"Halo"
"Iya,kenapa?"
"Lo ketempat gue sekarang"
"Ngapain? Gue lagi main ps,gak bisa diganggu"
"Ck,ini lebih penting dari game lo itu. Udah deh,mending lo kesini sekarang, gue ada tugas buat lo"
"Gue otw"
***
Langkah kaki dua pasangan ini terus bergerak tak menentu arah. Berbagai bangunan telah mereka lewati, tapi tak ada satu pun yang mereka singgahi. Membuat Rina ingin menjitak kepala seseorang disampingnya saat ini.
"Cal" Calvin hanya meliriknya sekilas sebagai tanda ia mendengarnya.
"Kita sebenarnya mau kemana sih? Jauh amat perasaan" ucap Rina jengkel. Kakinya sudah pegal-pegal akibat berjalan terus-menerus.
"Udah deket"
"Trus,kenapa gak naik taksi aja? Biar cepet,nih kaki udah kaya mau patah"
"Hemat biaya" jawab Calvin singkat. Sebenarnya bukan karena hemat biaya. Seorang Calvin Donovan tak memiliki kata"hemat" dalam kamusnya. Secara,dia memiliki segalanya,bahkan ia bisa membeli semua taksi yang ada di Paris,jika ia mau. Terdengar sombong memang, tapi itulah Calvin.
Alasan sebenarnya adalah karena ia ingin berlama-lama dengan Rina. Jika menggunakan taksi,tak sampai 10 menit,pasti udah sampai. Sekalian,ia ingin membuat Rina kesal.
Rina hanya memutar mata sebagai balasan."pelit!"
Calvin menoleh"Apa?"
"Dasar pelit! Orang kaya tapi pelit! Wlee" Rina menjulurkan lidahnya tanda ia meledek Calvin. Yang diledek hanya mendengus.
Beberapa menit berlalu,tapi mereka masih berjalan bagaikan orang tolol mencari koin emas.
"Ihh! Calvin,katanya udah deket,kok gak sampe-sampe sih? Jangan bilang tempatnya mundur ke belakang lagi? Makanya gak sampe dari tadi" Ucapan Rina mulai ngaco. Hal yang ia katakan tak mungkin terjadi. Membuat Calvin ingin tertawa karenanya.
Nih anak otaknya udah gesrek kali ya batin Calvin.
"Kok ketawa sih? Gak lucu"
"Siapa yang ketawa?"Calvin balik bertanya.
"Ihh! Nyebelin banget sih! Kalo gitu lagi,aku pergi nih" Seru Rina mengancam.
Calvin hanya mengangkat bahu tak peduli. Bukan tak peduli sebenarnya, tapi ia juga berfikir,tak mungkin Rina akan pergi beneran,yang ada dia bakalan tersesat,bahasa Prancis saja ia tak tahu.
Dengan wajah cemburutnya ia menatap tajam kearah Calvin "Oke,kalo itu yang kamu mau"
Ia menghentak-hentakkan kakinya lalu berbalik badan dan berjalan dengan langkah besar.
Calvin tertegun. Rina benar-benar pergi,tapi sedetik kemudian ia berfikir ah,pasti ntar balik lagi.
Tetapi, lima menit berlalu Rina tak kunjung kembali. Ternyata,Rina serius dengan ucapannya. Calvin mulai panik dan langsung mencari keberadaan Rina.
***
"Aduh,ini dimana lagi? Ah,untung bawa hp." Rina pun mulai mengeluarkan handphonenya dan seketika ia tiba-tiba ingin membanting benda pipih itu. Alat komunikasi itu tak dapat digunakan dikarenakan baterainya habis alias lowbat.
Sial! Umpatnya dalam hati.
"Calvin mana lagi? Kok dia gak nyariin gue? Eh? Kok gue jadi berharap gini sih." Rina tak sadar bahwa ia berbicara sendiri membuat orang-orang melihatnya seakan akan mengatakan itu orang gila apa kesurupan sih?
Sampai ia melihat sesuatu yang membuatnya senang. Ya, ia melihat kedai es krim. Rina pun berjalan ke arah kedai itu.
"Bang,es krimnya coklatnya satu ya" ucap Rina riang gembira serta memperlihatkan senyum indahnya.
Désolé , je ne comprends pas vos intentions . (Maaf,Saya tak mengerti maksud anda)
Rina melongo mendengar suara tukang kedai eskrim itu. Dongkol. Itulah yang ia rasakan sekarang.
Tiba-tiba, seseorang menepuk pundak wanita itu dan ia tersentak.
"Eh?" Ucap Rina kepada orang itu. Rina menatapnya bingung,mengapa orang ini menepuk pundaknya? Jangan-jangan dia salah orang?
Rina hanya mengangkat satu alisnya.
"Lo sia, eh? Sorry, who are you?"
Orang itu tersenyum dan mengulurkan tangannya "Kenalin gue Ronald"
Rina membulatkan mata "Lo bisa bahasa Indonesia?" Tanyanya kegirangan. Ia tak sangka bisa bertemu orang sebangsanya di negara lain. Ini suatu kebetulan yang sangat amat tepat.
Ronald mengangguk disertai senyum tipisnya. "Lo kenapa? kayaknya tadi gue liat lo mau beli eskrim ya?"
Wajah gadis berponi itu seketika berubah. "Iya,tapi gue gak tau bahasa orang sini"
Yang terjadi selanjutnya, Ronald berbicara bahasa yang tak dapat ia mengerti dengan tukang kedai eskrim itu. Rina yakin Ronald sedang berbahasa Prancis.
"Ini,sori cuma rasa strawberry,coklat abis" Ronald memberikannya eskrim berwarna pink dengan tiga tingkat.
Rina menerimanya dengan senang "gapapa kok, gue malah suka banget rasa strawberry. Thanks ya"
"Urwell. Btw, lo belum nyebutin nama lo"
"Gue Karina. Tapi panggilannya Rina"
Ronald mengangguk. Ia memperhatikan wanita di depan nya yang dengan sangat lahap memakan es krimnya.
Merasa diperhatikan, Rina balik menatapnya. Ternyata,cowok ini cakep juga. Tubuhnya juga atletis. Hampir sama dengan Calvin.
Loh-loh,kok malah jadi Calvin ya? Ah,lupakan.
"Oh iya, boleh minta idline lo? Sebagai awal pertemanan kita"
"Boleh." Rina pun menyebutkan idlinenya.
"Ok deh,ntar addback ya. Hehehe.."
Omg! Nih cowok manis banget. Duh.. calm Rina. Batin Rina.
Hanya anggukan kepala dan senyum manis yang ia berikan ke cowok itu. Entah kenapa ia tak bisa mengeluarkan kata-kata.
Menit berikutnya Rina dan Ronald saling tertawa lepas bersama karena lelucon dari Ronald. Mereka tampak bahagia seperti orang berpacaran. Dan tanpa mereka sadari,seseorang yang menatap mereka berdua dari jauh hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Ya,dialah, Calvin.
***
Mungkin setelah cerita ini selesai, aku bakal edit kembali, soalnya banyak typo(s) nya :(
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomanceMengisahkan tentang 2 orang yang terikat dengan pernikahan "Gue masih muda,masih pengen nikmati kehidupan masa-masa dimana bisa bersenang-senang tanpa adanya cowok sok dingin itu. Gue gak mau nikah!!!" Karina Graham "Married? Dengan cewek cerewet it...