gombal receh juga cewek pasti seneng kalo dia emang suka sama Lu".
"Tapi bakal lanjut kan lu Lex"
"Tergantung Sam"
"tergantung Apa?"
"Kalo dianya mau berjuang, gw rela kok lakuin apa aja. loncatin tembok pesantern pun bakal gw lakuin"
"Hush, Gak boleh Lex, Kualat Nanti sama pendiri"
"Apaan sih Sam, jangan bilang lu percaya kata-kata Ustadz Qodir". Sahut Kim.
"Yang mendirikan pesanren Darul Falah bukan orang sembarangan, Ulam bro. Mana berani gw langgar peraturan itu"
"Bacot Sam, ini ana kita sama kaya loncat tembok pesantren, Cuma bedanya dari pintu gerbang aja jalannya"
"Yang bener Lex?"
"Mikir Kim, Keluar pondok tanpa Izin sama loncak pagar sama aja kan, gak uasah sok suci"
"Terserah Lu aj Lex". Timpal Sam mengkahiri obrolan itu, segera tiga sahabat itu bereblok singgah ke warung pakle kemudai memesan nasi goreng dan teh es untuk tiga orang.
"Sam, Lex, bayarin ya, hehe". Ucap Kim yang baru sadar uangnya habis terkuras gegara mebeli boneka dan makanan untuk Kila.
"Gini nih bro. Giliran gak enaknya aja baru ku gue". Ketus Sam" Bukannya kemaren Lu yang janji mau traktir"
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri yang Mabni
SpiritualJika kau sangka kehidupan pesantren itu selalu penuh dengan ibadah, mengaji, belajar kitab dan menuntut ilmu agama layaknya di sinetron dan novel, kau salah besar, itu menandakan kamu belum pernah sekolah di pesantren, melaului alur cerita "Santri y...
