-Chapter 35-

4 0 0
                                    

"Kalian ini kenapa sih selalu buat onar?". Tanya wanita dengan kaca mata itu tetapi dengan nada getir, maria dan Laila tau betul dari balik kaca-mata itu ada mata yang berkac-kaca, nanar setelah mengetahui kejadian tadi sore.

"Maaf, kak. Kami hanya membela diri". Sahut Kila pelan, ia sendari tadi terduduk kaku mebatu.

"Membela macam apa yang membuat teman kalian benjol?". Ketiga santriwati itu hanya diam, bagaimana-pun menjelaskan-nya. Pasti kak Helwa tak akan percaya, bagai-mana mungkin, tiga banding tujuh saksi.

"Ana tak habis pikir, Kalina ini santrwati loh. Masa kelakuan sperpi orang yang tidak di-sekolahkan, bahkan serok pun sampai patak kalina pukulkan". Kata Helwa, ia mengupat ujung mata-nya yang memapilkan seteteh air mata.

Kila merutuki hasanah dalam hati, 'cerita seperti apa yang di karang wanita sialaan itu senghinbga membuat Kak Helwa marah- marah sekali hingga mengeluarkan air mata'. Umpat Kila dalam Hati, suasan tenag sejenak, hanya ada rius orang-orang terdengar dari luar ruangan bilik kamar Helwa.

"Hasah yang mulai kak, dia melempar sapu Ke laila". Maria berbicara dengan tenang, mewakilkan dua sahabat yang persaanya sedang berkecamuk.

"Lantas kamu dengan tega kalian memukuli Hsanah sekeji itu. Nanti Kakak bialng apa sama orang tua-nya kalau terjadi apa-apa sama Hasanah, dia anak baik loh. Bahkan mengingatkan kalian buat piket". Marai hanya medesah pasrah. Andai saja dia yang lapor lebih dulu, bukan-nya malah membiarkan Kila melakukan kekerasan. Lenggang sejenak.

"Kakak gak tau lagi harus gimana, Mungkin lebih baik di laporkan saja sama ustadzah". Kila maria dan laila langsung memincingkan mata, rasa khwatir langsung menerpa bak ombak tsunami.

"Tapi kak, selam ini kami gak pernah buat masalah, memang kami saja yang kurang ccocok dengan Hasanah". Ucap Maria terbata-bata. Di sisinya ada Laila yang tertunduk, menyembunyikan bulir mata-nya.

"Jadi kalian mau pindah?"

"Iya kak, asalkan kami bertiga bisa satu asrama, pindah kemanapun tidak maslah"

"Sayang sekali maria, asrama lain tidak ada yang kosong sebanyak itu"

Hening sejank.

"Janagn Lagi membuat maslah. Ini akan jadi peringatan terjhir kalian"

"Massudnya kak,, kami di keluarkan?". Tanya Maria dengan anda cemas.

"Tidak, belum, karena satu kali saja kalian embuat masalah. Maka Akan kakak laporkan dan kalian harus segar pulang ke rumah masih-masing". Maria bingung, apakah ia harsu bernafas lega atau semakin khawatir, pasal-nya di laporkan sekalimsaja maka mereka akan segera di berhentikan sebagai santriwati pesatren Darul Falah Puttri.

"Ya sudah, sebagai hukuman, nanti kalian hari jum'at keluar pondok untuk membeli serok dan sapu, Sebentar kakak Ambil uang-nya". Berbeda dengan Maria, Kila tersenymum lega, dan Laila kini bisa menghapus air matanya.

"Cepat kellian ambil katru izin, biar ana ini buat izin kalian nanti". Perintah Helwa yang sedang memeriksa sebah laci di dekat lemari kitab-nya.

"iya kak". Jawab Kila, Laila dan Maria serentak, segera mereka berlalu menuju asrama sarah tiga.

-CoraZoN-

"gimana Lex, mereka katanya Bisa izin bertiga hari jum'at pagi". Tanya Sam dengan wajah serius.

"Gampang lah, bisa di atur". Jawab Alex santai sembari menyesap batang rokok menthol-nya.

"Gampang apaan, kita kena jadwal main bola, semi final loh lex".

"Gw izin aja, gak bisa ikut main bola".

"Jangan Gitu Lex, kita gak bisa seenaknya". Sahut Boby yang baru saja bergabung sehabis mengambil satu teko air minum. Lalu ia melteakkan air minum itu di tengan perumpulan, Zedd, kim dan Edor sedang asik memakan cemilan yang di bagiankan Sam—barusan dapat kriman. Sedang Joe tengelam dalam pembeciraan-nya lewat telpon. Lalu nash sejak tadi hanya diam di dipan-nya, berkuta dengan kitab-kitab kuning kalsik miliknya.

"Beda cerita kayak Zack atau-pun Sis, mereka kan anak bauh edoy, jadi gampang-lah bisa atur-atur mau main ato gak". Jelas Edor tangan masih fukos membuka kulit kacang-kacangan. Lalu melahap biji kacang setelah slelsai bicara.

"Gak bisa main-nya Sore aja gitu".

