Bab 8

15 1 2
                                    

Irene memijat pelipisnya ringan. Entah kenapa kepalanya terasa pusing. Apa mungkin karena ia tidak makan dengan baik. Kemarin saja ia belum makan apapun. Hanya minum teh herbal saat bertemu Mark.

"Unnie, apa kau sakit?" Hye sun bertanya khawatir.

"Tidak, aku baik-baik saja."

Hari ini adalah hari terakhir syuting singkatnya. Ia yakin bisa bertahan, sakit kepalanya akan hilang dengan sendirinya.

Key terlihat sibuk berbincang dengan billy. Mereka terlihat akrab sekali.

"Irene, ayo kita mulai syutingnya." Billy memanggilnya.

Irene mengangguk dan syutingpun berjalan dengan sangat lambat. Billy sangat perfectionis, syuting yang hanya dijadwalkan dua hari terasa sangat lama pada hari terakhir. Ia menuntut ini dan itu.

Dan sampai sore hari syuting belum juga selesai. Ini adalah scene terakhirnya bersama key. Ia akan melakukan yang terbaik agar segera menyelesaikan pekerjaannya.

Scene ini adalah scene dimana ia akan menyatakan cintanya kepada lelaki yang sudah lama ia cintai. Scene ini tidak sulit. Mengingat irene sudah sering mendapat peran ini. Hanya sulit untuk menatap key. Dan keuntungannya adalah karekter wanita itu adalah pemalu. Jadi irene tidak usah menatap key.

Akhirnya setelah 12 jam syuting, semuanha selesai juga. Kepala irene masih terasa sakit. Malah makin terasa sakit. Pening dan bumi terasa seperti bergoyang.

"Noona, apa kau baik-baik saja?" Bokma memegang tangan irene.

"Aku hanya pusing. Apa kita bisa langsung kembali ke hotel?"

"Tapi semua orang akan mengadakan makan malam bersama."

Irene hanya memejamkan matanya. Ia tahu ia tidak bisa menolak. Ini adalah pesta perpisahan. Sudah pasti ia harus ikut.

Key menghampiri mereka. Akan mengajak irene dan asistennya bergabung bersama mereka untuk makan malam.

"Hey, kau ikut kan?" Key bertanya pada irene.

Irene membuka matanya.

"Apa kau baik-baik saja?" Key terlihat khawatir melihat irene memucat.

"Aku akan cuci muka sebentar."

Irene bangkit dari tempat duduknya. Dan tiba-tiba ia hilang keseimbangan dan semuanya menjadi gelap.

"Unnie!" Hye sun berteriak.

Semua kru berkerumun dan key dengan sigap menggendong irene. Ia khawatir dan juga marah pada wanita itu.

"Ada apa dengan dia?" Tanya key pada bokma.

"Noona, hanya bilang kalau dia sakit kepala."

"Kalau begitu lebih baik bawa dia ke rumah sakit." Ujar billy.

Tanpa memperdulikan pandangan orang lain Key membawa irene kemobilnya dan langsung melarikannya menuju rumah sakit terdekat.

***
Key menatap irene yang masih belum sadarkan diri. Selang infus terpasang ditangan kanannya. Dokter bilang wanita itu kelelahan dan menderita anemia. Key tahu irene memiliki penyakit anemia. Dan itu akan kambuh bila irene kelelahan dan kurang istirahat. Bokma dan hyesun duduk disofa ruang tunggu diluar. Membiarkan key dengan leluasa menunggu irene sadar.

Ia menatap wajah irene yang pucat. Make up yang tipis membuatnya terlihat pucat. Irene membuka matanya. Gadis itu sudah sadar.

"Key." Katanya begitu melihat key.

"Kau dirumah sakit." Kata key dingin.

Irene mengerti. Ia terlalu kelelahan beberapa bulan terakhir ia terlalu sibuk dan jarang istirahat. Ia tahu ini akan terjadi.

"Kenapa kau tidak menjaga dirimu sendiri? Untuk apa kau bekerja terlalu keras?" Rahang key mengeras.

"Apa pedulimu."

"Aku jelas peduli padamu. Kenapa kau seperti ini?"

Irene mendengus kesal "kau harusnya tidak berkata seperti itu setelah apa yang telah kau lakukan."

"Aku tahu apa yang aku lakukan salah. Aku sudah berkali-kali meminta maaf bukan? Apa itu tidak cukup?"

"...."

Key memegang tangan irene "kau tahu hidupku sulit ketika di seoul. Aku bisa bertahan karena ada kau disampingku. Kita saling menguatkan. Tapi, keadaanya kemarin berbeda. Aku sakit saat itu. Dan aku sadar, aku ini manusia bukan robot. Kau juga harus sadar bahwa tubuhmu butuh istirahat. Kau bukan mesin pencari uang."

Irene menatap key. Ia telah bersikap egois selama ini. Hanya memikirkan perasaannya tanpa bertanya bagaimana perasaan key. Ia harusnya mengerti dan mensupportnya. Tapi apa yang ia lakukan adalah marah dan berfikir egois.

"Tapi kenapa kau malah memulai karirmu di jepang. Sementara kau bilang kau butuh istirahat."

Key mendesah dan terlihat frustasi "aku butuh uang."

"Untuk apa?"

"Kau tahu, aku membatalkan kontrak dan aku harus membayar kerugiannya."

Irene menatapnya, tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Ia terlalu egois pada saat itu dan tidak berfikir dengan menggunakan logika. Ia tahu kalau pembatalan kontrak itu membutuhkan uang yang sangat banyak.

"Kumohon maafkan aku." Key berkata.

Irene mengangguk ragu.

Key tersenyum dan memeluk wanita itu. "Aku sangat merindukanmu."

"Aku juga."

Key tersenyum dan menatap wanita yang masih ia cintai.

"Istirahatlah, aku akan menelpon sebentar. Aku yakin akan ada banyak wartawan nantinya."

"Kau akan pergi?" Tanya irene.

Key mengelus kepala irene "aku tidak akan kemana-mana."

Irene mengangguk dan merebahkan diri diatas ranjang rumah sakitnya. Entah kenapa perasaannya menjadi ringan.

***

Hey...
Aku akhirnya memutuskn untuk melanjutkan cerita ini. Walaupun ada sedikit readerny. Tapi aku akan sabar menunggu vote dan komen kalian.

So much love :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Shine MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang