4. Him

11.8K 512 2
                                    


Bel pulang sekolah baru saja terdengar di seluruh penjuru sekolah. Setelah guru mata pelajaran terakhir keluar semua murid bergegas untuk pulang.

Alera memasukkan buku-buku yang ada di atas meja ke dalam tasnya yang berwarna biru gelap itu. Ana menghampirinya sudah siap dengan tas pink yang tersampir di kedua bahunya. Setelah Alera rapi dengan buku-bukunya, mereka berjalan berdampingan keluar kelas mereka.

"Besok ga ada tugas kan le?"

Alera menoleh, "Hmm... ga ada kayanya."

"Yes, bisa santai malam ini. Bobo cantiknya ga akan terganggu sama mimpi buruk." Ucap gadis manis di sampingnya itu dengan ceria. Khas dengan gaya kekanakannya.

Koridor lantai tiga masih ramai karena murid-murid lain yang juga baru saja keluar dari kelas mereka masing-masing. Kelas mereka berada di lantai tiga, lantai khusus untuk kelas dua belas.

Ketika akan melewati kelas dua belas IPS 4 mereka melihat beberapa laki-laki keluar dari sana. Para laki-laki dengan segudang pesona yang dengan sengaja mereka sebarkan. Siapa lagi kalau bukan si para pembuat onar, setidaknya begitu bagi Alera.

Mereka hanya sekelompok laki-laki sombong karena bisa dibilang paling berpengaruh di sekolah ini, atau bahkan mungkin di sunia bisnis negri ini. Tentu saja karena orang tua mereka. Most wanted kalau para murid-murid bilang.

"Ih itu ada Dero..." Ana nampak semangat, menatap salah seorang laki-laki disana.

Pandangan Alera mau tak mau ikut menatap ke arah itu. Ada tiga orang laki-laki yang baru saja keluar dari kelas mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan para lelaki tampan dan kaya itu?

Oh ya, Alera jadi ingat kejadian istirahat tadi ketika dia bertemu dengan dengan Ivan. Entah pertemuan itu kebetulan atau tidak. Dia jadi teringat janji yang dibuatnya pada laki-laki itu. sebenarnya dia tidak mau berjanji, tapi itu hanya agar bukunya dapat kembali dan dia terhindar dari hukuman, dia mengucapkan janji itu secara spontan.

'Ah masa bodo dengan janji itu', batinnya. Lagi pula dia tidak peduli, bisa saja laki-laki itu hanya mempermainkannya saja.

Setelah mereka sampai di gerbang sekolah Ana berpamitan karena sudah dijemput oleh supir keluarganya. Dan tinggallah Alera sendiri yang berdiri di pinggir jalan dekat gerbang, menunggu kakak tercinta yang akan menjemputnya. Tapi tentu saja Mark baru akan datang ketika sekolah sudah sepi, sesuai permintaannya.

Lama menunggu dan ini cukup melelahkan. Alera menoleh melihat sekolahnya yang sudah sepi, tidak sepenuhnya karena masih ada beberapa murid yang masih terlihat.

Tiba-tiba dia mendengar suatra klakson mobil yang entah kapan sudah berada di dekatnya. Kaca mobil itu diturunkan dan menampilkan wajah tampan seorang lelaki yang sudah ditunggunya sedari tadi.

"Ayo dek."

Tanpa menunggu apapun Alera membuka pintu disebelah pengemudi dan segera masuk ke dalam.

Dan di saat yang bersamaan, tanpa mereka ketahui. Seorang laki-laki melihat kejadian barusan, dia mengangkat sebelah alisnya. Tapi kemudian keningnya berkerut tak suka. Tak ada yang dilakukannya, hanya berdiri diam di tempatnya sambil memandang mobil putih itu berlalu meninggalkan gerbang sekolahnya.

***

Mark yang berjalan lebih dulu di depan Alera menghela nafasnya begitu memasuki ruang utama rumah mereka. lelaki berumur hampir menginjak dua puluh tahun itu langsung menjatuhkan yubuhnya ke atas sofa putih besar yang ada di sana.

Dia melirik adiknya yang sedang melangkah hendak menaiki tangga.

"Sht!"

Dia menepuk-nepuk bagian kosong di sampingnya, mengisyaratkan agar Alera duduk disana. Dan tanpa berfikir panjang gadis itu menurutinya.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang