Peluit panjang berbunyi. Kereta yang kunaiki melambat. Aku melongok keluar dan melihat sebuah tulisan 'Retroxan Station'. Seharusnya aku senang, kan? Tapi tidak. Aku begitu yakin kau tidak akan datang menjemputku. Berat hati, aku mangambil tas ransel dan melangkah gontai keluar dari gerbong kereta api.
Banyak orang berlalu lalang. Aku melangkah menuju sebuah bangunan dengan antrian yang tidak begitu panjang. Aku mengeluarkan sebuah kartu berbentuk persegi panjang berukuran 7x5 cm yang berisikan identitasku.
Perhatianku teralihkan pada hutan yang ada di seberang stasiun. Begitu hijau dan lebat. Tanganku telentang dan aku bisa merasakan hembusan angin meniup pelan rambutku yang tergerai sepanjang leher. Rambutku pendek karena aku merasa nyaman tampil seperti lelaki. Kupejamkan mata dan aku melihat seseorang dalam imajinasiku. Kau. Aku terlalu banyak berharap hingga aroma Veter yang kuhirup membawaku pada sosokmu yang hanya satu kali melihatnya-semoga aku tidak pernah lupa.
Bangun Aria! Langkah nekatmu kemari sudah merupakan bentuk kegilaan. Bertemu dengan lelaki yang hanya satu kali dalam waktu sekian menit pada potret? Gila! Kau benar-benar gila! Dan bahkan kau menyukainya? KuAria kau mulai sinting!
Pergumulan alam bawah sadarku yang selalu menyukai logika ketimbang perasaan itu selalu mempermasalahkan akan ketololanku yang terjebak dalam jerat pesonamu, Zaka.
Antrian mulai memendek. Seorang petugas wanita bagian pengecekan pelancong mulai menginspeksi identitas diri setiap pendatang yang akan memasuki wilayah Veter.
Aku mengulurkan identitasku. "Aria Zehovic, Knight of Pozhar," kata petugas wanita itu dengan sedikit terkejut membaca namaku lalu dengan canggung mengetik sesuatu pada layar komputer. Identitas pada dada kanannya bertuliskan Amaira P.
"Benar," balasku mantap.
"Selamat datang, Nona. Sebuah kehormatan seorang knight dari Pozhar berkunjung ke Veter," ucap Amaira sopan. "Apakah kami bisa membantu Anda?" Amaira bertanya sambil menyunggingkan senyumnya. Aku mendengar beberapa orang yang berada di belakangku berkasak-kusuk.
"Tidak. Terimakasih," lanjutku sopan sambil mengambil kembali identitas yang sudah selesai diperiksa.
"Semoga Anda senang berada di Veter, Nona," sekali lagi Amaira bersuara. Suaranya lembut seperti layaknya wanita yang mengerti tata krama.
Aku hanya membalas Amaira dengan senyuman dan meneruskan perjalananku menuju bagian dalam stasiun.
"Nona Zehovic!" Seseorang dengan suara bass yang dimiliki lelaki memanggilku dari arah kanan. Aku menoleh dan seorang dengan tubuh yang tidak lebih tinggi dariku, mungkin sekitar 170 cm dan sedikit gemuk, berlari ke arahku. "Selamat datang di Veter. Perkenalkan saya adalah pimpinan stasiun Veter, Kinoa Virvix," lanjutnya dengan terengah-engah. Kumis lebatnya naik turun dan membuatku terpaksa mengulum senyum karena penampilannya yang lucu dengan jasnya yang berwarna coklat muda.
"Terimakasih, Sir Virvix," balasku sembari melegakan tenggorokan untuk menekan dengusan yang hampir saja meledak karena penampilan Virvix yang mirip seperti tokoh kartun pantomim yang terkenal di wilayah Terrus.
"Ada yang bisa saya bantu?" Virvix membenarkan letak topi seragamnya yang miring.
"Tidak, Sir. Saya hanya ingin berlibur di Veter," jawabku memberikan penekanan pada kata liburan.
"Saya dengan senang hati menawarkan seorang pemandu untuk Anda, Nona Zehovic. Ini kehormatan bagi kami. Sungguh!" Virvix berkata penuh semangat.
"Saya memiliki janji dengan seorang teman di sini," aku menolak tawaran Virvix halus. "Tapi saya menghargai tawaran Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Veter and Pozhar
FantasyTujuan adalah hal yang penting. Tapi jangan lupa untuk menikmati indahnya perjalanan. [Cerita ini terinspirasi dari film animasi kartun Avatar the legend of Aang dan Avatar the legend of Kora.]