Arc 1, Chapter 4 (Cahaya dan Kegelapan)

3.5K 288 23
                                    

Saat ini adalah pagi yang tenang di Hesyar. Langit masih gelap serta bulan dan bintang masih bersinar.

Diam-diam aku masuk kedalam kamar dimana Nixia tidur. Aku hanya ingin melihatnya saja, tidak lebih. Setelahnya aku keluar melalui jendela. Dan langsung menuju lokasi untuk melakukan warp menuju Valtair.

Sesampainya di Valtair, aku langsung mencari tempat tinggal Nanaro dengan mengikuti petunjuk di peta yang diberikan oleh Veira. Hingga aku berhenti di sebuah alamat yang disamping pintu gerbangnya tertulis 冬の葉 (Fuyunoha).

"Ini adalah tempat yang ditunjukkan di peta, tapi kenapa nama penghuninya berbeda?" heranku.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk menekan tombol yang ada dibawah tulisan nama tadi. Tak begitu lama, gerbang terbuka diikuti seorang perempuan berambut hitam yang muncul yang mengenakan yukata.

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya padaku.

"Aku mencari Nanaro-san."

"Saya mengerti, silahkan masuk," ucapnya mempersilakan.

Kurasa Fuyunoha adalah nama keluarga milik Nanaro.

Tempat tinggal Nanaro sendiri adalah rumah bergaya Jepang lengkap dengan ornamen-ornamennya. Termasuk taman dengan bambu yang akan berbunyi ketika airnya penuh yang entah apa sebutannya. Juga ada sebuah dojo dihalaman belakang.

"Mohon tunggu sebentar disini. Saya akan memanggil Nanaro-sama."

Sekarang aku menunggu lagi. Sambil menunggu aku bisa melihat sunrise dari sini karena tempat ini berada diatas bukit.

"Kukira siapa, ternyata Ricane-kun. Ada apa sampai kau datang sepagi ini."

~~~

Di Hesyar Nixia menggeliat-liat sebelum akhirnya bangun. Ia mengambil ponselnya untuk melihat jam. Tapi anehnya, ponselnya sekarang berada dalam menu pesan.

"Nixia, ada sesuatu yang harus segera kulakukan. Aku akan kembali secepatnya," bunyi tulisan yang Nixia baca.

Nixia segera bangun dan berjalan menyusuri rumahnya sendiri.

"Nixia, apa yang kau cari sampai berputar-putar seperti itu?" tanya Veira.

"Kakak, apa kau melihat Ricane?" tanya Nixia pada Veira.

"Yang kulihat pagi ini adalah dirimu yang mondar-mandir dari tadi."

"Ya ampun."

~~~

Aku dan Nanaro sekarang berada di sebuah pada padang rumput yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal Nanaro. Sebenarnya ada sebuah dojo di samping rumahnya yang bisa digunakan sebagai tempat latihan. Tapi dia sengaja memilih tempat ini karena dia bilang agar kami bisa lebih leluasa. Tapi hingga detik ini, justru aku malah sengsara.

Aku dan Nanaro sama-sama menggunakan tekhnik pedang Jepang. Dengan aliran yang hampir sama dan dengan senjata yang sama yaitu katana, aku bisa membaca dan menandingi kemampuan berpedangnya.

Sayangnya aku tidak bisa melakukan apapun yang berarti dengan sihirnya. Dikurung didalam penjara es, dibekukan oleh angin dingin, dihempaskan badai salju, dan beberapa hal lain yang justru membuatku depresi karena mengalaminya berulang-ulang hingga hari ini.

"Kita istirahat dulu sebentar," ucapnya.

"Terimakasih banyak!" ucapku langsung berbaring di sembarang tempat.

Kali ini aku benar-benar lelah bertarung melawan seseorang. Aku sampai bisa merasakan denyut nadi diseluruh tubuhku. Bahkan jari-jariku bergetar ketika aku beristirahat.

Blue Luminescent White KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang