Aku bangun dipagi hari seperti hari-hari sebelumnya. Saking paginya suasana disekitar rumahku masih sunyi. Atau mungkin suasana sunyi ini karena aku hanya tinggal sendirian disini sedangkan keluargaku yang lain tinggal sangat jauh di Jerman sana.
Kusegera turun dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi, mencuci muka kemudian menggosok gigi. Setelahnya turun menuju dapur yang ada di lantai bawah untuk membuat sarapan.
Kuambil sebungkus mie instan. Kubuka, mengeluarkan batangan mie kering didalamnya lalu merebusnya. Sementara menunggu mie yang kurebus melunak, aku teringat dengan mimpi yang kulihat semalam.
Dalam beberapa cerita dan dongeng, mimpi adalah visualisasi dari takdir yang akan seseorang alami dalam kehidupannya. Tapi, dari mimpi seperti itu, apakah aku juga akan mengalaminya? Apakah nantinya aku juga akan berada di pertempuran sebesar itu? Membantai ribuan pasukan sendirian? Aku tidak tahu.
Daripada memikirkan hal itu, sepertinya lebih baik aku segera menyelesaikan masakanku.
Aku kembali menuju kekamar, menyiapkan buku dan alat tulis lalu memasukkannya kedalam tas. Memakai seragam sekolah serta memakai sepatu kemudian kembali turun tanpa melupakan dua buah kunci. Kunci pintu rumah dan kunci pagar. Setelah memastikan aku sudah mengunci kedua garis pertahanan rumahku aku segera berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Sebenarnya aku bisa saja berangkat menggunakan mobil yang ada di garasi, tapi kupikir sebaiknya jalan kaki.
Sesampainya disekolah aku segera menuju kekelas, menaruh tasku dimeja beserta kepalaku diatasnya tanpa mempedulikan keadaan disekitarku. Yang terdengar di telingaku hanyalah sayup-sayup murid lain yang membicarakan tentang kedatangan seorang murid pindahan disekolah ini.
"Hehhh... benarkah itu?"
"Seperti dia orang dari luar negeri."
"Hei, aku melihat seorang gadis cantik tadi!"
"Kira-kira dia akan masuk kelas mana?"
Suasana menjadi sunyi ketika seorang Bu Ratna yang menjadi guru untuk mata pelajaran pertama hari ini memasuki ruang kelas. Tapi mereka diam bukan karena takut guru itu akan marah kalau mereka ribut, tetapi mereka diam karena terpesona oleh seorang perempuan yang mengikuti guru itu.
Perempuan itu berwajah cantik dengan kulit putih yang berpadu dengan mata biru yang terlihat seperti sebuah permata. Memiliki rambut panjang berwarna putih keperakan sepinggang. Cukup tinggi dengan tubuh langsing seperti model membuat keberadaannya benar-benar tidak bisa dibiarkan begitu saja.
"Selamat pagi semuanya, hari ini kita kedatangan seorang murid baru. Nah, ayo perkenalkan dirimu!" ucap Bu Ratna.
"My name is... ehm! Namaku Phoenixia Cerestria Lastnote, aku baru pindah dari Inggris. Mulai hari ini aku akan belajar disini bersama kalian. Semoga kita bisa berteman dan aku mohon kerjasamanya."
"Nah Nixia, tempatilah tempat duduk yang kosong emmm... ah, itu disamping Ricane."
Phoenixia melakukan apa yang seuai guru itu katakan. Tapi entah kenapa guru itu malah mendengus ketika melihat kearahku.
"Hurricane, bisakah kau tidak mengacuhkan keadaan disekitarmu? Padahal ada murid pindahan cantik yang duduk disampingmu."
"Oh maaf saya ketiduran. Bisa Ibu ulangi sekali lagi?" ucapku.
"Terserah. Baik buka halaman 47 lalu kerjakan soal-soal yang ada!" perintah Bu Ratna.
Para murid segera melaksanakan tugas yang baru saja diberikan kepada mereka, termasuk juga diriku dan Phoenixia. Namun beberapa saat kemudian ia justru tersenyum sambil melihat kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Luminescent White Knight
Fantasy#Dalam Proses Remake Ketika beranjak dewasa, para bangsawan malaikat diharuskan untuk memiliki setidaknya satu orang ksatria sebagai pelayan dan pelindung mereka. Umumnya mereka yang akan dipilih adalah malaikat lain yang memiliki kemampuan atau k...