Bab 18

14.1K 585 12
                                    

"Belum-belum aku sudah merindukanmu."

"Kalau kau mau aku bisa tetap di sini..."

Naomi menggeleng. "Kau harus tetap pergi, Sean. cepatlah bangun dan bersiap-siap. Kau bisa ketinggalan jadwal penerbanganmu."

Sean membuka matanya dan menatap lembut wajah Naomi yang menyunggingkan senyum lebar. "Aku tidak peduli."

Ia memutar tubuh Naomi dan kembali menindihnya. "Kita masih punya urusan."

Suaranya parau, membuat Naomi bergidik. Ia tidak menyangka Sean bisa 'sebuas' itu, Sean benar-benar membuatnya kewalahan semalaman.

"Hen..tii...akh..kan Se..an". Ucap Naomi putus-putus saat Sean sudah memulai aksinya.

Bibir Sean membungkam bibir cherry Naomi dengan lembut. Menghisapnya bibir bawah Naomi, ia memasukkan lidahnya kedalam bibir yang selalu membuatnya gila.

"oh Naomi, aku benar-benar tidak bisa berhenti."

Naomi memejamkan matanya, merasakan kejantanan Sean yang sudah berada di pangkal pahanya.

Erangan, desahan, dan teriakan penuh kenikmatan memenuhi kamar itu. Sinar matahari yang mulai terbit, mengintip lewat celah gorden. Suasana yang temaram semakin membuat mereka terbakar gairah.

Dan mereka melakukannya lagi dan lagi, hingga Sean memutuskan menunda kepergiannya.

***

Sudah seminggu sejak mereka menikah. Pesta pernikahan sederhana yang hanya dihadiri beberapa kerabat dan teman dekat, membuat suasananya hangat nan khidmat.

Setelah menikah Sean maupun Naomi memilih tinggal di appartement daripada kembali ke Mansion Murray. Walaupun keduanya sudah tinggal bersama sebelum menikah, namun mereka tetap ingin merasakan kehidupan layaknya pengantin baru yang hanya tinggal berdua.

Saat ini Naomi menata beberapa baju Sean ke dalam koper. Pria itu harus ke London untuk urusan bisnis selama seminggu. Awalnya Naomi bersikeras untuk ikut, namun karena sedang mengandung, ia tidak bisa melakukan perjalanan yang jauh. Hal itu juga yang membuat mereka menunda rencana untuk berbulan madu.

"Kau juga harus bersiap-siap. Aku akan mengantarmu ke mansion sebelum ke Airport." Ucap Sean sambil mengancingkan kemejanya.

Naomi berdiri di depan Sean, membantu suaminya itu memakai dasi. "Kau langsung saja ke airport, aku bisa naik taxi."

"Tidak!" Bantah Sean cepat. "Aku tidak akan pergi sebelum memastikan kau baik-baik saja."

Naomi tertawa. "Kau jadi semakin posesif!"

Sean berjongkok di depan Naomi, ia mengecup perut Naomi yang kini sudah mulai membesar. "hey baby boy, kau harus menjaga ibumu dengan baik. Ayah pasti akan merindukanmu." Bisiknya di depan perut Naomi.

"Aku belum USG, kita belum tahu jenis kelamin anak ini. Tapi kau selalu memanggilnya seperti anak laki-laki. Kalau ia perempuan, ia pasti akan sangat marah!" Ucap Naomi kemudian merengut.

"Perasaanku mengatakan dia adalah anak laki-laki." Sean berdiri, masih menghadap Naomi. "Setelah aku kembali kita ke rumah sakit untuk USG."

Naomi menggeleng membuat Sean mengerutkan alisnya bingung. "Aku ingin anak ini menjadi kejutan. Walaupun kita harus usg untuk mengetahui kondisinya tapi aku akan bilang pada dokter untuk merahasiakan jenis kelaminnya." Ucap Naomi sambil mengelus perutnya.

Sean tersenyum, memeluk Naomi. "Baiklah... Tidak perduli laki-laki atau perempuan, yang penting ia sehat dan kuat." Sean mengecup pundak Naomi yang terbuka karena Naomi hanya memakai gaun bertali kecil. "Terimakasih Naomi. Kau membuatku merasa menjadi pria paling bahagia di dunia."

Not a Cinderella storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang