4. First Target

3.7K 237 15
                                    

Pagi ini aku bangun lebih awal. Aku terbangun karena ayah dan ibuku berantem karena hal sepele. Biasanya yang memulainya selalu ayahku.

Aku membuka pintu dan sesuatu melewati depan mataku.

Prank.....

Suara gelas beling yang dilempar dengan sangat kuat itu terbentur ke dinding.

"Ada apa sih ribut-ribut pagi hari?" tanyaku dengan nada kesal.

"Ayahmu tuh. Selalu mencari masalah setiap pagi."

"Ayah kenapa sih? Selalu bikin mama marah tiap hari. Kalo udah gasayang mending langsung angkat kaki aja deh! Ganggu orang tidur tau gak!" balasku.

"Sialan kau nak. Dasar anak durhaka."

"Kalau saya anak 'durhaka' berarti anda juga?" tanyaku.

"Juga apa?" balas ayahku.

"Juga durhaka lah. Ini anak kalian loh. Keturunan kalian!"

Plak...

"Did you just slap me?" tanyaku pada ayahku.

"Yes. Then what?" balasnya.

"F*ck you."

Brak....

Aku membanting pintu kamarku dan menguncinya dengan kencang. Baru kali ini aku ditampar oleh ayahku. Tak pernah sebelumnya ia menamparku sekeras ini.

"I wanna play a game!" teriakku.

Kuambil semprotan nyamuk yang berada didalam kamar dan aku  membawa keluar penyemprot itu dan aku melihat ayahku tengah membuat kopi di lantai 1.

Saat ia pergi keteras, dengan cepat aku membuka penyemprot itu dan menuangkan sedikit kedalam kopinya.

Saat ia kembali, memang belum bereaksi. Sekitar 5 menit aku menunggu, ia mulai kejang-kejang. Busa mulai keluar dari mulutnya dan ia terjatuh pingsan dipangkuan ibuku.

Aku yang sedang tersenyum sinis melihatnya dengan penuh kesengsaraan.

"Win, kamu ngapain disana? Buruan telepon ambulan," kata ibuku.

"Oke ma."

Dengan cepat aku menelepon ambulan dan berpura-pura menangis.

Tidak seru jika korban langsung mati begitu saja.

Sekitar 20 menit kami menunggu, ibuku ikut dengan ambulan itu. Sedangkan aku, aku harus bersekolah hari ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Aku langsung mandi dan mengambil selapis roti untukku makan dijalan.

Selama perjalanan, aku khawatir dengan keadaan ayahku.

Apa ia akan mati begitu saja?
Apa ia tak bisa bermain denganku?
Aku kekurangan kesenangan.

Tak terasa, tiba-tiba aku berada di ambang pagar sekolahku. Aku langsung berlari menuju kelasku dan menemui Steven sedang mengerjakan sesuatu.

"Apaan tuh, Stev?" tanyaku.

"PR mat."

"WHAT?!" tanyaku panik

"Tuh... salin aja. Pas banget gue udah selesai."

"Thanks."

Dengan cepat aku menyalin pekerjaan itu dan selesai lebih cepat. Rupanya hanya 10 nomor saja.

"Bapa lu masuk rumah sakit ye?" tanya Steven.

"Kok tau?" balasku.

"Tadi ada mobil ambulan lewat sekolah."

The PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang