4. Sahabat Dari Hutan

292 11 0
                                    

Jauh di dalam hutan, Amelia terbangun dari tidurnya ketika Nenek Frida datang membawakan makanan untuknya.

"Selamat pagi," sapa Nenek Frida. "Apakah tidurmu nyenyak?"

"Ya," kata Amelia. "Dan kurasa aku telah baikan. Terima kasih, Nek, karena sudah merawatku."

"Sama-sama, Sayang. Tapi kau masih butuh istirahat. Nanti bila kau sudah pulih benar, kau bisa kembali ke rumahmu."

Amelia termangu. "Tapi kurasa lebih baik aku tidak pulang ke rumah."

"Mengapa begitu, Amelia?"

"Kedua saudari tiriku sangat membenciku. Aku takut mereka akan kembali berbuat sesuatu padaku."

Nenek Frida mengusap kepala Amelia. "Jangan sedih, Amelia. Kalau kau mau kau bisa tinggal disini. Janganlah merasa sungkan. Bila kau butuh sesuatu, tinggal bilang pada kami. Anggap saja ini rumahmu sendiri."

Sejak saat itu, tinggalah Amelia di pondok Nenek Frida. Di dalam hutan, Amelia seperti menemukan sebuah dunia baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Begitu banyak hal yang menarik disana. Amelia juga tak menyangka bahwa dirinya bakal bersahabat dengan Groll, Peri ungu yang selama ini ditakuti oleh penduduk di sekitar hutan. Ternyata Groll adalah makhluk yang baik hati. Ia tidaklah seburuk yang orang kira.

Hari-hari selama berada di dalam hutan terasa begitu menyenangkan bagi Amelia. Walaupun begitu, ia juga sangat merindukan Ibu Rosie, dan ingin sekali dapat kembali ke rumah. Tapi ia khawatir kalau-kalau Lucie dan Luna mencelakakan dirinya lagi. Jadi Amelia berpikir, mungkin sebaiknya ia menyingkir saja dari rumah.

Pada suatu hari, Amelia, Groll, dan Puri bermain-main di bagian hutan yang cukup terpencil. Setelah Amelia pulih seperti sedia kala, Groll memang sering mengajaknya menjelajahi hutan untuk menemukan tempat-tempat yang menarik disana. Siang itu, tanpa sengaja mereka melintasi suatu kompleks bangunan kuil tua yang cukup megah namun sudah tak terurus. Nenek Frida pernah berpesan pada Groll agar jangan sekali-kali bermain di kuil tersebut. Menurut Nenek Frida, tempat itu mengandung kutukan. Baru saja Groll hendak mengajak mereka untuk pergi dari situ, tahu-tahu Amelia sudah berada di area kuil sambil melambaikan tangan.

"Ayo, teman-teman! Kita main petak umpet disini!" serunya.

"Amelia, Kembalilah! Tidak baik bermain disana!" Groll coba memperingatkan.

"Ayolah, Groll. Tak ada salahnya kita bermain-main disana sebentar. Sekarang mulailah menghitung sampai seratus." Puri dengan riang berlari menuju kuil, menyusul Amelia.

"Sial! Aku tak percaya ini terjadi," gerutu Groll. "Nenek Frida pasti akan memarahiku."

Di dalam kuil, Amelia berusaha mencari tempat persembunyian terbaik. Ketika sedang menjelajahi tempat itu, tanpa sengaja ia menemukan sebuah pintu besar yang di tengah-tengahnya terdapat semacam hiasan berbentuk bundar. Amelia merasa tertarik dan coba menyentuhnya. Ternyata hiasan itu dapat diputar-putar sedemikian rupa. Ketika Amelia sedang asyik memainkan hiasan tersebut, tiba-tiba saja pintu besar itu terbuka dengan sendirinya.

Amelia terkesima. "Wow, ini pasti semacam ruang rahasia. Coba kulihat ada apa di dalam sana."

Dengan sikap hati-hati, Amelia melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam. Ternyata ruangan rahasia itu begitu luas. Pada saat menelusuri ruangan tersebut, Amelia melihat sebuah piala besar dari tembaga yang terpajang di atas meja batu. Amelia ingin sekedar menimang-nimang piala tersebut. Tapi ternyata ia tak kuasa untuk mengangkatnya.

"Hm, sungguh aneh," gumam Amelia, heran. "Apa isi piala ini? Kenapa terasa berat sekali?" Ia berusaha membuka tutup piala untuk mencari tahu. Begitu tutup piala berhasil dibuka, sekonyong-konyong tubuh Amelia terpental, bersamaan dengan keluarnya asap tebal yang membumbung tinggi dari dalam piala.

Sahabat Dari HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang