"Jerome?" sebut aku masih terkesima. Sebelum aku sempat memikirkan apakah ekspresi kaget aku cukup mengesankan atau nggak, Jerome sudah berjalan cepat ke arah aku. Aku terperanjat saat lengannya memaksa aku masuk ke dalam pelukkannya. Oh. Jerome. Sudah lama sekali aku nggak mencium aroma tubuhnya yang memabukkan ini.
Lama itu maksud aku bukan lima tahun yang lalu, ya? Aroma tubuh Jerome lima tahun lalu belum seperti ini. Aroma tubuh Jerome yang kini berusia 23 tahun seakan mengungkap sebuah proses panjang menuju kedewasaan dirinya—kaya aroma tubuh aku aja gimana. Aku merasakan ledakan rindu yang luar biasa dari Jerome, yang membuat aku membalas pelukannya tanpa aku sadari.
Jerome pernah satu kali mengetuk pintu apartemen aku satu tahun lalu di penghujung pendidikan kami di NUS. Aku nggak pernah mengungkap rahasia ini kepada siapapun. Tidak juga kepada Zedd. Apalagi Liam. Waktu itu tengah malam di pertengahan bulan Desember. Begitu aku membukakan pintu, Jerome hanya diam membeku. Tiga detik kemudian dia memeluk aku persis seperti ini. Kepalanya dia letakkan dalam-dalam di leher aku. Dia menangis tersedu. Saat aku bertanya kenapa, kepalanya hanya menggeleng berulang kali, memohon agar aku membiarkannya beberapa saat seperti itu.
Malam itu aku tahu, Jerome masih cinta aku seperti dulu. Nggak ada yang berubah. Masih di leher aku, malam itu Jerome berbisik, "Aku sayang kamu. Aku cinta kamu." Sereda tangisannya, aku hanya terpaku membiarkannya setengah berlari meninggalkan aku. Beberapa hari kemudian, aku mendengar Jerome meninggalkan tugas akhirnya dan bekerja di Jepang.
Hari ini, aku merasakan kembali pelukan itu dan tubuh aku bergetar hebat. Aku terguncang karena sekali lagi, serupa tengah malam di pertengahan bulan Desember itu, aku menyadari bahwa aku sudah mengoyak satu hati yang tidak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri. Kalau tadi aku meyakinkan Edd bahwa dia pasti akan mampu melalui patah hati seberat apapun, aku mengatakan itu karena aku nggak mau Edd mengalami apa yang dialami oleh Jerome. Jangankan Jerome sendiri, hati aku tengah malam itu pun, ikut tercabik.
"Kamu ngapain di sini, Stevan?" tanya aku. Aku tatap wajah Jerome yang kini hanya berjarak beberapa inchi saja dari ujung hidung aku yang mancung. Tangan Jerome masih menyentuh kedua sisi lengan aku dan mengelusnya dengan gerakan lambat. Oh manik mata Jerome menatap langsung ke mata aku. Aku mengerjap untuk mengusirnya.
Jerome mungkin merasakan betapa kikuknya sikap aku, oleh sebab itu matanya yang indah bernaung bulu mata lebat menggemaskan ikut mengerjap, "Oh, aku nganter Si Moma periksa..." dia bilang. Agak terbata.
Aku tersenyum malu seperti Ariel saat bertemu Eric pertama kali. Aku cubit manja lengan Jerome, "Kamu nakal, Stevan. Masa Mama kamu diperiksain di dokter hewan!"
"Oh bukan. Moma itu Siberian Husky punya adekku, Sara. Moma habis melahirkan dua minggu yang lalu, jadi aku bawa kesini buat disuntik, Ian."
"Oh yah?" Aku nggak terlalu tertarik sama anjing, sebenarnya. Edd yang suka husky. Dulu, waktu Mommy kasih aku Purrine, Edd ngambek minta Husky. Kata Mommy "No, kak. Kamu urus diri kamu sendiri aja nggak becus! Rapiin seprai aja nggak bisa." Lalu Edd bilang gini, "Memangnya harus ya aku ngurus hidup Husky? Kata siapa Husky harus tidur pake seprai? Husky bisa tidur di lantai, Mom!" Makin nggak akan pernah ada Husky dalam hidup Edd. Fu fu fu. Sokor!
"Mau lihat puppy-nya Moma?" Tanpa menunggu jawaban aku, Jerome mendudukkan pantatnya di kursi tunggu dan memberi aku isyarat mata supaya aku ikut duduk di sampingnya. Aku duduk. Menantinya mengutak-atik layar ponsel-nya. "Tunggu ya. Postingannya sudah beberapa hari lalu. Tunggu. Tunggu. Nah ini dia."
Aku menerima ponsel Jerome, aku tatap layar ponsel yang menampilkan beberapa gambar husky puppies yang imut. Oh lucu. Meski aku nggak terlalu suka anjing, aku nggak memalsukan senyuman dan interest aku sama sekali. Anak-anak anjing itu memang so cute. Namun beberapa saat kemudian, fokus mata aku mulai beralih dari gambar lima ekor anak anjing yang menggemaskan. Perhatian aku tertarik ke nama akun facebook Jerome: spankme senpai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Twin Story [Variant]
Teen FictionAku dan Zedd itu nggak kembar, ya! Kami cuma pernah serahim dan lahir hampir pada waktu yang bersamaan, tapi bukan kembar. Aku nggak sudi! Mom aja yang sering kasih kami baju yang sama, sepatu yang sama dan hal-hal lain yang bikin kami seperti kemba...