Wanita Gila

232 6 2
                                    

03:00 WIB

Jam pulangku. Pulang ke rumah mewah yang sunyi. Di rumah ini terdapat 4 pembantu, 2 supir, 3 security, 2 tukang kebun. Banyak orang tetapi aku tetap merasa kesepian. Enggan rasanya kembali ke tempat ini. Tapi di tempat inilah terkumpul banyak kenangan kebahagian keluarga ku dulu.

Mulutku sudah sangat bau alkohol. Pakaianku sudah kusut akibat rabaan wanita laknat. Kepalaku pusing akibat minuman sialan itu. Dan telingaku sakit karena musik keras di sana.

Hanya kasur yang aku inginkan. Merebahkan badan lalu menutup mata. Berharap kesunyian dan kesedihan ini hanyalah mimpi buruk.

***

Mentari masuk menerangi kamarku. Membangunkan tidurku. Dan ternyata ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Kenyataan jika keluargaku sudah hancur.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk mandi dan menghilangkan bau alkohol ini. Selesai mandi dan mengganti baju aku melangkahkan kakiku ke ruang makan.

Di meja makan sudah tersaji banyak makanan. Tapi buat apa semua itu bila yang memakan hanya aku seorang.

"Makan siang sudah siap tuan zidan" kata seorang pembantu di rumahku.

"Lelaki itu tidak pulang?" tanyaku.

"Tuan besar tidak pulang, tuan zidan" jawabnya.

"Gue mau keluar" kataku sambil memakai jam tangan.

"Lalu bagaimana dengan makanan ini tuan?" tanyanya lagi.

"Buang!" cetusku.

"Buang lagi tuan?" dia bertanya lagi.

"Lo budek? Gue bilang buang ya buang!" kataku sambil melemparkan satu piring makanan yang ada di meja itu. "Beresin tuh!" perintahku.

"Dan satu lagi. Lo cuma pembokat! Jadi jangan banyak bacot!" terusku.

"Baik tuan zidan"

Aku sadar aku terlalu tega. Tapi beginilah aku yang sekarang. Zidan yang tak punya hati, tega, kejam, dingin, sombong, dan angkuh.

Aku memasuki salah satu mobil mewahku yang terpakir manis di garasi rumahku. Dengan kecepatan sedang aku arahkan mobilku menuju jalanan. Jalanan kota yang macet. Hari ini aku akan bertemu dengan aldy sahabatku. Dia sahabatku dari dulu. Dia yang sangat mengerti aku.

"Ah gue bosan dengan kota ini. Kenapa harus macet sana-sini sih"

Bhrruuk

Fuck! Siapa yang berani nabrak belakang mobilku. Berani banget dia. Ga tau apa aku lagi emosi. Dengan kesal aku keluar dari mobil.

"Woy lo punya mata ga sih? Liat nih mobil gue jadi baret gini. Lo ngumpulin uang berbulan-bulan juga pasti ga cukup buat ganti rugi" amarahku benar-benar meluap. Tapi orang ini malah menundukkan kepalanya saja.

"Kayanya gue lagi ngomong sama tembok atau lo budek hah". Si penabrak tetap diam. Benar-benar dia nyari ribut. Mungkin dia belum tau berhadapan dengan siapa.

"Woy udik liat gue!" cetusku. Akhirnya si penabrak membuka helmnya. Dan ternyata dia seorang perempuan. Oh Tuhan, aku tak bisa menyakiti perempuan. Walaupun aku sering bermain perempuan. Aku berani sumpah, perempuan-perempuan laknat itulah yang menggodaku. Sebagai lelaki normal pasti tak akan menolak belaian wanita. Sekalipun wanita itu pelacur.

"Gue tau gue ganteng dan mempesona. Jadi biasa aja ngeliatnya. Dasar kampungan!" kataku.

"Cukup! Cukup semua hinaan kamu. Aku tau aku ini miskin, udik, kampungan. Tapi kamu ngaca dong! Kamu lebih buruk dari aku. Kamu tuh cowo pertama yang aku temui yang punya mulut lebih pedes dari emak-emak tukang gosip. Yang sombong, angkuh, nyebelin." kata perempuan itu.

Aku Zidane Geovan. Tak ada yang pernah melawanku. Tapi kenapa perempuan ini berani-beraninya membentakku.

"Oh iyah dan satu lagi. Apa katamu tadi? Kamu ganteng dan mempesona? Eh please deh ngaca! Kamu itu biasa aja!" katanya lalu menghidupkan motornya dan pergi meninggalkanku. Sumpah baru perempuan ini juga yang mengatakan aku tak ganteng.

Siapa dia itu? Anak pejabat mana dia? Berapa banyak kekayaannya? Berani sekali membentak dan mempermalukan ku di depan orang banyak. Dan dia juga meninggalkan ku tanpa meminta maaf. Benar-benar harga diriku diinjak-injak oleh seorang perempuan.

Zidane GeovanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang