Prolog

33.2K 813 0
                                    

Di dalam sebuah balroom megah yang di desain sedemikian mewah, terlihat perempuan-perempuan dengan gaun mewah dan perhiasan yang melekat di tubuh mereka, juga para lelaki bertuxedo.

Sebuah perayaan ulang tahun salah satu perusahaan tersohor di negri ini di adakan di sana. Dengan konsep pesta topeng, semua orang memakai topeng sehingga tak terlihat wajah seperti apa yang ada dibaliknya.

Di salah satu sudut ruangan yang terdapat sofa besar, berkumpul beberapa orang yang sedang bercengkrama. Lelaki paruh baya yang masih gagah dan tampan duduk di sofa single diantara mereka, nampak tenang dengan segelas wine di tangannya.

"Pokoknya tahun depan papa mau kamu kuliah jurusan bisnis. Kamu harus handal di bidang ini, jangan ngandelin kak Mark aja dan jangan malu-maluin papa."

"Ya... ya... Ale tau itu maunya papa dari dulu." jawab seorang gadis dengan gaun berwarna peach namun terkesan mewah dengan hiasan permata-permata kecil di bagian pinggangnya.

"Yaudah kamu siap-siap gih. sebentar lagi dansanya mulai, cari pasangan sana. Anaknya temen papa ganteng-ganteng lho."

"Ngapain aku nyari-nyari? Kan ada the only one my brother." ucap gadis yang dipanggil Ale itu sambil tersenyum lebar pada sang kakak yang duduk tenang di hadapannya, sedangkan Mark hanya berdecih.

"Para hadirin, tamu undangan yang terhormat. Acara dansa akan kita mulai, harap untuk menentukan pasangan masing-masing dan segera menuju ke tengah ruangan." suara mc terdengar mengintrupsi semua orang yang hadir disana.

Setelah berada di tengah ruangan sepasang adik kakak itu berdiri berhadapan. Begitu musik di mulai semua orang mulai berdansa.

Mata hitam gadis itu menelusuri seisi ruangan dan tersenyum kecil ketika melihat pasangan kedua orangtuanya.

"Papa sama mama kaya anak muda aja. Dapat ide dari mana coba papa pake konsep pesta topeng gini?" ujarnya pada sang Kakak.

"Ya... tapi seru juga sih. Dan kamu harusnya berterima kasih dek, soalnya muka jelek kamu jadi ga keliatan."

Sedangkan gadis bertopeng putih dengan hiasan bulu dan kristal itu hanya mendelik.

Musik terjeda beberapa detik, tanda untuk bertukar pasangan. Mau tak mau Ale terpisah dengan sang kakak.

"Daah.." ucap Mark seraya melepas tangan halus adiknya

Gadis itu memutar tububnya ke samping. Kemudian dirasakannya sebuah tangan melingkari pinggangnya. Gadis itu tersenyum sopan ketika melihat wajah yang setengah terbubgkus topeng berwarana silver itu.

Kalau dilihat dari postur tubuh dan penampilannya lelaki ini masih remaja, sama seperti dirinya.

Gaun peach yang menjuntai sampai mata kakinya berayun seiring gerakan tubuhnya yang lembut. Mata cokelat itu terus menatapnya tanpa henti. Menyadari itu dia mengangkat pandangannya, membalas tatapan tersebut. Hanya keheningan diantara mereka. Sampai akhirnya tiba-tiba tangan lelaki itu menyentuh sisi bawah topengnya. Seakan mengetahui jalan fikiran lelaki itu reflek dia memegang tangan kokoh yang sudah berhasil sedikit mengangkat topengnya.

Gadis itu bergeleng, "Untuk apa kita diharuskan memakai topeng kalau semua orang bisa bebas membuka topeng orang lain?"

Lelaki itu berkedip "Oh maaf. Tiba-tiba aja tangan saya bergerak, saya ga sadar. Sekali lagi maaf."

Dan gadis itu hanya tersenyum. Sebenarnya lelaki itu bukan berkata bohong, entah apa yang difikirkannya tangannya bergerak begitu saja untuk membuka topeng itu. Hatinya tergelitik untuk mengetahui wajah dibaliknya. Sejak pertama gadis itu tersenyum padanya dia seakan terhipnotis. Matanya selalu ingin menyelami mata hitam yang bersinar indah itu.

Musik kembali terhenti tanda untuk bertukar pasangan. Dengan perasaan tak rela lelaki itu melepaskan tangan lembut yang nyaman untuk digenggamnya itu.

***

Seorang laki-laki berjalan dengan santainya memasuki gerbang sekolah, padahal sudah sepuluh menit bel masuk berlalu. Yah... Maklum saja dia anak dari salah satu penyumbang dana terbesar di sekolah ini. Siapapun akan segan dengannya.

"Wait.. Wait." Ucapnya sambil melepas kacamata hitamnya

Penjaga sekolah yang hendak menutup gerbang berhenti dari kegiatannya.

"Eh den Ivan. Ayo den cepetan, udah bel dari tadi."

"Saya juga tau kali." Jawabnya acuh lalu kembali berjalan dengan santainya

Sambil bersenandung kecil lelaki itu melangkahkan kakinya di lorong sekolah yang sudah sepi. Mata cokelatnya menelusuri dinding bercat krem di kedua sisinya.

"Eh!" Seketika langkahnya terhenti saat dia mengingat sesuatu

"Sekarangkan pelajarannya Pak Budiman, si guru killer yang gila on time. Mana ulangan lagi, mampus gue!"

Dengan kekuatan yg dia punya dia segera berlari secepat mungkin menuju kelasnya. Dan tiba-tiba...

Brukk

"Aagh shit! F*ck you!" umpatnya kesal

"Ck."

Mendengar decakan itu Ivan mengangkat kepalanya untuk melihat wajah orang yang baru saja memabraknya. Sedangkan gadis itu menunjukkan wajah tak sukanya dengan kening yang berkerut.

"Punya mata ga lo?! Kalo jalan liat liat!"

"Apa Sih?"

Hanya itu yang diucapkan sang gadis. Kemudian dia berlalu begitu saja. Melihat respon itu Ivan bingung sekaligus kesal.

"Woy ga tau diri lo! Minta maaf Kek!"

Gadis itu menghentikan langkahnya lalu berbalik. Mata hitamnya menatap sosok tampan dihadapannya dengan santai tetapi terkesan tajam.

"Lo yang salah. Udah telat, lari-larian, nabrak gue malah marah-marah." ucapnya dengan wajah datar

Ivan mengernyit tak suka. Beraninya gadis ini, dalam hatinya. Siapa sih yang tak kenal Giovano Nasution? Atau gadis ini bodoh mau cari mati dengannya?

Gadis itu kembali menoleh setelah sempat berbalik badan sebelumnya.

"Oh ya one more. Jangan teriak-teriakan, ini bukan hutan, nyet."

Gadis itu pun kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Ivan yang terbengong di tenpatnya. Lelaki itu mencerna perkataan gadis itu barusan.

"Anjir, maksud dia gua monyet? Ah shit! Awas tu cewe!" Umpatnya sambil terus memandang tajam punggung gadis yang terus menjauh dari pandangannya itu.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang