Arc 1, Chapter 2 (Reanimation)

4.1K 295 14
                                    

Ketika aku berjalan pulang sejenak kumelihat kelangit yang sudah mulai memperlihatkan bintang-bintang yang sebelumnya tak terlihat karena terangnya cahaya matahari. Dikiri dan kanan jalan lampu-lampu juga sudah mulai menyala.

Aku ingin segera sampai kerumah, kemudian bersantai sambil menonton TV dan makan kacang. Hari ini cukup melelahkan. Jujur saja Nixia adalah orang yang paling membuatku lelah. Sudah sekitar tiga tahun sejak aku berduel dengan sungguh-sungguh.

Saat akan berbelok arah, aku berhenti sejenak untuk membeli minuman di vending machine. Kumasukkan uangku lalu kupilih soft drink yang berwarna hijau. Setelahnya aku baru melanjutkan perjalanan pulang.

Tapi aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Atmosfer disekitarku terasa lebih berat. Ini belum larut malam, harusnya masih ada banyak orang yang melewati jalan ini. Sial! Aku memasuki sebuah medan batas!

Kukeluarkan pedang kayu dari kain yang menutupinya. Tidak akan terlalu berguna memang, tapi dengannya aku berhasil menangkis sebuah pisau yang dilempar kearah wajahku.

"Sepertinya aku berada dalam keadaan yang cukup buruk," ucapku ketika melihat siapa yang mencoba membunuhku.

~~~

Di sisi Nixia hanya duduk manis didalam mobil yang sedang membawanya dalam perjalanan menuju ke rumahnya yang berada cukup jauh dari sekolah. Nixia hanya melamun sambil melihat keluar jendela.

"Nona, apa ada sesuatu yang mengganggu Anda?" tanya seorang perempuan berseragam maid yang sedang menyetir.

"Tidak juga."

Mulai merasa bosan Nixia mencoba mengambil ponsel yang berada dalam tasnya. Namun, saat itu juga ada sesuatu yang mengganggunya.

"Silvi, putar balik."

~~~

"Aroma darah berasal darinya, vampir ya?" Pikirku sejenak.

"Aroma darah berasal darinya, vampir ya?" Pikirku sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dalam satu kedipan mata dia berada didepanku melayangkan pukulan keras kearahku. Untungnya aku bisa menahannya dengan pedangku. Kucoba untuk memukul kepalanya namun dengan kecepatannya ia berhasil menghindar.

Aku juga merasa cukup kesal. Minuman yang kubeli tumpah sementara aku tidak membawa uang cadangan.

"Untuk seorang manusia, kau cukup sigap. Namun apa yang bisa kau lakukan dengan tongkat itu?" tanyanya sebelum menyerangku kembali.

Aku bisa bertahan sejauh ini, tapi hanya sebatas bertahan, sulit menemukan celah untuk menyerang balik. Sayangnya aku justru menemui kesialan dengan tergelincir oleh kaleng yang kubawa sebelumnya dan saat aku sadar, vampir ini telah mencekik dan mengangkatku dengan satu tangan. Kutendang kepalanya, akhirnya dia melepaskan cengkraman tangannya dari leherku. Lalu kubalas dengan menusuk matanya dengan pedangku hingga hancur dan mengeluarkan darah.

Blue Luminescent White KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang