1. Revenge

11.8K 816 143
                                    

"Sierra, kau tidak akan mengangkat ponselmu?" Tanya Emma, menunjuk sekilas pada ponselku yang sudah berdering untuk kelima kalinya.

Aku diam tidak berkutik, menatap diriku di cermin sementara MJ menata rambutku untuk pertunjukkan malam kedua di San Diego. Emma mengerutkan keningnya padaku. Tentu saja aku tahu dia sudah mencium sesuatu yang mencurigakan sejak pagi ini karena aku terus mengabaikan telepon dari Marc dan enggan menyebut nama pria itu setiap kali seseorang bertanya padaku tentang dirinya. Di samping teman-teman terdekatku, Emma adalah salah satu orang yang selalu mengerti dengan situasi yang aku alami. Pekerjaannya sebagai asisten pribadiku membuatnya hampir selalu mengikutiku kemana pun aku pergi dalam setiap rutinitasku sebagai seorang public figure.

"Sierra, apa kau mendengarku?"

"Ya, tentu saja. Aku masih punya telinga."

"Kalau begitu mengapa kau tidak menjawabnya?"

"Menjawab yang mana? Pertanyaanmu atau teleponnya?"

Emma bercekak pinggang di sebelahku, menatapku dari pantulan cermin. "Teleponnya."

"Well, pertama, aku sedang tidak ingin diganggu. Kedua, dia layak mendapatkannya. Ketiga, kembali ke alasan pertama. Konserku akan dimulai 30 menit lagi, Emma, aku tidak mau ada sesuatu yang mengalihkan perhatianku dari kewajibanku untuk menghibur ribuan penggemar yang sudah datang malam ini."

"Kalian bertengkar lagi?"

"Tidak."

"Jadi kalian baik-baik saja?"

"Ya." Kurasa.

"Apa semalam dia menghubungimu?"

"Tidak." Jawabku, mencoba untuk terdengar datar. Dan seketika itu pula Emma melipat kedua lengannya di dada, menatapku dengan tatapan yang menghakimi seakan dia sudah tahu apa yang terjadi. "Sudah kubilang dia layak mendapatkannya. Ini hanya pembalasan dendam yang tidak seberapa."

"Ini mungkin tidak seberapa tapi dia bisa saja menjadi marah besar padamu. Apa kau mau hal yang dulu terulang lagi?"

Aku memutar bola mataku darinya, memilih untuk mengawasi MJ yang sedang membuat ujung rambut hitamku bergelombang. Tak lama, beberapa penata busana mulai berdatangan membawakan deretan kostum yang akan kugunakan selama tour dunia musim ini.

"Sierra!"

"Apa?!"

"Angkat teleponnya!"

Aku mendengus marah padanya. Sebenarnya siapa yang menjalani hubungan ini? Aku atau dia? Mengapa dia jadi ikut campur mengatur kehidupan percintaanku?

MJ menyudahi tugasnya dan sekarang aku harus segera berganti pakaian. Emma masih menatapku dengan garang, sedikit mengibaskan rambut pirangnya ke belakang tapi aku tidak mempedulikannya. Persetan dengan pencitraanku yang dikenal selalu sendiri dan payah dalam mempertahankan hubungan percintaan. Setelah aku menjalani karir sebagai seorang penyanyi dan musisi selama tiga tahun belakangan ini, orang-orang nampak kaget karena aku jarang terlihat bersama pria sementara aku selalu menulis banyak lagu cinta yang dramatis dan melankolis, lalu sejauh ini aku hanya memiliki satu orang mantan kekasih serta beberapa pria yang dikabarkan dekat denganku. Tapi untuk apa pula aku mengkhawatirkan pencitraanku yang satu itu hanya karena aku lebih senang melajang dan memilih untuk bergaul saja dengan teman-teman priaku? Itu bukan berarti aku gadis yang selalu menaiki penis yang satu ke penis yang lainnya tanpa hubungan yang jelas. Dan beberapa teman dekat bukan berarti aku memiliki hubungan rahasia dengan mereka atau sejenisnya. Media memang terkadang—tidak, maksudku selalu mengada-ngada hanya agar berita mereka terdengar menarik untuk menjadi konsumsi publik.

FAME (Marc Marquez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang