3. Third Phase

4.1K 271 24
                                    

Setelah seharian aku bersekolah, akhirnya bel pulang sudah berbunyi.

Aku biasanya berjalan pulang bersama Steven. Tapi, karena ada teman baru, Ellie. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang bertiga dan mengantar Ellie pulang terlebih dahulu.

"Rumahmu dimana Lie?" tanya Steven.

"Tuh disana."

Kami hanya mengikuti jalan ini menuju rumah Ellie. Rumah Ellie sepertinya sangat menarik. Terlihat di pinggir jalan semua makanan tertata rapi bersebelahan.

"Makasih ya. Bye."

"Oke. Hati-hati Lie," balas Steven.

Kami melihat Ellie pulang. Kami akan melanjutkan perjalanan pulang jika Ellie sudah masuk kedalam rumah.

Akhirnya Ellie sudah masuk. Aku dan Steven berjalan pulang dan membeli gorengan disekitar sini.

"Bang, gorengannya 5ribu ya."

"Oke, dek."

Setelah kami mendapatkan gorengan kami, kami lanjut menuju rumah kami masing-masing.

"Bye, Win."

"Ya."

Aku pulang sendirian karena Steven sudah sampai di rumahnya.

Saat aku kembali kerumah, aku mendengar suatu suara.

"Tolong!!!"

"I wanna play something with you."

Play?
Play?
Let's play.

Jantungku mulai berdetak kencang. Entah apa yang terjadi pada diriku lagi.

Kulihat dari belakang dan rupanya sedang terjadi pelecehan digang tersebut.

"Tolong.... jangan apa-apain saya."

"Diam kau."

Aku terus melihat mereka dari belakang. Dengan perlahan aku mengeluarkan pisau dari dalam tas ku.

Saat aku melihat kembali, korban melihat diriku yang tengah melihat dia sedang dianiaya.

"Shht!" perintahku.

Ia mengangguk dan ia membuang mukanya. Dengan perlahan aku berjalan kebelakang tersangka dan ingin mencoba menikamnya dari belakang.

Semakin dekat. Dengan perlahan aku tetap mencoba menolong perempuan tersebut.

Croot....

Pisauku menembus dari punggung hingga kedepan. Hampir mengenai dada perempuan tersebut.

"Aku sudah menolongmu. Bisakah kau bantu aku menyembunyikan mayatnya?" tanyaku padanya.

"Oke, dek. Makasih ya sebelumnya."

"Iya gapapa."

Aku dan perempuan itu langsung menggali lubang dipinggiran sini. Masih ada tempat yang muat untuknya karena postur tubuhnya yang lumayan kecil.

Setelah kami menyembunyikan mayatnya, aku merasa sedikit senang. Meskipun hanya 1x tikam dan mati, tapi hasratku mulai menjadi-jadi.

Bekas darah yang berada di pisauku kujilati hingga bersih supaya tidak ketahuan oleh ibuku.

"Saya permisi ya dek."

"Oiya, hati-hati tan."

Ia akhirnya pergi meninggalkanku dengan tatapan aneh yang masih membersihkan darah dipisauku.

Darah ini. Sangat enak sekali. Aku mau lagi. Lagi. Lagi. Lagi.

Tanpa sadar aku mengores tanganku dengan pisau itu dan menjilat bekas goresan itu dengan cepat.

Dengan cepat, tubuhku mulai lemas. Aku mulai kesusahan berjalan. Dengan cepat aku mencoba kembali kerumah dan lagsung tidur.

Rumahku hanya tinggal beberapa meter lagi. Aku berjalan dengan susah payah menuju rumahku sendiri.

Sambil memegang luka di tanganku, aku berjalan selayaknya seorang zombie. Dengan muka yang pucat, dan berjalan dengan compang-camping.

Sedikit lagi aku sampai di depan rumahku. Akhirnya, dengan penuh perjuangan, aku bisa masuk kedalam rumah.

Dengan cepat aku mencoba memasuki kamarku dan menyembunyikan lukaku ini.

***

Jam dinding sudah hampir menunjukkan pukul 7 malam dan aku masih didalam kamar mencoba menutup lukaku.

"Win, makan cepetan!"

"Iya ma."

Dengan cepat aku langsung masuk kedalam wc dan mandi. Setelah aku selesai mandi, aku turun dan mengambil makananku dan membuka tv.

Sambil menonton tv dan sambil makan itu sangatlah nikmat. Apalagi jika ditemani pacar....

Tapi, aku takut mengenai hal tadi siang. Aku takut perempuan itu melaporkanku kepolisi karena membunuh.

Aku mulai berpikir akan hal aneh terjadi pada diriku. Terlintas di imajinasiku rumah ini akan menjadi tempat eksekusi untuk mereka yang ku ajak bermain.

"Are you wanna play a game with me?" suara tv.

Play game?
Game?
GAME?

Jantungku mulai terpacu lagi. Semakin kencang dan rasanya seperti ingin meledak.

Dengan perlahan aku mengunyah daging ayam ini. Rasanya hambar. Dengan perlahan aku membayangkan bahwa aku memakan daging ayam dengan saus darah yang sangat enak.

Sambil memejamkan mata aku memakan daging ayam ini dan dalam 10 menit makananku akhirnya habis.

Aku langsung kembali kekamarku dan memilih untuk tidur.

To be continued...

Yey finally part 3.
Sorry bikin kalian nunggu :v.

Baca juga cerita temen saya.
Shimicchi : Between
Virbonis : The Biohazard

Vote and comment = spirit for me.
(^-^)

10 - July - 2016

The PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang