14. Locked Across Sea

17 1 5
                                    

"Kapalnya terhenti, padahal mesin masih berfungsi dengan baik. "

Penasaran dengan keriuhan di luar sana, Bestair dan Thru keluar dari kabin, mengecek bagian belakang kapal.

"A-apa? Tak mungkin.... jangkar ini? Dan perahunya--!!"
Benar saja, kapal mereka dicegat oleh jangkar yang cukup besar namun sangat kuat menahan laju kapal hingga terhenti. Terlebih, kapal itu berukuran jauh lebih kecil, lebih seperti ukuran sampan.

Sementara itu,

"Bluurrrghhh-!!"
Badan Klein terlempar, terhempas ke dinding saat ia mencoba melawan perompak yang memasuki kapalnya.

"T-Tidak mungkin.. kekuatan itu! Bagaimana bisa----!"

Dan mulutnya mulai mengeluarkan darah.

"Klein!!"

Deliana dengan sigap membopong Klein ke kamar darurat, memberikan pertolongan pertama.
"Celaka,ia ditembakkan semacam alpha power, yang bisa mengoyakkan organ dalam."

Sementara anak buah perompak lain memasuki kabin untuk mengambil alih mesin, ketua perompak Laut Azhuru Pasific yang tadi menyerang Klein mengambil alih radio di kapal.

"Ppiipp.."

"Hei, radio kapalnya berbunyi!" seru Narumi. "Bukankah itu jalur komunikasi tak resmi-?"

"Jangan harap kalian bisa melarikan diri dari kami,sampai kalian memberikan kepada kami benda yang kalian curi!!"

Sesuatu? Dicuri? Apanya?

"Di saat seperti ini kemana awak kapal itu.." ujar Reiant, dalam hati. "Kau tak bisa menghalangi misi kami!" teriaknya.

Anggota team mulai mengerahkan senjatanya, saat mereka diperingatkan oleh Iori.

"Hey,jangan gegabah! Apakah kalian tak tahu kekuatan besar orang ini??"
Sejenak mereka berpikir. Benar juga,kalau bertindak gegabah, perjuangan mereka akan sia-sia dan bernasib seperti Klein.

"Silahkan,kalian bebas mencoba melawanku!"

Dan ketua perompak itu sembarang menembakkan Alpha Powernya ke langit-langit.

Tau-tau,kapal kini berganti arah,entah kemana. Apakah ke sarang perompak? Entah.

***

Hari ketiga,dan misi hampir berhasil,saat mereka harus disekap bersama perompak. Mereka tak bebas melakukan aktivitas, bahkan mereka seakan menjadi 'pesuruh' perompak itu.

Vale bergantian dengan Deliana, menjaga Klein. Klein masih saja muntah darah. Menurut diagnosa Deliana, Klein punya waktu 1 setengah hari untuk mendapatkan penanganan dari medis.
Namun, jangankan rumah sakit,mereka pun belum menemukan daratan untuk singgah sejenak.

"Mengapa...ini harus terjadi..di saat kami hendak menyelesaikan misi ini.." ratap Vale, menunduk. Menatapi Long-staffnya.

Bukannya sebenarnya ia punya kemampuan mengeluarkan perisai? Kemana saja ia tadi?? Kalau tadi dia disitu, maka Klein akan terlindungi dengan perisainya. Ia merasa tak memanfaatka ilmu Arc Battle Mage dengan baik.

"Aargghh,bodoh!!!"
Tanpa sadar Vale menonjok tembok kamar.

"Sudah kak Val,jangan terlalu menyalahkan dirimu- Uhuk.." ujar Klein,seolah mengetahui pikirannya.

"Aaaahhh,andai aku bisa lebih melindungimu!"

***

Hampir sejam berlalu, saat mereka mendengar suara berbincang-bincang di dekat pintu kamar darurat. Suara ketua perompak itu,beserta anak buahnya.
"Hahaha, dasar, walau jin,tetap saja bodoh!"

"Kukira jin lebih cerdas sedikit dari manusia!"

"Bray dan Thru, bangsa jin paling mengecewakan yang pernah kukenal!" hujat ketua perompak itu.

Eh? Memangnya apa yang sudah awak kapal itu lakukan hingga mereka berurusan dengan perompak?

"Bahkan dengan menyekap anggota kapalnya masih jauh dari cukup untuk membayar perbuatannya! Dan kini ia tak bisa apa-apa!"

Dan suara itu menjauh, menghilang.

Baik Vale dan Klein, mereka mengambil keputusan yang sama.

Apapun yang awak kapal lakukan pada perompak, harusnya mereka bertanggung jawab,dan tak menjadikan kami tawanan atas ulah mereka!

***

"Arrgh,tanganku,aaarggh!!"

Met, begitu cara memanggil ketua perompak itu, memegangi telapak tangannya, berlari menuju lobby kapal. Darah menetes ke lantai. Sepertinya ia terluka dan berusaha mencari bantuan.

"Tolong,medis...medis!!"

Merasa terpanggil, Deliana datang, membawa obat P3K.
Tak lama kemudian, ia menyuruh Met untuk duduk tenang, dan mulai mengobatinya. Dilihatnya luka pada telapak tangan kanan Met.

"Luka ini.. dalam! Bahkan ternyata orang ini tak terlalu menguasai Alpha Powernya,hingga merusak tangannya seperti ini."

Sebelum mulai memberi obat merah dan membalut luka dengan perban, Deliana memberikan sebutir obat.
"Ini obat keras, untuk meredakan nyeri pada lukamu."

Tanpa banyak bicara, Met meminumnya. Kini lukanya mulai diberi antiseptik dan dibalut perban.

"Kau seperti ibuku.." suara Met melembut,ramah.

Deliana agak berbesar hati. Selain dapat menolong orang, ia menaruh harapan agar ketua perompak ini berubah pikiran dan membebaskan mereka.

"Sudah tugasku untuk menolong orang terluka!"

***
"

D-Deliana!"

Malam itu, Areshana menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Mencari Deliana di kamar darurat. Membawanya ke kamar dekat kabin kapal.

Terlihat Met,dan dua anak buahnya disitu.
"Jangan mendekat!" kedua anak buah itu malah berkata sebaliknya. Dari tekanan nada bicaranya, sesuatu yang buruk telah terjadi.

Deliana malah mendekati ranjang tempat Met tertidur. Mengerikan, seluruh tubuhnya bengkak.
Dengan penuh ketakutan, Deliana memberanikan diri mengambil obat yang tadi ia beri pada Met. Obat itu terletak di ranjangnya. Deliana membaca komposisi obat itu. Terperangah.

Pria itu alergi terhadap penisilin.

"Mengapa kau lakukan itu padaku? Kau ingin membunuhku?"

Deliana merasa seakan langit runtuh.

***

Deliana gontai. Ia menangis sejadi-jadinya,meratapi kesalahannya. Narumi berusaha menenangkannya dengan pelukan. Tak lama kemudian, Iori datang.

"Hei,ada apa?"

Narumi membantu Deliana menceritakan detailnya. Iori terdiam sesaat. Bibirnya mengatup rapat,bergetar.

"B-Baik. Aku akan memanggil seluruh anggota berkumpul di lobby ini."

Sebuah strategi kini terpatri di otak Iori.

______________________________________

To be continued..sebenarnya strategi apa sih yg dipikirin Iori?

Maafkan karena saya hiatus cukup lama...selamat membaca,thanks sudah menanti. :3

クロシ - Kuroshi | Black Star Will Be ShineWhere stories live. Discover now