32. Tahu Semua (Valencia)

87.3K 5.4K 180
                                    

Melihat seseorang bukan dari apa yang dia lakukan dimasa lalunya, tetapi bagaimana senyumannya pada masa sekarang.

||..||..||..||

Aku sudah tidak ada bedanya lagi dengan zombie-zombie yang berada difilm-film bodoh itu. Pucat, berantakkan, dan gila. Aku khawatir. Aku sangat takut akan keadaan Adrian.

"Valencia," sebuah teriakkan melengking menyentakkanku dari segala pikiran negatifku. Aku langsung berdiri dari bangku rumah sakit dan menatap tajam pada wanita yang sedang berlari kearahku, ibu Adrian.

"Ada apa nak? Apa yang terjadi dengan Adrian?"

Aku menggeleng kuat tak kuasa untuk menjawab pertanyaan dari ibu Adrian. Bagaimanapun juga, wanita yang sedang berada dihadapanku ini pasti akan hancur bila mendengar anaknya baru saja tertembak.

Mataku kembali berair. Aku tak bisa menahannya. Kenapa dokter begitu lama?! Apa mereka bodoh hingga tak bisa mempercepat gerak mereka!

"Valencia katakan apa yang telah terjadi pada Adrian," pinta ibu Adrian. Dia tampak rapuh, matanya menyendu. Ia begitu ketakutan melihatku yang seperti mayat hidup ini.

"Apa yang terjadi pada Adrian sampai membuatmu setakut ini?" tanya ibu Adrian lagi.

Aku terisak, menahan sesak didadaku. Bagaimana jika Adrian tidak selamat? Jika dia mati, apa aku bisa bertahan untuk tetap hidup? Tidak, Adrian tidak boleh pergi dariku! Anaknya sedang berada dalam rahimku dan baru berusia 1 bulan, bahkan anaknya belum terbentuk masih seperti bulatan kecil dan dia sudah mau meninggalkanku bersama anaknya? Tidak boleh.

"Valencia jawab mommy nak!"

Aku tersentak saat ibu Adrian kembali meraih wajahku. Dia memaksaku menatap kearah matanya yang menyirat kekhawatiran.

"A... A... Adrian tertembak direstoran tadi Mom. A... a... aku aku ju... ju... juga tidak ta... tahu bagaimana itu bisa terjadi," jelasku terbata-bata. Tenggorokanku tercekat seakan ada makanan yang menyangkut disana. Membuatku sulit bernapas dan berkata-kata.

Ibu Adrian mematung, lalu dengan secepat kilat tubuhnya terjerembab kelantai.

"Mom," panggilku. Saat aku meraihnya kedalam pelukanku ibu Adrian sudah benar-benar tak sadarkan diri.

"Apa yang terjadi nak?" tanya ayah Adrian yang tiba-tiba saja sudah berada disisi kananku, berdiri menjulang. Ia langsung mengangkat istrinya dalam gendongannya.

"Dad harus mengantarkan Mom dulu keruang inap," ujar ayah Adrian.

Aku mengangguk menyetujui.

Kepalaku berdenyut keras membuat pandanganku berputar. Rasanya aku akan meledak.

Adrian bertahanlah, kumohon. Aku membutuhkanmu, begitupun bayi kita. Aku tahu aku begitu keras kepala tidak ingin bersamamu. Memaksakan perpisahan kita, berkoar-koar ingin bercerai tetapi nyatanya, tentu saja hatiku menolak dengan keras. Aku tidak bisa memungkiri bahwa kaulah yang sudah menjadi penggenggam hatiku, aku tidak bisa menyangkalnya.

Namun, mengingat bahwa kau melakukan semua ini karena ingin membalas rasa sakit Adine dulu membuatku terluka. Aku dengan perasaan cintaku harus menerima kenyataan bahwa kau mencintai adikku. Sama seperti Rendi dulu yang juga memilih Adine dibanding aku.

Tetapi, melihatmu melindungiku tadi. Aku sadar seharusnya sekarang akulah yang berada dalam ruangan IGD itu dan bukan dirimu, Adrian. Kenapa kau begitu bodoh!

Jangan biarkan dirimu terluka. Aku benci melihat itu. Ketika melihat wajahmu yang babak belur saja sudah menguras tenangaku, membuatku terus memikirkanmu dan bertanya-tanya orang jahat mana yang berani melukaimu. Dan sekarang, kau malah menyerahkan dirimu menanggung hal yang seharusnya kualami.

Apa benar kau mencintaiku seperti kata-katamu? Dan apa benar kau sudah tidak mencintai Adine dan sudah tidak memiliki dendam padaku? Aku bingung Adrian, aku tidak mengerti denganmu. Jadi, cepatlah sadar dan jawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dikepalaku.

Maaf, sebagian part sudah dihapus. Temukan Billionare's Wife di toko-toko buku kotamu! Terima kasih :)

Billionare's Wife (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang