Suatu siang, ketika sedang bersantai di ruang tengah sambil membaca buku, Esmeralda mengamati para pelayan yang sedari tadi menaiki lalu menuruni tangga. Kemarin ia juga melihat kedatangan kereta kuda -- mengantarkan beberapa barang yang ditujukan pada Dowager. Ia sempat bertanya-tanya apa isi kotak besar yang dibawa para pelayan ke kamar Elizabeth dan hendak diapakan benda itu.
Selain itu, Esme juga tidak sengaja mendapati Elizabeth sedang berias dan memilih beberapa gaun. Wanita itu seperti akan berpergian ke suatu tempat. Lelah berspekulasi, Esme pun memutuskan untuk menemui ibu mertuanya itu.
"Mama, apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya setelah diizinkan masuk ke kamar Dowager.
Ia tahu Elizabeth memang sedang berias, tetapi pertanyaan itulah yang pertama terlintas dibenaknya.
Wanita yang diajak bicara tidak langsung menjawab. Ia malah tersenyum girang sambil mencoba anting-anting emas yang panjang dan terdapat permata putih didalamnya.
"Katakan, apa ini bagus, My Dear?" ucap Elizabeth meminta pendapat. Sepertinya wanita ini benar-benar mengabaikan pertanyaan menantunya.
"Sangat cantik," komentar singkat dari Esme.
Mata gadis itu kemudian menjelajahi isi kamar sang Dowager yang baru pertama kali dimasukinya. Kamar ini tidak selalu ditempati -- hanya bila Dowager datang berkunjung saja. Namun, ajaibnya kamar yang cukup besar itu tidak terlihat usang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan para pelayan yang sangat baik dalam merawat kediaman Ellworth ini.
Pandangan Esmeralda kemudian terhenti pada rangkaian lukisan keluarga yang berada di sisi dinding di belakangnya. Terdapat tiga bingkai lukisan yang berjajar di sana. Sisi kiri merupakan lukisan Lady Elizabeth. Kemudian yang kanan seorang pria berjanggut. Sementara yang berada ditengah terdapat lukisan yang terdiri dari wanita, pria, dan seorang bocah lelaki.
Lukisan pria berambut kecokelatan dan berjanggut itu mirip lukisan yang terpajang di ruang tengah -- bersandingan dengan lukisan Alan, suaminya. Hanya saja yang berada di kamar Elizabeth ukurannya lebih kecil. Esmeralda terus memandangi lukisan itu. Ia pun hanya mengira, mungkin lukisan itu adalah ayah mertuanya karena bentuk wajah yang tegas itu sekilas mengingatkannya pada Alan.
"Dia pria yang gagah, bukan?" ucap Elizabeth yang berhasil membuat Esme terkejut. "Dia suamiku, Earl of Ellworth yang ketiga," lanjutnya.
"Dia tampan," Esme berpendapat.
"Dan bocah kecil di sana adalah suamimu."
Esmeralda terperangah. Ia pun merasakan sesuatu menggelitik perutnya ketika mengamati lukisan sang Earl yang masih bocah itu. Dia sungguh ingin tertawa. Bocah kecil itu berambut pirang pendek dengan potongan rambut mengembang, menyerupai kepala jamur. Kemudian, ekspresinya di lukisan itu seperti akan menangis. Esme hanya berasumsi bocah itu sedang dipaksa ketika akan dilukis. Dia terlalu bosan berdiri di depan pelukis sehingga membuat raut wajah yang kesal seperti itu. Melihat bocah itu lalu membayangkan sosok Alan yang sekarang membuat Esme tidak percaya bahwa itu adalah suaminya.
Gadis itu lantas mendengar ibu mertuanya terkikik geli. "Kau juga ingin tertawa, bukan?" katanya. "Aku sudah melihat lukisan ini selama 20 tahun. Tapi lukisan ini tidak pernah gagal membuatku tertawa."
Esme hanya menyimak sambil sesekali mengeluarkan tawa kecilnya.
"Aku ingat masa-masa saat bocah itu memberontak. Dulu aku terpaksa menjewernya ketika dia menolak untuk dilukis," ujar Elizabeth di sela tawanya.
Mata Esmeralda lantas beralih pada lukisan ibu mertuanya yang mungkin dibuat saat masih muda. Wanita muda berambut pirang dalam lukisan itu terlihat anggun dalam gaun berwarna biru gelap. Kemudian lesung pipinya yang khas itu terlihat begitu jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Belahan Jiwa
Fiksi SejarahLady Esmeralda Campbell adalah seorang wanita berambut merah yang cantik menawan. Ia begitu mencintai ayahnya, Duke of Alston melebihi apapun setelah trauma yang dideritanya karena kematian sang ibu, Lady Lydia. Richard, sang ayah, sangat khawatir d...