8. Direct Message

1.5K 170 112
                                    


"Kau marah padaku, ya?" Marc bertanya dengan polosnya di saat Sierra sedang mengelus bulu-bulu halus kucing kesayangannya di pangkuannya. Sudah hampir tiga puluh menit lamanya gadis itu duduk di teras rumah keluarga Marquez dan mengabaikan kekasihnya yang berdiri tidak jauh darinya.

Rencananya pagi ini Sierra dan Marc akan pergi ke Andorra, ke rumah pribadi Marc, dimana ia biasa menghabiskan waktunya untuk latihan fisik, karena di Cervera, Marc tidak banyak melakukan kegiatan yang bisa menunjang karirnya sebagai pembalap.

Marc mengakui dalam hatinya bahwa ia merasa sedikit risih dengan sikap Sierra yang seperti ini—terlalu banyak diam. Tapi dia sudah mengenal kekasihnya cukup baik untuk tahu bahwa dia sedang marah, hanya saja ketololannya tidak pernah hilang. Sudah tahu sedang marah, masih ditanya juga.

Sierra menoleh ke arah Marc, tidak menatapnya secara langsung. "Mengapa aku harus marah? Kau, kan, tidak melakukan apa-apa."

"Eh? Bukannya kau sedang marah? Sudah lebih dari 20 menit kau mengabaikan keberadaanku."

"Dua puluh menit? Apa yang kau lakukan selama 20 menit?"

Marc menghembuskan napas kekesalannya, dia mondar-mandir, menarik rambutnya ke belakang dengan keras. Inilah yang dia tidak suka dari wanita! Lebih baik dia mengencani motornya saja kalau tahu akan serumit ini. "Sungguh? Kau baru menyadarinya? Aku berdiri sepanjang waktu memperhatikanmu membelai Chanel. AKU BERDIRI SETENGAH METER DARIMU!"

"Oh."

"Oh?" Marc melototinya, dan Sierra masih tidak menganggapnya serius. Tangannya dengan lembut mengusap buntalan bulu berwarna abu-abu yang hidup itu. "Ah, sudahlah! Kemasi barang-barangmu. Kita berangkat sekarang."

"Aku sudah melakukannya."

"Kalau begitu tunggu aku di mobil, akan kumasukkan koper-kopermu."

"Bukankah aku harus berpamitan pada orang tuamu dan Alex?"

Marc mendesah, memutar bola matanya. "Ikut aku."


***

Perjalanan dari Cervera menuju Andorra tidaklah begitu jauh, hanya dibutuhkan waktu kurang-lebih 2 jam saja yang ditempuh dengan mobil.

Sepanjang perjalanan Sierra sibuk dengan ponsel dan iPodnya, mendengar lagu-lagu dari band dan penyanyi favoritnya karena Marc lebih menyukai musik-musik lokal dari negaranya sambil sesekali dia ikut bernyanyi pada alunan musik. Semua orang tahu bahwa Marc adalah salah satu orang yang memiliki suara terburuk di dunia, tikus di rumah saja bisa kabur hanya dengan mendengar suara nyanyiannya. Hanya Sierra Campbell yang bisa tahan dengan itu—kecuali untuk hari ini. Telinganya merasa seperti ditusuk-tusuk setiap kali mendengar lengkingan suara Marc yang bernyanyi.

"Marc..." panggil Sierra pelan, seraya melepas kedua earphone dari telinganya.

Pria itu malah terus bernyanyi sambil menyetir mobilnya dan menghentak-hentakkan bahu mengikuti irama lagu yang terdengar seperti dangdut koplo, dia tidak mendengar suara Sierra yang terlalu rendah dan kalah oleh radio dan suara nyanyiannya. Merasa gerah, Sierra mematikan radio itu dengan cepat dan secara otomatis menghentikan Marc dari nyanyian dan goyangannya.

"MARC!" suaranya meninggi.

Marc menatapnya bingung, sedikit marah dan terusik. Kenapa lagi? "Ada apa?"

"Kita harus bicara."

"Oke. Bicaralah." Dengan enteng tangannya menggapai radio dan menyalakannya lagi.

Cepat-cepat Sierra mematikkannya sebelum Marc kembali bernyanyi. "Aku serius. Kumohon. Tidak ada musik dan berhentilah menyanyikan lagu-lagu sampah itu."

FAME (Marc Marquez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang