11. Nothing (2)

1.8K 108 1
                                    

Bel selesai istirahat telah berbunyi. Clara yang sedang melompat-lompat kegirangan di lorong kelas membuatku sedikit tersenyum.

"Cie cie, balikan nih ye," ledek Steven disampingku.

"Paan sih. Gue belum bilang 'balikan' luh," balasku dan menaruh kepalaku diatas meja.

Tapi rasanya akan sedikit aneh. Untuk apa kita pacaran jika ujungnya putus? kenapa harus ada yang namanya "putus" dalam hidupku? Aku sudah berharap sangat banyak padanya padahal.

Sebelumnya, aku hampir menginjak 3 tahun berpacaran dengan Clara. Tapi, ia memutuskan pilihannya 3 bulan lebih awal. Aku pikir bisa bertahan sampai 3 tahun. Tapi, hanya 2 tahun 9 bulan saja.

Ya, inilah nasib seorang Awin kali. Kenapa juga ia harus datang kembali pada masa-masa melepas kenangan bersama? Apa ia tidak capek? Untungnya disini aku memiliki teman yang "setia" padaku.

Masih dengan keadaan yang parah, Stevanus menghampiriku. Menampar pipi kiriku pelan dan ia berbisik padaku.

"Jangan jadi cowo lemah!"

Shit. Kata-katanya sangat pedas ditelingaku. Aku langsung mengangkat kepalaku. Entah apa maksud Stevanus berkata seperti itu. Tapi, sepertinya ia memiliki maksud tertentu.

Baru sekitar 1 menit aku menegakkan badan, aku sudah merasa lemas lagi. Steven disampingku meminta teh panas pada guru untuk diberikan kepadaku.

"Gue pucet ye?" tanyaku pada Lisa.

"Banget."

"Oh... oke," balasku dan langsung meletakkan kepalaku diatas meja. Lagi.

Benar-benar hari yang membosankan dan aneh. Padahal fisikku terbilang kuat dan sepertinya baru 1x ini aku sakit pada tahun ini.

Akhirnya, teh panas yang dibawakan Steven sudah berada di atas mejaku.

Aku menyruput teh itu perlahan, benar-benar panas tapi nikmat.

Mengingat hal tadi, membuatku menjadi manusia bodoh. Kenapa aku masih menyukainya jika kita sudah putus beberapa bulan ini.

Lagipula, untuk apa ia kembali dalam hidupku? Hanya menambah beban dalam diri sendiri.

Saat aku sedang menyruput teh panas itu, hp ku bergetar. Aku mengambil hp ku di kantong celana dan melihat notifikasi dari applikasi Line.

Clara added you by id.

Rupanya ia masih mengingat id Lineku. Ingin rasanya aku menolaknya. Tapi, aku masih memberikannya sebuah kesempatan. Aku memencet "Add" dan baru saja aku memencet layar hp ku, tiba-tiba Clara mengirim pesan melalui Line.

"Test." pesan dari Clara.

"Masuk." balasku.

Dan, tidak ada lagi notifikasi darinya. Guru kami sedang menerangkan mengenai Peluang. Aku yang masih merasa tidak enak masih dengan posisi yang sama.

Dengan kepala diatas meja, menyruput teh beberapa menit sekali, dan mencoba untuk tidur.

Meskipun hal itu tidak boleh dilakukan saat dalam pelajaran, tapi apa boleh buat? aku sedang sakit dan inilah cara untuk membuat penyakit ini lebih baik untuk saat ini.

"Gimana, Win?" tanya Steven.

"Udah mendingan," balasku dan tersenyum padanya.

"Kalau perlu apa-apa bilang gue aja," balasnya lagi padaku.

Aku mengangguk mendengar perkataannya. Memang teman sejati. Aku melihat ia sedang mengerjakan tugas dengan sangat giat. Ellie, Lisa, dan Stevanus juga terlihat gigih mengerjakan tugasnya itu.

The PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang