Hanya Sebentar

906 33 1
                                        

Part 5.

----------- Selamat Membaca -----------

Aku harap hari ini semua berjalan lancar.

"Aku berangkat ya, pah" pamitku pada papah yang sedang mengelap mobilnya.

"Nggak papah antar aja, Nju?" Tanya papah sembari membersihkan lap mobilnya.

"Nggak pah, aku udah janjian sama Ayana." Aku langsung menuju gerbang dan membukanya.

"Hati - hati ya, sayang."

Aku hanya membalasnya dengan senyum dan lambaian tangan.

Aku sudah sampai halte. Dan benar saja, Ayana belum datang. Kemana anak itu?
Aku mengeluarkan ponsel dan mengirim sebuah pesan untuknya. Jangan sampai dia telat.

"Hai-" sapa seseorang yang langsung ku potong.

"Katanya nggak bakal te-" ku pikir dia Ayana.

Wait.
Apa maksudnya ini?
Kenapa Ayana berubah menjadi seorang lelaki tampan?

Baiklah, dia memang bukan Ayana.
Sumpah????
Dia Bobby?
Ya Tuhan, kejutan apalagi yang Engkau buat?

"Hai." aku mencoba menjawab sapaannya dengan tenang. Aku grogi.

"Menunggu seseorang?" Haduh, tatapannya.

"Ya, aku menunggu Ayana." Tolong jangan buat aku meleleh.

"Kalau begitu aku juga akan menunggunya." Dari samping pun dia tetap tampan.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Bukankah kemarin dia bilang akan mengantar kakaknya ke bandara?
Apa aku salah dengar?
Apa aku tanyakan saja?
Tidak tidak tidak.

"Ada apa?" tanyanya heran saat melihatku menggeleng - gelengkan kepala.

"Tidak ada." Hampir saja.

"Hai Nju, maaf ya lama. Aku telat bangun tadi." Ayana langsung mendudukan dirinya di antara aku dan Bobby.

"Ya ampun, aku capek banget. Aku kira kamu udah ninggalin aku. Makanya aku cepet - cepet." Ceritanya sambil mengatur nafas.

"Nggaklah, lagian juga aku udah sms kamu." Jawabku sambil mengeluarkan sebotol air mineral dan memberikannya pada Ayana.
Sepertinya dia haus sekali.

"Makasih ya, Nju. Aku nggak sempat deh, buka hp. Aku takut ditinggal." Ayana sedikit heran melihat Bobby.

"Loh? Kenapa kamu ada disini? Rumah kamu udah pindah?" Tanya Ayana pada lelaki tampan di samping kanannya.

"Aku memang sengaja berhenti di halte ini." Akunya.

"Jarak ke sekolah dari rumahmu kan dekat. Kamu itu bodoh atau bagaimana sih?" Ayana mulai cerewet.

"Tadinya aku ingin mengantar kakakku ke bandara. Tapi kurasa aku akan telat jika melakukannya. Maka dari itu aku berhenti disini."

Oh begitu, jadi dia benar akan mengantar kakaknya tapi tidak jadi.

Aku langsung berdiri begitu melihat bis yang akan kami naiki sampai.

"Mau duduk sampai kapan?" Tanyaku pada Ayana yang masih tetap duduk ditempatnya. Padahal Bobby juga sudah berdiri.

"Eh iya, hehehe."

Kami langsung menaiki bis ini.

Aku hanya diam saja mendengarkan Ayana yang terus saja mengajak Bobby berbicara.
Aku akui, kami memang tidak terlalu akrab saat di kelas. Kami bahkan jarang berbicara satu sama lain. Tapi namanya juga Ayana, dia gampang sekali berbaur dengan siapapun.

Aku tetap menikmati perjalanan kami ke sekolah.
Bahkan sangat menikmati.
Kapan lagi aku bisa bersamanya sedekat ini, walau hanya sebentar.

"Nju, ke kantin ya. Aku belum sarapan nih." ajak Ayana saat kami tiba di gedung sekolah.

"Ayo." Aku juga belum sarapan.

"Boleh aku ikut?"
Hei, Bobby masih disini?

"Ikut aja, Bob." Jawab Ayana sambil menarik tangan kananku.

"Nju dia ngapain sih, ngikutin terus? Mau kasih harapan ke kamu?" Bisik Ayana yang berjalan disampingku.

"Apa sih Ay, mungkin dia emang belum sarapan." Jawabku juga berbisik.

Ayana memesan sesuatu untuk kami.

"Kalau pacarnya lihat gimana? Bisa kena semprot kita." Lanjutnya setelah memesan. Tetap dengan bisik-bisik.

"Nggak bakalan, Ay."

"Kemarin aja waktu di parkiran aku lihat dia lagi ngobrol sama Sinka & Frieska, pacarnya itu datang-datang langsung ngomel nggak jelas. Sambil bilang kalian ngapain sih deket-deket sama pacar aku? Iri ya? Blablablablabla. Berlebihan banget." Curhat Ayana masih dengan berbisik-bisik.

"Udahlah Ay, nggak usah ambil pusing. Itu urusan mereka juga." Kenapa aku tiba-tiba panas begini ya?

"Kenapa wajahmu jadi begitu? Ooooohh cemburu yaaa?" Kali ini sudah tidak berbisik lagi.

Hei!
Bobby masih dibelakang kita, Ayana.

Kuharap dia tidak mendengar bisik-bisik kami tadi.

"Cemburu kan?" Godanya.

"Apaan sih." KZL deh.

"Iya kan? Jujur aja Nju, aku tau kok." Godanya lagi sambil mengambil makanan pesanan kami.

"Udahlah Ay, aku mau move on." Kataku setengah berbisik lalu mengambil minuman kami.

"Ya udah deh, aku bantu kamu kok. Pasti." Katanya lalu berjalan menuju meja yang masing kosong.

Kami menyantap sarapan kami dalam diam.
Ayana terlihat kelaparan sekali.

"Mau nambah?" Tanyaku saat melihat makanannya sudah ludes.

"Nggak usah, udah kenyang."

"Boleh aku duduk disini?" Tanya seseorang yang kutahu itu Bobby.

"Duduk aja Bob, nggak usah minta izin." Sahut Ayana yang kembali menyeruput minumannya.

"Kalian sudah selesai?" Tanyanya sembari meminum teh hangatnya.

"Ya dan kami harus pergi." Jawabku sembari beranjak dari meja.

"Duluan Bob." Pamit Ayana yang kaget karena jawabanku yang tiba-tiba.

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang