Jauh di bawah Negeri Tinggi, di suatu hutan rimba yang sangat luas di Negeri Alazar, hiduplah seorang wanita tua bernama Frida. Ia tinggal seorang diri di tengah hutan tanpa sanak saudara. Meski demikian, Nenek Frida tak pernah merasa kesepian. Puri, kucing kesayangannya yang dapat berbicara, selalu setia menemaninya. Selain itu binatang-binatang hutan yang jinak sering berkeliaran di sekitar pondoknya.
Pada suatu hari, Nenek Frida berjalan-jalan di hutan sambil bernyanyi-nyanyi dengan riang. Hari itu ia ingin sekali membuat hidangan dari buah-buahan. Makanya ia keluar untuk mencari buah-buahan segar yang diinginkannya. Seperti biasa, Puri senantiasa menemani majikannya tersebut.
Ketika sedang menyusuri hutan, tiba-tiba Nenek Frida melihat sesuatu yang bekerlip di kejauhan. Nenek Frida merasa tertarik dengan benda mencurigakan itu. Ia pun bergegas melangkahkan kakinya untuk mencari tahu. Setelah menemukannya, Nenek Frida langsung terpana. Sementara Puri menjerit kaget dan cepat-cepat bersembunyi di belakang Sang Nenek. Di hadapan mereka teronggok sebuah gelembung yang cukup besar dengan sesosok bayi bertanduk berkulit ungu di dalamnya. Itu adalah Elmar! Putra Vega dan Yodar dari Negeri Tinggi.
"Ayo, Nek! Lebih baik kita tinggalkan saja dia!" seru Puri sambil sesekali mengintip.
Dengan mata berbinar-binar, bayi itu menatap Nenek Frida seraya mengulurkan tangannya, seperti mengisyaratkan agar Nenek Frida mau mengambilnya. Nenek Frida tersenyum. Di hatinya timbul rasa sayang dan iba pada bayi tersebut. Sudah lama Nenek Frida ingin mengasuh seorang anak yang kelak akan merawat dan menjaga dirinya.
"Jangan takut, Puri. Bayi ini tak berbahaya."
"Apa Nenek bercanda? Bayi itu terlihat menakutkan mirip iblis!"
"Ya. Tapi bisa kupastikan bayi ini bukanlah dari golongan makhluk jahat. Lihat saja bentuk kupingnya yang meruncing. Dia adalah bayi Peri langit.
Puri melongokkan kepala untuk mengamati bayi itu dengan lebih seksama. "Hm, benar juga. Tapi kenapa Peri langit bisa berwujud seperti itu? Setahuku, mereka adalah makhluk yang memiliki jasmani yang indah dan sempurna. Sungguh aneh," katanya.
"Entahlah, Puri. Kasihan sekali bayi ini. Ia pasti dibuang dari Negeri Tinggi oleh para Peri. Aku akan mengasuh dan merawatnya."
Nenek Frida mengusap-usap kepala bayi itu dengan lembut. "Bayi kecil yang manis, engkau sekarang kuberi nama Groll. Bagaimana? Kau suka?" ujarnya. Bayi itu tertawa dengan riang. Sepertinya ia juga sangat senang bertemu Nenek Frida.
Sejak saat itu, Elmar yang kini berganti nama menjadi Groll diasuh dan dibesarkan oleh Nenek Frida dengan penuh kasih sayang. Pada awalnya, Nenek Frida sempat kewalahan dalam merawat Groll. Namun seiring berjalannya waktu, wanita tua itu menjadi terbiasa. Kehadiran Groll telah menjadikan pondoknya terasa lebih ramai.
Tahun demi tahun berlalu, dan Groll mulai beranjak dewasa. Tubuhnya kini berkembang menjadi tinggi besar dan berotot. Perawakannya lebih besar daripada ukuran tubuh Peri dan manusia pada umumnya. Meski penampilannya terlihat menakutkan, namun hatinya sangat lembut. Ia bahkan tak pernah melukai seekor semut. Nenek Frida memang senantiasa mengajarkan tentang kebaikan pada Groll. Oleh sebab itu, Groll tumbuh menjadi sosok yang baik hati dan penurut. Karena sifat dan sikapnya yang terpuji itu, Groll memiliki banyak teman di hutan. Suasana disana memang sungguh menyenangkan.
Bersamaan dengan itu, Groll mulai menjadi buah bibir di kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Para penduduk yakin jika Groll sangat menyukai daging manusia, seperti halnya golongan Peri jahat. Tak urung hal itu membuat mereka menjadi ketakutan dan tak berani lagi masuk ke dalam hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Dari Hutan
FantasiaAmelia dijerumuskan ke dalam hutan terlarang oleh dua saudari tirinya yang jahat. Di dalam hutan, Amelia bertemu dengan Groll, Peri ungu yang ditakuti oleh penduduk sekitar hutan. Namun ternyata Groll adalah makhluk yang baik hati. Ia hidup bersama...