Joe sudah sampai di rumah Anne. Ia menekan bel berulang-ulang. Katakanlah ia tidak sopan dalam bertamu, namun ia khawatir saat ini.
"Oh, Joe. Ada perlu apa?" tanya ibu Anne saat pintu sudah terbuka.
"Ada catatan yang tertinggal punya Anne. Anne nya ada?" tanya Joe beralasan.
"Anne ada di atas, pojok kanan itu kamarnya. Ayo masuk."
"Terima kasih."
Joe sudah dipersilahkan untuk menemui Anne di atas. Ia menaiki anak tangga, lalu sesuai arahan ibu Anne tadi yaitu kamar pojok kanan. Nah itu dia.
Joe mengetuk pintu kamarnya namun tidak ada jawaban dari dalam. Joe kemudian membuka pintu itu dengan perlahan. Disana ia dapat melihat Anne sedang meringkuk memeluk kedua lututnya. Ia duduk mendekati Anne.
Ia mengamati Anne lamat-lamat. Lengan baju Anne terdapat warna kemerahan. Ia membalik telapak tangannya kemudian terkejut karena ada banyak bekas tusukan jarum disini. Anne meringis pelan.
Masih tanpa kata, Joe mengambil kotak P3K yang ada di kamar Anne. Ia mengobati telapak tangannya lalu membungkusnya dengan perban. Setelah selesai dengan telapak tangan Anne, ia kembali menatap Anne untuk meminta penjelasan.
"Ada apa?"
Hening. Anne masih terdiam. Joe mengikuti kemana arah mata Anne memandang. Boneka itu.
Joe mengepalkan tangannya, terlihat sekali ia sedang menahan emosinya saat ini. Isu keuangan itu sudah membuat Joe sakit kepala, sekarang ditambah lagi dengan teror yang ditujukan ke Anne. Joe yakin ini ada sangkut pautnya.
"Tak apa, aku akan mencari tau siapa pelakunya," kata Joe.
Anne beringsut memeluk Joe dengan tubuh yang masih bergetar karena syok. Joe mengerti, mungkin Anne butuh sandaran, "Tak apa. Semua akan baik-baik saja. Segera," Joe mengatakan itu sembari menepuk pelan punggung Anne.
Setelah Anne tampak tenang, Joe membantu Anne untuk berbaring di tempat tidurnya.
"Aku akan pergi untuk mencari bukti-bukti. Kamu istirahat saja disini."
Anne mengangguk, "Kalau ibuku bertanya, bilang saja aku sudah tertidur," balasnya.
"Oke."
Joe keluar dari kamar Anne dan pamit pulang ke ibunya setelah mengatakan Anne sedang tidur.
***
Langkah pertama yang harus Joe lakukan adalah memastikan kemana uang itu lari. Joe mengarahkan mobilnya ke TKP. Joe tiba di UHS saat malam hari. Ia langsung menuju ruang rapat yang biasa ia dan panitia lain gunakan. Disana ia memperhatikan tiap sudut ruangan. Itu dia, CCTV.
Kemudian ia bergegas ke ruangan lain, tempat dimana monitor dari CCTV itu berada.
"Permisi, Pak? Boleh saya lihat CCTVnya sebentar," izin Joe pada petugas UHS.
"Oh, iya, Pak Joe. Silahkan."
Joe mulai menggerakkan matanya teliti memperhatikan kotak demi kotak yang ada di layar. Nihil.
"Maaf, Pak. Bapak mau lihat di bagian ruangan mana?" tanya petugas itu.
"Ruang rapat mahasiswa, Pak," kata Joe menjelaskan.
"Maaf, Pak. Kalau ruangan itu memang tidak diawasi oleh kami, tapi langsung pada petugas keamanan."
Joe mendesah pelan. Ia sudah lelah bergerak cepat dari ruang rapat menuju ruang monitor. Tapi tidak masalah, ini demi Anne! Eh bukan, demi redanya sakit kepala Joe!
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Two [Slow Update]
RomanceTerbiasa bersama dalam menyukseskan suatu acara sehingga menimbulkan beberapa perasaan yang dirasakan oleh mereka