Holaaaa, ka hadir setelah sekian lama.
Di mulmed ada tokoh Anne, ada yang tau ini siapa? :3
Inget jangan anggap dia terlalu muda disini eaaaa 😽
Warning typo(s)"WHAT?" Emily si heboh mulai membuka suaranya.
Sekarang Anne dan Emily sedang berada di kantin. Anne memang berniat untuk menceritakan apa yang sudah terjadi siang lalu. Namun sepertinya Anne mengambil keputusan yang salah jika ia bercerita dengan Emily. Seperti saat ini.
Setelah suara menggema Emily keluar, semua orang yang ada disana menatap heran ke arah mereka. Wajah mereka benar-benar aneh, Anne meringis dan Emily dengan wajah sok polosnya.
"Em, pelankan suaramu!" ujar Anne.
"Maaf, aku hanya terlalu excited."
"Cih, aku kesal dengannya. Bagaimana bisa ia membatalkan kerjasama itu dan memarahiku setelahnya," Anne menggenggam erat garpu di tangan kirinya.
"An, kasihan garpunya, dia bisa mati." Anne menatap Emily tidak percaya. Bagaimana bisa ia memiliki sahabat sepertinya.
"Lagipula, menurutku tindakan Pak Joe itu benar. Toh kalian bisa membuat kerjasama dengan pihak lain yang lebih berbobot. Kau mau dipinjam si Edwin kurang ajar itu?"
"Iya juga sih, tapi hayati lelah," ujar Anne.
"Hayati? Siapa?"
Anne memutar bola matanya malas, Emily benar-benar tidak bisa diajak bercanda.
Tring
Notifikasi pesan muncul di layar hp Anne. Dari Joe.
Anne dan Joe sudah saling bertukar kontak untuk memudahkan kegiatan mereka selama persiapan UHS's Anniversary.From: Joe
Datang ke kantor sekarang. Aku malas menunggumu di kampus.See? Dia hobinya memerintah. Jadi, cita-citanya menjadi pemerintah. /abaikan/
To: Joe
Ok"Em, sepertinya aku harus pergi sekarang. Joe menyuruhku ke kantornya," kata Anne.
"Baiklah nona super sibuk. Aku rela ditinggal olehmu. Lagi."
"Nanti saat aku free kita makan bareng, oke?"
"Oke."
***
Anne sudah sampai di depan perusahaan tempat Joe bekerja. Ia masuk menuju resepsionis. Disana sudah ada perempuan tinggi dengan polesan yang mempercantik wajahnya.
"Permisi mbak. Bisa bertemu dengan Pak Joe?" tanya Anne.
"Maaf dek. Sudah buat janji dengan Pak Joe sebelumnya?" tanya resepsionis itu.
Sependek itukah Anne sampai ia dianggap masih kecil olehnya?
"Umm... Belum. Tapi saya ada bukti pesan dari Pak Joe yang menyuruh saya kesini." ujar Anne menunjukkan pesan tadi untuk meyakinkannya.
"Maaf dek, pesan itu kurang meyakinkan. Nama Joe di kota ini banyak."
"Apa perlu saya meghubunginya dulu?"
"Silahkan dek."
Anne mencari nama Joe dalam kontak di ponselnya lalu mengetuk tanda hijau disana.
"Halo, Joe?"
Anne sedikit melirik resepsionis tadi yang sedang menampilkan wajah kagetnya."...."
"Tolong bilang pada resepsionismu izinkan aku masuk ke ruangan."
"Ini, ia ingin berbicara padamu." Anne memberikan ponsel itu padanya.
"Selamat pagi, Pak."
"...."
"Baik, Pak."
Ia mengembalikan ponsel yang sudah diputuskan teleponnya oleh bosnya pada Anne.
"Maaf atas ketidaksopanan saya tadi. Silahkan naik ke lantai paling atas dan Anda diminta untuk menunggu Pak Joe disana."
"Terimakasih, Mbak," balas Anne.
Anne menuju lift dan menekan tombol pada angka lantai teratas. Anne mengira-ngira bagaimana keadaan ruangan Joe disana, pasti sama mewahnya dengan yang di bawah tadi.
Anne sudah menjejakkan kakinya dimana ruangan Joe berada. Ia disambut ramah dan dipersilahkan masuk oleh sekretaris yang ada di depan ruangan Joe.
Di ruangan Joe ia dapat melihat seseorang yang saat ini memunggunginya. Model rambutnya berbeda, apa Joe potong rambut hari ini?
Laki-laki itu berbalik menghadap Anne. Ia tersenyum.
"Hai, kamu Anne?"
"Umm..ya. Dan kamu?"
Ia berjalan mendekati Anne lalu menjabat tangannya, "Kenalkan, namaku William. Aku asisten sekaligus sahabat Joe."
"Well, salam kenal Will."
"Salam kenal kembali, An. Oh ya, Joe masih dalam perjalanan kesini. Aku diminta untuk menemanimu selama dia belum sampai."
Anne dan William memanfaatkan waktu untuk membicarakan berbagai hal yang menarik. Pintu ruangan terbuka, menampakkan Joe dengan jasnya yang terlihat keren.
"Sudah lama disini?" tanya Joe.
"Belum, kamu cepat sekali datang kesini dalam waktu satu jam," ujar Anne menyindir dan diabaikan oleh Joe.
"Baiklah, karena Joe sudah ada disini aku akan pulang. See you, An." William melambaikan tangannya ke arah Anne.
"See you"
Tinggallah mereka berdua di dalam saat ini. Setelah beberapa menit mereka lalui dalam diam, Anne memulai pembicaraan.
"Jadi, kamu memanggilku ke tempat ini hanya untuk berdiam diri?"
Joe berdeham menetralkan dirinya, "Tidak. Aku ingin membahas klien baru. Aku sudah menemuinya tadi dan ia menyetujui kerjasama dengan acara kita nanti."
"Baiklah, terima kasih sudah meringankan bebanku," ujar Anne.
"Tak masalah. Anggap saja itu ganti rugi karena sudah mengacaukan yang kemarin."
Anne mengangguk, "Oke. Lalu, ada lagi?"
"Hah? Oh ya, tadi kalian membicarakan apa saja?"
"Ck, kepo."
"Itu bukan kepo. Hanya penasaran."
"Sama saja.... Kami hanya membahas orang-orang UHS."
"Hanya itu?" tanya Joe tak yakin.
"Ya, hanya itu." ujar Anne singkat.
"By the way, dia lumayan keren." lanjut Anne.
Joe bergerak gusar mendekati Anne, "Yak! Aku lebih keren daripada dia," kata Joe menekankan kata 'keren'.
"What.....eveeer" ujar Anne dengan nada mengejek serta berlari menjauh. Jadilah mereka berkejar-kejaran di dalam ruangan.
***
Short part supaya ga dianggap hiatus wks ._.
Dengan tidak sopannya Tubikontiniu sampai disini 🙈
Setelah bersemedi di Gunung Halla, ka cuma bisa buat tulisan gaje ini, saking gajenya sampe ga bisa ngasih judul /dosa apa aye bang/
Cuma mau nampilin Emily dan William disini 😂
Give some vomments juseyoo
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two [Slow Update]
RomansaTerbiasa bersama dalam menyukseskan suatu acara sehingga menimbulkan beberapa perasaan yang dirasakan oleh mereka