#3 : Skandar, Officially Dating

417 14 1
                                    

"Bukannya sudah kubilang, jangan mengatakan sesuatu yang aneh-aneh di depan penggemarmu! yang susah bukan kau, tapi aku! Managermu yang sering kena sial karena mengurusmu!"

Chloe -managerku- sudah mendengar berita tersebut. Berita dimana aku menyatakan bahwa si anorexia yang duduk di sebelahku adalah pacarku.

Alexandra Felicia Rinaldy, anorexia blasteran dari Indonesia pecinta Kpop di lautan warna pastel dan putih. Lihat saja isi lemarinya. Hanya ada warna-warna lembut. Mmm... mungkin tidak karena aku baru ingat dia punya sepatu hitam dan gaun merah.

"Sekarang kita harus bagaimana, hah?" Chloe duduk di sofa.

"Tidak tahu. Itu tugasmu, Manager." Aku tetap memainkan ponselku.

"Kau kira hidupku hanya untuk mengurusmu?" Manager Chloe menutup layar ponselku.

"Kenapa kau tutup layarnya?"

"Ya sudah, kalian pacaran saja."

Aku kaget mendengar perkataan Chloe. Dengan gampangnya dia bilang begitu. Tapi memang salahku juga, mengatakan hal seperti itu.

"Hah?"

"Iya, kalian sekalian pacaran saja." Chloe tersenyum. Saat melihatku, dia seperti menunjukkan wajah yang senang sekali. Dia seperti merasa menang dariku. Tsk.

"Ti-tidak mau! Nanti aku jadi sorotan di sekolah. Hoho, tidak mau. Lihat! Kau ada di majalah ini, ini, ini, ini dan ini!" Lexa menunjukkan beberapa majalah yang memuat beritaku. Di sampul depannya, langsung ada nama kami berdua.

Akhirnya Skandar Keynes mempunyai kekasih!

Couple of the month : Skandar Keynes - Alexandra Rinaldi!

Mengungkap kebenaran love life seorang Skandar Keynes

Mereka sampai tahu nama belakang Lexa? Paparazzi sepertinya niat sekali mencari informasi tentang Lexa.

Setelah aku membaca beberapa artikel, hanya 2 artikel yang benar-benar menulis seperti apa yang kukatakan beberapa hari lalu. Ketika aku baru pulang mengajar di sebuah sekolah menengah pertama dekat rumah, ada 4 orang menungguiku di taman. Kemudian mereka mewawancaraiku. Saat itu, aku tidak menyebut nama lengkap Lexa.

"Sudahlah, Lex. Kita jalani dulu saja. Mungkin setelah 3 atau 4 bulan, kita bisa mengakhiri ini," kataku setelah menaruh ponselku.

Lexa diam. Aku tahu dia memikirkan banyak hal. Menjelaskan ke sahabatnya mungkin lebih mudah. Menjelaskan ke keluarganya di Indonesia mungkin lebih susah, menurutku.

Aku sebenarnya juga takut menjalaninya. Takut Lexa yang terkena imbasnya. Kebanyakan fans-ku tidak terlalu agresif, bukan berarti tidak ada. Tetap ada. Golongan kecil ini menurutku terlalu agresif.

Suara Lexa mengagetkanku. "Baiklah, kita lakukan. Hanya sampai 4 bulan ke depan, oke?"

"Kau mau melakukannya?" tanyaku untuk memastikan.

Lexa mengangguk.

"Ah! Pertama, ayo kita samakan cerita kalian!" Chloe menepuk tangannya. Kelihatannya dia bersemangat sekali.

**********

"Skandar! Mereka sudah menunggu!"

Aku menggandeng tangan Lexa dab menariknya keluar dari ruangan. Kemudian, kami masuk ke mobil.

"Lho? Kenapa ada kau?" tanyaku saat melihat Zayn di dalam mobil.

"Nanti kujelaskan. Sekarang, ayo masuk dulu!"

Setelah kami masuk, mobil mulai berjalan.

"Chloe, siapa yang menunggu?" Lexa bertanya.

"Fotografer."

"Fotografer? Dia mau memotret siapa?"

"Mwo? Untuk apa?"

"Kalian akan melakukan photoshoot."

"Hei," Lexa menepuk lenganku, "kau tahu tentang ini?"

"Tentu saja. Kalau tidak, kenapa aku menerimanya?"

"Seharusnya kau bilang padaku." Lexa merengut.

Tidak berapa lama kemudian, mobil berhenti. Aku keluar dan menyadari bahwa kami ada di taman bermain.

"Really?" tanyaku pada Chloe sambil menunjuk bianglala dengan ibu jariku.

Chloe hanya tersenyum sambil memainkan alisnya. Kemudian, kami berjalan mendekati fotografernya.

"Halo, namaku Max."

"Skandar. Ini Lexa."

"Tema foto hari ini adalah kencan pertama. Jadi, setidaknya kau," dia menunjuk Lexa, "bertingkahlah seperti malu-malu dan sangat riang. Nah kalau kau, Skandar," dia melihatku, "kamu harus lebih gembira sedikit, oke? Dan jangan malu-malu untuk menggenggam tangannya."

Kami mengangguk.

"Sekarang kalian ganti baju dulu di sana." Max menunjuk sebuah karavan.

"Oke."

Aku dan Lexa berjalan menuju karavan. Aku membiarkan Lexa untuk masuk duluan.

"Omo! Sulli?!" Lexa berteriak, dan dia masih berdiri di depan pintu.

Sulli?

"Skandar, kenapa kau masih diam di situ? Ayo masuk!" ujar Lexa yang mengintip dari dalam.

Aku menaiki tangga karavan dan masuk. Di dalam, interiornya bagus. Aku dan Lexa sudah merencanakan ingin membeli karavan dan pergi jalan-jalan menggunakan karavan.

Sebuah pintu di dalam karavan terbuka. Lexa sedang berbincang dengan seorang gadis berambut panjang. Sepertinya dia orang Cina. Gadis Asia itu menunjukku dan Lexa berpaling.

"Skandar, sini!" Aku mendekati mereka dan duduk di sebuah kursi. "Skandar, Sulli. Sulli, Skandar."

"Halo, Sulli," sapaku.

"Ha..halo Skandar," balasnya sambil sedikit menundukkan kepala.

"Dia temanku. Sekarang, dia sedang tidak ada acara apapun. Jadi dia memutuskan untuk ikut Max." Lexa menjelaskan.

"Apa pekerjaannya?"

"Dia satu grup dengan Krystal favoritmu."

Aku senang bukan main! Bisa saja dia membawaku ke Korea untuk bertemu Krystal!

Mereka kembali mengobrol dan tertawa sesekali. Lalu, mereka berhenti. Well, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan tapi kurasa keadaannya mulai serius.

Sulli mengelus-elus lengan Lexa. Wajah Lexa menegang.

Seseorang membuka pintu dari luar.

"Felicia!"

Felicia? Bukannya Felicia adalah nama tengah Lexa? Seingatku, Lexa tidak mau dipanggil Felicia.

Hei hei! Kau yang di pintu!"Aku mendengar derap langkah dari luar mendekati karavan, "Siapa yang kau panggil Felicia, hah?"

Kemudian hanya gumaman kecil dan suara langkah tadi terdengar lagi mendekatiku.

Zayn melihatku duduk. "Skandar, nama tengah Lexa adalah Felicia kan? Sepertinya ada yang mencarinya."

"Hoo begitu, tapi..."

"Zayn, siapa yang ada di depan?" Lexa menyelaku.

Zayn berpikir sejenak. "Do Kyungsoo. Ya ya, namanya Do Kyungsoo. Mungkin orang Korea."

Take A Step : Moving On? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang