Bab 11 - Semalam di Norfolk

8.4K 635 46
                                    

Dinginnya tanah merasuk ke punggung pria itu -- membuatnya membuka mata setelah lama tidak sadarkan diri. Ia pun mengerjap pelan, berusaha mengingat kejadian yang menimpanya tadi. Ah benar juga, dia baru saja terjatuh dari jurang.

Pria itu menarik napas. Namun, dadanya terasa sesak sementara badannya begitu berat digerakkan. Matanya lalu merendah, mendapati istrinya dalam posisi telungkup di atas tubuhnya dan masih belum sadar.

Alan lalu menegakkan badan dan bersandar di sebuah pohon yang ada di belakangnya. Ia menengadah -- mengamati tebing di depannya. Ternyata jurang itu cukup dalam, mungkin setinggi 100 kaki. Untungnya, ia jatuh di semak-semak rimbun, alih-alih bebatuan yang tajam. Kalau itu terjadi mungkin punggungnya akan hancur seketika.

Merasa lega, Alan pun mengembuskan napas panjang. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Esmeralda -- memeriksa keadaan gadis itu. Syukurlah, sedikit pun tidak ada goresan di wajah jelitanya.

Kemudian, ia memangku gadis itu untuk memeriksa tubuhnya. memar. Tidak terbayang bagaimana keadaan sang Countess apabila Alan tidak melindunginya. Tapi sebagai gantinya, punggung sang Earl kini terasa sakit, ditambah lagi dahinya berdarah karena terbentur ranting dan kerikil.

Namun, Alan tidak menghiraukan keadaannya sendiri. Ia malah sibuk mengamati sekitar. Rupanya hari sudah mulai gelap, sementara mereka berdua berada di tempat antah berantah. Tidak ada apa pun di sana selain pepohonan dan bebatuan yang tinggi. Ia yakin Colin beserta butler lain sedang mencarinya dan tidak mungkin mereka akan menemukan ia dan Esmeralda sekarang juga. Apalagi hari sudah mulai petang, mereka pasti sedang melalui jalan memutar untuk menuruni bukit itu.

Alan menengok ke belakang. Mungkin jika ia menyusuri jalan setapak yang berada tidak jauh di hadapannya, ia akan menemukan sebuah desa. Memang tidak ada pilihan lain, ia dan sang Countess harus mencari tempat penginapan. Terlebih lagi jika hari hampir gelap seperti ini, bisa saja ada binatang buas yang mulai berkeliaran.

Sang Earl kembali menatap istrinya. Gadis itu masih saja dalam keadaan pingsan sementara mereka harus bergegas pergi dari tempat itu.

Karena tidak ada waktu lagi, cepat-cepat, ia pun melepas pakaian luarnya dan menyisakan blouse putih berlengan panjang. Hal sama dilakukannya pada Esme. Gaun mahal nan indah yang melekat di tubuh ramping itu ia tanggalkan - menyisakan gaun bagian dalam dan korset. Lalu, bagian bawah gaun itu ia robek membuat betis gadis itu terlihat. Sehelai kain hasil robekan itu ia gunakan untuk menutupi rambut Esmeralda yang terlalu mencolok. Itu memang harus ia lakukan untuk menyembunyikan status bangsawannya. Alan hanya tidak ingin muncul masalah baru karena ia sudah cukup lelah sekarang.

Dengan luka badan yang cukup parah, Alan menggendong Esme di punggungnya. Rasa sakit sudah tidak ia pedulikan. Yang ia pikirkan kini adalah segera sampai di sebuah desa dan memperoleh pertolongan.

Lalu setelah lama menapaki jalan yang penuh semak itu, ia dikejutkan oleh seorang pria tua yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Pria tua itu juga terkejut hingga menjatuhkan beberapa kayu yang sedang dibawanya. Ia menyipitkan matanya. Jika bukan karena lentera yang dibawa pria itu, Alan mungkin akan kesulitan melihat. Pria tua itu dengan murah hati memberitahu letak desa terdekat yaitu Norfolk, bahkan ia juga mengatakan lokasi penginapan di sana.

Beruntunglah Alan, sedikit lagi ia akan sampai.

.

.

.

* * *

.

.

.

Kini mereka tengah memasuki sebuah penginapan yang dibicarakan si pria tua. Alan memandangi isi sebuah penginapan kecil yang ramai itu. Banyak orang yang sedang bercakap sambil menikmati bir. Suara khas dari bagpipe* dan harmonika pun terdengar begitu meriah, membuat beberapa dari mereka menari dengan semangat. Benar-benar kehidupan desa yang amat kental. Tentu berbeda dengan kalangan atas seperti Alan.

Sang Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang