Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Di dalam diskotik. Menggenggam alkohol. Ditemani suara musik keras yang dimainkan dj. Dan dikelilingi wanita murahan.
Hancur. Memang sudah hancur hidupku. Sudah tak ada lagi yang di pertahankan.
Malang. Memang malang nasibku ini. Hidup sudah seperti sebatang kara.
Mamah? Sudah meninggalkan ku dari 2 tahun yang lalu akibat penyakit jantungnya.
Papah? Sibuk mencari harta semenjak 2 tahun lalu. Dia bilang ini caranya melupakan mamah.
Kakak? Lebih hancur dariku sejak 2 tahun yang lalu. Sejak papah dan mamah tak ada di rumah. Dia lebih memilih tinggal di New York.
Adik? Sayangnya aku anak bungsu.
Semua kehidupanku berubah sejak 2 tahun yang lalu. Sejak mamah pergi meninggalkan kita. Pergi sangat jauh. Dan tak bisa kembali.
Dulu rumahku penuh dengan canda tawa dan teriakan kak Dewa. Tapi sekarang sepi seperti rumah tak berpenghuni.
Untuk apa rumah semewah ini bila cuma hanya ada aku seorang. Untuk apa uang ini bila tak mendatangkan kebahagiaan untuk ku.
Aku. Aku adalah Zidane Geovan. Anak dari Anggara Prabipta dewantoro. Siapa yang tak mengenal papahku. Pengusaha batu bara terbesar di Asia. Hidupku sejak kecil sudah berkelimang harta. Apa yang aku mau pasti akan terpenuhi.
Banyak orang yang iri kepada ku. Banyak orang yang ingin hidup sepertiku yang berkelimang harta. Banyak orang yang ingin kemauannya terkabulkan seperti keinginanku.
Tapi ada yang perlu kalian tahu. Aku Zidane Geovan malah ingin hidup seperti kalian. Hidup dalam kesederhanaan dengan keluarga utuh yang penuh cinta.
Aku iri kepada kalian yang masih memiliki keluarga utuh.
Aku iri kepada kalian yang hidup sederhana tapi tetap bahagia.
Aku iri kepada kalian yang selalu bercanda dan tertawa bahagia bersama.
Andai kalian tau. Di balik senyum dan tawaku. Sebenarnya di lubuk hatiku yang paling dalam merasakan kesedihan dan kesepian.