"Kau kenal dengan Blane dari mana, dear?" tanya Mom Jane saat ia berhasil menarikku ke taman belakang milik keluarga Blane. Taman yang mereka punya lumayan luas dan indah. Terdapat dua kursi berwarna putih dan ayunan besar. Kami memutuskan duduk di kursi putih itu. Taman ini terhubung dengan kolam renang.
"Sebenarnya aku hanya dikenalkan oleh bibi temanku. Karena mereka teman sesama beauty influencer." jawabku tersenyum.
"Kau bukan beauty influencer?" Mom Jane terlihat kaget.
Aku menggeleng "Aku hanya calon mahasiswa saja, Mom."
Mom Jane tersenyum penuh arti. Kenapa perasaanku tidak enak?!"Apa kau menyukai Blane?"
"Eh?!" Apa dia menyadarinya?! Malunya aku!!
"Ah maaf membuatmu kaget. Kau tahu, tadinya aku berharap ia mengenalkanmu padaku sebagai pacarnya." Mom Jane menghembuskan napas berat. Ia menatapku.
"Kau tahu kan kalau Blane-"
Dengan cepat aku mengangguk saat mengetahui apa yang ingin ia pastikan.Mom Jane terlihat lega "Lalu bagaimana menurutmu?"
"Aku tidak masalah dengan orientasi seksualnya." jawabku tersenyum.
Mom Jane tersenyum membalasku. Aku tahu perasaan beliau sebagai seorang ibu jika mengetahui masalah putranya. Itu sangat menyakitkan, tetapi ia berusaha tegar menerimanya. Ia justru terlihat sangat menyayangi Blane. Mom Jane menyandarkan tubuhnya."Akhirnya aku menemukan teman Blane yang masih muda."
Aku mengerutkan kening menatap Mom Jane. "Memangnya ada apa?"
Mom Jane menatapku "Hampir semua teman Blane itu perempuan yang berumur 30tahun. Dan banyak yang terlihat lebih tua dari umurnya sendiri." ucapan Mom Jane membuatku tertawa.
•
Setelah aku dan Mom Jane berbincang di taman belakang, Blane menghampiri kami untuk masuk ke dalam rumah karena hari sudah mulai sore. Aku memutuskan untuk pulang ke apartemen Tante Veena, kasihan Mariel sendiri disana."Selama kau disini, sering-seringlah ke rumah kami" ucap Mom Jane memelukku. Dad Dean juga mengatakan hal yang sama sambil menepuk puncak kepalaku. Mereka benar-benar keluarga yang hangat. Aku belum sempat melihat adik Blane karena kata Blane ia sedang menginap dirumah temannya. Lalu Blane mengantarku pulang.
•
"Gimana kencannya?" Tanya Mariel tiba-tiba saat pintu apartemen terbuka.
Ku cubit lengannya.
"Apa sih ngagetin?! Lagian, kencan nenek lo tua!" jawabku kesal"Ya emang nenek gue udah tua." gumam Mariel yang masih bisa kudengar. Aku berjalan ke sofa dan membantingkan tubuhku di sofa. Lalu kuperhatikan penampilan Mariel.
"Rapi banget, mau kemana?"
Mariel duduk disampingku. "Tadi ketemuan bentar sama Darren di cafe depan apartemen. Eh dianya nanyain lo lagi noh."Kukerutkan kening menatapnya. "Terus lo jawab apa?"
Ia meringis. Pasti ada yang tidak beres.
"Ya gue bilang lo lagi kencan ama seseorang. Eh dianya langsung merengut." nah benarkan. Ini anak memang kelakuan. Ku pukul lengannya kencang.Ia mengaduh.
"Sakit mak!"Aku mendengus "Makanya kalau ngomong mikir dulu"
Mariel hanya cengengesan. Memang kalau memiliki sahabat macam dia harus memiliki kesabaran yang ekstra.•
Hari ini aku dan Mariel janji bertemu dengan Darren di restaurant yang tidak jauh dari apartemen. Kami memang sengaja memilih tempat yang dekat karena malas untuk memakai kendaraan. Jadi kami berdua putuskan untuk berjalan saja. Setelah kami sampai di restaurant yang menjadi tempat tujuan kami, kami berdua langsung mencari meja. Restaurant ini ternyata cukup ramai. Banyak remaja dan orang memakai baju kantoran yang menjadi pengunjung restaurant ini. Kami putuskan untuk duduk di dekat kaca yang menjadi pembatas, agar bisa melihat kedatangan Darren.
YOU ARE READING
My Cool Beauty Influencer (Slow Update)
RomanceIni salah! Tidak seharusnya aku jatuh cinta pada pria yang suka bermake up. Kuulangi sekali lagi, BERMAKE UP! Kegiatan yang harusnya dilakukan oleh seorang wanita. Bahkan dia dikenal banyak orang sebagai beauty influencer. Oh Tuhan! Apa aku sudah ti...