"So let's have fun!!"
Sore hari dengan euforia mengalir dalam darah yang bersatu dalam kegilaan dalam otak. Dengan tubuh sebagai media menjadikan kami sekawanan orang utan yang sekiranya mabuk. Kita memang mabuk, tetapi mabuk kebersamaan. Klise,
Kebahagiaan kami terletak pada kebersamaan kami.
Waktu demi waktu kami sudah melupakan kejadianku bermimpi masa lalu. Entah apapun yang tersirat di pikiranku, bermimpi masa lalu bukanlah hal yang baik.
Hentakan kaki kekanan kekiri kami meramaikan jalanan menjadi semakin ramai. Teriakan tawa kami membuat jalanan yang luas tampak menggema. Orang lain mengira itu sebuah excorsisme kegilaan kami. Dan kupikir sebegitu seramkah hingga mereka mengira kami kedatangan iblis? Berduduk - duduk di tepi sungai tanpa kursi kayu yang biasanya terpapar. Sore hari tidak membuat jalanan tampak lenggang, namun semakin ramai. Apakah Venesia termasuk kota yang tak pernah tidur? Jika iya mungkin aku akan berpikir ulang untuk memasuki bagian yang tak pernah tertidur.
Kaki kami yang menggantung dengan jarak beberapa senti dengan air mengundang perhatian banyak orang. Duduk tanpa alas di kota asing membuat mereka mengulurkan kepingan koin. "Kita mirip pengemis nggak sih?"
"Gue sih nggak peduli Fes, justru dulu tempat nongkrong kita di samping septictank." Kataku menyekat keringat yang mulai menetes.
"Udah gitu kepergok guru lagi."
"Gurunya siap-"
"Mr.Sangster ya kan? Gue inget banget kita kepergok Pak Sangster."
"Guys, pada ngerasa gak sih kalo Re bilang inget banget artinya dia-"
"Amnesia sementara!"
"Dia udah rada kali ya? Hmm kasihan nggak bisa nginget nginget ya."
"Parah banget tu orang, yakali Thomas Sangster jadi guru SMP?""Hmmm,"
Aku tak menghiraukan mereka. Mengalihkan perhatian dengan memijit keningku memberi kode agar mereka peka. Mereka tak menghiraukanku justru membicarakanku sebagai orang ketiga.
"Re jangan ngambek dong,""Shev, gue tu bukannya ngam-"
Kata-kataku tercekat, Sheva dan Fes mendorongku dari belakang. Reflek aku menarik tangan seseorang yang terdekat, danByuur..
Basah kuyup."Anjir lo Fes, gue jadi basah kuyup gini."
"Lo pada ngira ini kolam renang? Malu gue, lo pada parah," Tuhan berpihak padaku karena aku tidak tenggelam di bawah sana.Aku ikut tertawa setelah melihat tak hanya aku yang basah. Biang kerok ini ikut mati kutu disampingku, "Hahaha rasain tu Shev," kataku menyeringai.
"Nih, gue bawa handuk. Soalnya tadi udah gue siapin." Steca menyodorkan handuk putih entah sejak kapan berada disini.
"Lo siapin apa Stec?" Stec menyadari kecerobohannya, dia berjalan mundur perlahan dan,"Lo juga harus kena, enak aja lo nyuruh Sheva sama Fes doang!" Dengan ganasnya Stec dibekap, lalu
Byuur..
Stec muncul kepermukaan, menata rambut basahnya yang bak madu ke dalam kunciran yang benar. "Udah selesai?" Katanya santai menaikkan celananya yang sedikit turun.
Kami berhenti melongo, berpaling pada Fes yang masih berpakaian rapi dan tentunya kering."Ampun, kita kan temen. Nah sebagai temen..."
"Sebagai temen?" Aku smirk. Kami baris bertiga membentuk kuda kuda menangkap Fes.
"Oke, alesannya karna gue nggak bisa berenang. Ngerti?"
Karena sebagai teman harus saling mengerti, aku tak mengharuskannya berenang bebas diantara gondola terapung pada senja menuju malam hari yang dingin. Sementara kami? Pulang dengan basah-basahan. "Gue balik dulu ke hotel mau ganti baju."
Tanpa aba-aba mereka sudah berada di belakang pintu kamarku, menguntit rupanya. "Masih mau ngelanjutin jalan pake baju basah?"
YOU ARE READING
Glasses
Teen Fiction[ SEGERA DITERBITKAN ] Dahulu, kacamata tak menghalangiku akan sinar matahari sekalipun itu lecet. Dahulu, apa yang kulihat dalam kacamataku selalu berwarna walaupun itu retak. Namun saat ini sudah berbeda, sesuatu yang telah kukatakan sanga...