Part 2

794 59 0
                                    

Fyi, jika terdapat gaya bahasa yang berbeda dalam dialog, artinya mereka menggunakan percakapan dengan bahasa Inggris.
.
.
.

"Gila, capek banget gue." seru Mariel membantingkan tubuhnya ke sofa. Kamu baru saja sampai di apartment. Aku duduk di sampingnya. Tenggorokanku terasa kering.

"Eh lo mau kemana?" Tanya Mariel saat melihat aku bangkit dari duduk.

"Ke dapur. Haus gue." jawabku yang hanya diberi anggukan olehnya, lalu aku berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas jus apel di dalam lemari pendingin. Setelah itu aku berjalan menuju mini bar dan duduk di situ. Tiba-tiba aku teringat pria yang tadi berada di kafe, ini sangat aneh. Aku yang dari SMA tidak pernah memikirkan tentang cinta dan merasakan hal-hal berbau romantisme, tiba-tiba merasa berdebar hanya karena menatap mata pria itu walaupun hanya sekilas.

Aku tersentak saat merasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. Saat ku menoleh, ternyata dia Mariel.

"Bikin kaget aja sih." omelku

"Hehehe ya maap, lo sih dari tadi kerjaannya ngelamun mulu. Ada apaan sih?" Tanyanya penasaran. Apa aku harus menceritakan pria itu pada Mariel? Aku tidak mau jika dia malah menertawakanku.

"Tuh kan lo diem, berarti emang ada apa-apa. Cerita sini sama gue." ucapnya melihatku tak merespon perkataanya.

"Gue gak papa, Mar." jawabku singkat sambil berjalan menuju kamar.

"Ih gak mungkin, kelihatan banget lo bohongnya." ucapnya tal percaya.

Aku menghela nafas "Bukan hal yang penting, serius deh"
Aku duduk di pinggir tempat tidur.

Mariel duduk d sampingku "Ya seenggaknya lo cerita, cerita gak penting juga gak masalah."

Baik, aku menyerah. Akhirnya kuceritakan semua tentang awal aku melihat pria itu hingga akhir.
"Gilaaa, pasti tu cowok gantengnya kebangetan. Tipe cowok sexy pasti."
Aku mengangkat bahu
"Ya gitu lah, gue bahkan deg-degan waktu mata kita ketemu. Yaampun!" sepertinya jika menceritakan tentang pria itu, memunculkan semangatku.

"Ckckck, jujur gue baru lihat lo kaya begini. Kemana aja lo jaman sekolah?" Ucapnya menggelengkan kepala. Memang benar sih.

"Ya jangan salahin gue juga dong, Mar. Gue juga baru ngerasa sekarang." ucapku tak terima.

"Iya-iya, eh btw kok gue malah justru penasaran sama temennya cowok itu ya. Yang lo bilang dandanannya aneh." Ia tertawa membayangkannya.

"Napa? Lo pengen gebet?" Tanyaku jahil. Dia melotot ke arahku

"Ya enggak lah, gila lo!"

Aku bangkit berdiri "Udah ah, gue mau mandi. Badan gue rasanya udah lengket."

"Neys!" panggil Mariel saat aku menuju ke kamar mandi. Aku menghentikan langkah dan memutar kepalaku ke arahnya memberi tatapan tanya.

Dia tersenyum misterius "Kalau misal lo dikasih kesempatan buat ketemu lagi sama dia, lo mau gak?" Tanyanya membuatku sedikit kaget. Aku diam, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Hanya orang kolot yang gak mau di kasih kesempatan. Dan gue bukan termasuk tipe orang yang kolot." ucapku lalu menutup pintu kamar mandi. Dari dalam aku mendengar suara tawa Mariel.
"Fix lo sekarang ngalamin love at first sight." serunya terbahak. Dasar! Memang dia sahabat kurang ajar.

*
Malam ini aku, Mariel, dan Tante Veena sedang makan malam bersama. Aku baru tahu jika Tante Veena juga menjabat sebagai director di sebuah perusahaan selain menjadi beauty influencer. Kami banyak bercerita.

My Cool Beauty Influencer (Slow Update)Where stories live. Discover now