"mana Bisa Lex, jadwa pertandingan Bola di percepat Loh, Karena jum'at kita Libut. Jadi Sabu bisa final Loh". Sambung Kim.

"Lagian Kita kekurangan pemain Lex, Kalo lu gak ikut, di tambah Sis yang bakal di mainkan di final donag, Cuma 14 orang aja, tiga orang cadangan mana cukup, apalagi gw kiper. Gak ada pengantinya". Jela Boby panjdang lebar, tentu saja ia tidak ingin Alex melwatkaj kesempatan berman ini. Apalagi karena Cuma masalah wanita.

"Udah Lex, mending main Bola aja, Gw sama sam aja cocok kok". Tukas Kimdengan nada bergurau.

Pendapat teman-teman Alex benar-benar memojokkan, seolah-olah tidak ada yang mendukung pertemuan-nya dengan Laila, tapi ia tau betul. Keluar Pondok bagi para santriwati adalah hal yang sulit, terutama untuk tiga orang sealigus, ia tidak ingin mengcewakn gadis bermata indah itu.

"Gue Keluar aja, Hari jum'at absen aja. Maslah Bola tenang aja. Nanti Zack bakal Main, kemungkinan yang perlucaddangn Cuma udin doag. Kayak-nya yang lain kuat-kuat aja main dua bapak".

"Saran gue mending lu minta izin dlu deh sama Edoy".

"Iya-iya. Besok pagi deh gue bakal Minta izin dlu sama Edoy". Alex memeatikan Puntong rokoknya yang tingal setengan, lalu segera berjlan meninggal geromblan tema-teman-nya.

"mau kemanaLex". Tanya Edor.

"Mo tidur. Ngantuk".

"Woiii.. tumben Lex. Baru jam sepuluh Loh". Teriak Sam melihat Alex sudah meniki dipan-nya.

"Iya, lex. Lagian nanti subuh kayak-nya gak ada staf yang patroli, aman Lex. Nagapain tiudr".

"Justru Itu Kim, gak seru Lagi langgar aturan, para staf juga kayak-nya gak peduli". Sahut Alex yang kini mulai meringkuk di di dipa-nya.

'Ya elah. Aneh Loh Lex. Giliran peraturan Longgar malah gak di langgar". Alex hanya diam, mengindahkan kemntar Kim Barusan.

-CoraZoN-

Suara Kecipak air dan binatang berasahutan jadi pengsisi sunyi-nya malam. Semilir angin berderu, meiupkan aura dingi ke siapa saja. Kila dan Maria belum beranjak, sendari tadi menunggu Laila menyelseiakan ritual-nya sebelum tidur. Kali sengaja mereka melaukukan kegitan rutin sbelum tidur di kolam mandi belakang asrama sarah 3, karena mals bertemu dengan geng asara yang biasanya suka nongkrong di keran tempat wtdhu dekat asrama sarah dua.

"Kila, kamu kenapa, dari tadi senyum-senyum terus". Tanya Maria sehabis memperhatika sahabat-nya. Padahal sore tadi reka bertiga sedang kena maslah besar, ti tambah marah-nya kak helwa seteah-nya, lalu jum'at depan mereka harus keluar pondok buat beli perlatan kebersihan yang diruskkan Kila dan Hasanah.

"Gak apa-apa, lega aja gitu". Jawab Kila singat, senyumnya semaikn mengembang.

"What, Masku-nya kamu lega gitu bisa ketemu Kim?". Mendengar itu air muka Kila langsung berubah, bersmu merah.

"B'bukan lah, maksud aku bisa mengahajr tu nenek lampir, Malah kesana". Jawab Kila gak terbata.

"Ngaku aja Kila, bisa-bisany apke lasan seglah, padhal kamu lagi ng-Blush loh.". Mendengar itu Kia menangkupkan kedua tangan-nya ke pipi.

"Udah Marian, kamuntuh kenpa sih suka banget godain Kita-kita". Ucap Laila sembari menyeka air yang tersisa di wajah-nya dengan handuk kering.

"Seru aja, lait kali wajah-nya merah-merah gitu, lucu". Jawab Maria sambil tercengir.

"Di mana ketemua-nya. Di pakle". Tanya Maria pada Kila yang bertugas sebagi penyampai informasi melauli handphon-nya.

"Bukan Lah laila, Kita ke pasar Kuin, sekalian beli alat-alat kebersihan. Kan itu lasan kita bisa keluar".

"Ih.. gak roamtis amat, masa di pasar sih". Sahut Maria Sebal.

"Yelah, kamu aja ketemuan sama Sam di musholla dekat pesantren. Romanttis apaan". Balasa Kila, Laila hanya tertawa enggan berkomntar.

"Yahh, yang penting-kan ketemu"

"Makanya, yang penting ketemu, lagian kita di izin-in dari siang sampe sore loh, lumyan lama".

"Ya udah, ayok cepetan ke asrama, udah jam sepuluh lewat ini, nanti di kunciin". Ajak Laila. Ia pun bernajak meninggal kolam pada malam itu, di ikuti langkah Maria dan Kila.

-CoraZoN-

Santri yang MabniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang