Prologue

14.2K 963 100
                                    

Sampai kapan aku harus terus menunggu begini? Rasanya sudah lebih dari lima belas kali aku mengumpat setiap kali melirik jam di dinding, mendapati bahwa ini sudah pukul satu malam lewat, ini sudah dua jam dari waktu yang dijanjikannya dan ponselku masih belum juga berdering.

Marc brengsek.

Dia pasti melupakanku lagi. Ini sudah yang kesekian kalinya dalam satu minggu ini—berkata dia akan menghubungiku tapi dia selalu mengingkari janjinya. Padahal sekarang di Barcelona sudah pukul sepuluh pagi dan aku rela menunggu teleponnya hingga selarut ini di San Diego setelah konserku berakhir. Benar-benar sialan. Kali ini aku tidak akan mengampuninya. Lihat saja besok.

Mematikan ponselku, aku beringsut menaruhnya di atas nakas sebelum menarik selimut tebal hingga menutupi dadaku. Aku tidak yakin jika aku bisa tidur dengan nyenyak setelah pria sialan itu jelas-jelas membuat suasana hatiku rusak malam ini. Aku sendiri tidak mengerti mengapa ini terasa begitu mengganggu. Terang saja, sudah hampir enam bulan lamanya kami berpacaran, baru sekarang aku merasakan betapa sulitnya memiliki hubungan jarak jauh, padahal ini bukan yang pertama kalinya bagiku. Aku sudah pernah melalui hal semacam ini sebelumnya, akan tetapi dengan Marc hal ini terasa jauh berbeda—jauh lebih membingungkan dan menyiksa batin. Mungkin karena aku masih terlalu dimabuk cinta olehnya sehingga perasaan rindu kerap kali membuatku tidak tahan ingin mendengar suaranya, mengetahui kabarnya, dan lagi—yang paling utama—melihat wajahnya dan merasakan pelukan hangatnya ketika kedua lengan kekarnya itu membungkusku. Sungguh, ini membuatku frustasi tapi aku tidak pernah mau menjadi gadis yang selalu menanyakan kabar kekasihnya 24 jam tanpa henti. Itu terdengar mengerikan dan aku tidak berpikir ini akan berhasil jika satu di antara kami memiliki sifat over-protective seperti itu.

Sekali lagi aku melihat jam di dinding. Pukul 1.25 AM. Wow, aku sudah mengumpat hampir dua setengah jam lamanya. Ini benar-benar harus dihentikan.

Memejamkan mata, hal terakhir yang aku lihat di kepalaku adalah wajah tampannya yang babak belur setelah aku menghajarnya habis-habisan dengan sarung tinju. Dasar pembalap-perebut-hati-wanita-amatiran! Kau akan tahu rasa besok.


TO BE CONTINUED!

A/N: Oke, jadi sesuai janji gue di broadcast message waktu itu kalo gue bakal ngasih ff Marc yang baru setelah "GAS!!" gue putuskan untuk discontinued (dikarenakan gue ga begitu nge-feel dengan karakter utamanya). So, here we go again! Gue sajikan yang baru untuk kalian yg uda mupeng sama fanfic Marc ehehe :) and anw, rencananya ini "mungkin" bakal jadi short story, so jangan berharap banyak yaa :'' dan main cast cewenya ga bakal gue sebutin siapa pemainnya karena jujur (meski ini sedikit memalukan) gue ngebayangin diri gue sendiri yg jadi tokoh utama cewenya biar gue lebih niat nulisnya wakakkakaak *jangan tampar aku kakaaaa* main cast cewenya sesuka kalian aja lah bayanginnya mau siapa, bebas.
Well, gue harap kalian suka dengan FF yg ini ;) toodles!
-R. Killa

FAME (Marc Marquez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang