Part 1

1.1K 62 3
                                    

Neysha POV
Di sinilah aku, di Los Angeles tempat dimana Tante Veena berada. Aku menghirup udara kota ini dalam-dalam. Udara disini terasa sedikit hangat, tetapi sekarang belum memasuki musim panas. Sungguh lega rasanya menikmati liburan, mengingat bagaimana aku berjuang membujuk Papi untuk mengizinkanku berlibur bersama Mariel kesini. Dengan seribu jurus andalanku akhirnya Papi memperbolehkanku berlibur ke LA dengan Mariel dengan syarat tetap mengutamakan ujian untuk masuk universitas. Sekarang kami, maksudku aku dan Mariel berada di lobby LAX (Los Angeles International Airport) untuk menunggu jemputan dari Tante Veena.

"Aduuh lama banget sih si Tante, badan gue udah pegel semua rasanya tahu gak. Ngejigrak di pesawat selama 21 jam itu nyiksa gue banget." gerutu Mariel

"Sabar kali, Mar. Perjalanan juga butuh waktu. Lo kira apartemen Tante Veena sama LAX kaya rumah lo ke alfamart?" Ucapku. Mariel hanya nyengir menatapku.

Setelah beberapa menit kami menunggu, tante Veena menghubungi Mariel jika sudah sampai di parkiran.

"Laah, mana sih, katanya dia pake baju warna putih. Hampir semua pak- TANTE!" Mariel tiba-tiba berteriak membuatku bingung, kuarahkan kepalaku mengikuti arah pandangannya. Seorang wanita memakai pakaian santai namun terlihat modis berjalan ke arah kami sambil tersenyum. Oh, itu Tante Veena. Aku hampir melupakan wajahnya. Ia sudah memeluk Mariel dengan erat.

"Hallo dear, sudah lama Tante gak ketemu kamu." kini ia beralih memelukku.

"Hai Tante Veena, hehe iya. Tante apa kabar?" Aku balas memeluknya.

"Amat sangat baik. Yaudah yuk langsung aja kita pulang, Tante tahu kalian udah capek setelah 21 jam di pesawat." ajak Tante Veena sambil merangkul kami berdua. Jika orang lain melihat kami bertiga, pasti mereka berpandangan bahwa kami adalah seumuran. Karena Tante Veena terlihat sangat muda dengan kaos putih polos, celana hitam panjang ketat, dan sepatu kets berwarna hitam putih berlogo tanda check.

"Let's go! Tante tahu aja deh kita udah cuapek banget." sahut Mariel dengan penuh semangat. Tante Veena tertawa sementara aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya.

*
"Nah ini apartement milik Tante, yuk masuk. Maaf kalau sempit." ucap Tante Veena setelah membuka pintu apartmentnya lalu mempersilahkan masuk. Are you kidding me?! Ini bahkan kelewat mewah!

"Tante gila?! Ini tuh bagus banget tahu, terus apa Tantr bilang? Sempit? Sempit dari Hongkong?!" Ucap Mariel sewot masih sibuk memandangi interior apartemen milik tante Veena.

"Aduh sakit, Tante!" Aku sedikit terkaget mendengar teriakan Mariel. Dan sekarang aku berusaha menahan tawaku untuk tidak keluar karena ternyata baru saja tante Veena menjitak kepala Mariel.

"Kamu ini keponakan gak sopan! Pake ngatain Tante gila!" Ucap Tante Veena melotot.

"Ya habis, orang apartement luas begini di bilang sempit. Lucu deh." Mariel tersenyum sinis sambil masih mengelus kepalanya yang terkena jitakan.

Sekedar info, mereka berdua memang terlihat sangat akrab. Bahkan tak jarang saling melempar ledekan. Terlihat seperti hubungan antar teman dari pada ponakan dengan bibinya. Aku sudah mengetahuinya saat pertama bertemu Tante Veena beberapa waktu lalu.

"Huh, udah ah Tante males dengar omongan gak bermutu kamu. Oh ya, Neysha kamar kamu sama Mariel ada di sebelah ruang tv. Kamu bisa taruh barang kamu dulu di sana. Habis itu kita makan siang sama-sama." ucap Tante Veena berjalan menuju dapur.

Saat aku membuka pintu kamar yang dimaksud oleh Tante Veena, aku langsung dibuat kagum oleh isinya. Tempat tidur berukuran king size, walking closet, meja rias, serta kamar mandi dalam. Kamar ini bernuasa putih, abu-abu dan hitam. Aku masuk ke dalam kamar mandi karena penasaran dengan isinya. Bathtub, bilik shower, closet, dan wastafel yang cukup membuat rileks dengan pilihan warnanya.

My Cool Beauty Influencer (Slow Update)Where stories live. Discover now