20. Dinner

8.4K 363 7
                                    

Alera Pov.

Mataku memandang ke luar jendela. Suasana jalan raya di malam hari tetap ramai walau langit sudah gelap dan udara dingin. Orang-orang masih ramai beralu lalang. Aku menoleh pada Ana di samping ku yang asik memainkan hand phonenya.

"Na, masih jauh ga?"

Ana mengankat pandangannya dari hand phone untuk menatapku sekilas lalu beralih melihat jalanan ke luar jendela.

"Engga, dikit lagi kok. Paling lima menit lagi juga sampe."

Kami sedang dalam perjalanan ke rumah Rasti. Dia salah satu temanku, maksud ku murid di Samudera Angkasa, seangkatan dengan ku. Aku tidak terlalu dekat dengannya. Malam ini ada acara pesta ulang tahun ke tujuh belasnya.

Mobil pun berhenti di pekarangan luas rumah Rasti. Sebelum keluar Ana berpesan pada supirnya untuk menjemput kami pukul sembilan nanti saat acara selesai, lalu kami segera turun.

 Sebelum keluar Ana berpesan pada supirnya untuk menjemput kami pukul sembilan nanti saat acara selesai, lalu kami segera turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin malam yang berhembus langsung mengenai kulitku yang tak tertutup. Saat ini aku memakai dress selutut tanpa lengan. Aku memperhatikan bangunan di hadapan ku. Sangat mewah. Walau rumahku lebih besar tapi aku akui rumah ini lebih mewah dengan arsitektur bergaya eropa yang terlihat kokoh.

Kami melangkah menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai pintu utama. Pintu besar itu terbuka lebar dengan dua orang berpakaian serba hitam di kedua sisinya. Dan begitu aku menginjakkan kakiku di dalamnya lampu-lampu terang dalam ruangan itu langsung tertangkap oleh retina mataku.

Aku hanya berjalan di sebelah Ana, mengikutinya kemanapun dia melangkah. Sedangkan mataku sibuk memperhatikan sekitar. Dia mengundang satu angkatan di acara ini pantas saja di sini sangat ramai.

"Haaii! Iih cantik-cantik." aku menoleh mendengar suara perempuan dari depan ku

Beberapa teman sekelasku sedang berkumpul di salah satu sisi ruangan. Ana tersenyum kemudian membalas sapaan mereka. Aku hanya tersenyum memperhatikan mereka karena memang aku juga tak dekat dengan satu pun dari mereka seperti aku dekat dengan Ana. Mereka yang menjaga jarak dengan ku karena yang mereka tahu aku ini miskin. Yeah anggap saja begitu.

"Eh Alera cantik deh malam ini." lanjutnya lagi. Entah itu pujian atau sindiran, aku hanya tersenyum.

Selanjutnya kami asik berbasa-basi. Kami? Ya... aku juga ikut di dalamnya, hanya sekedar menanggapi beberapa pertanyaan yang dilontarkan pada ku. Sampai aku menoleh karena merasakan seseorang memegang bahuku dari belakang.

"Daffa?" Dia tersenyum.

Dapat ku rasakan beberapa temanku saling menyikut begitu melihat Daffa, apa lagi yang pertama disapanya adalah aku. Sejak Daffa pindah ke sekolah kami memang dia selalu menempel pada ku. Aku bukan tak tahu kalau mereka membicarakan kedekatan ku dan Daffa. Karena yang mereka tahu akhir-akhir ini aku selalu bersama Ivan.

"Temenin gue ke situ yuk."

Aku menoleh pada Ana, dia mengangguk. Aku menduk sekilas pada yang lain sebagai tanda permisi dan mereka pun balas tersenyum. Segera ku tarik lengan Daffa untuk menjauh dari sana.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang