8. Sahabat Terbaik Selamanya

199 13 0
                                    

Tanpa terasa, satu tahun telah berlalu, dan kini Amelia hidup bahagia di kota bersama Ibu Rosie beserta kedua saudarinya. Walaupun begitu, ia juga sangat merindukan Nenek Frida dan ingin sekali pergi ke hutan untuk mengunjunginya. Maka saat tiba liburan panjang, Amelia pun meminta izin kepada Ibu Rosie untuk pergi ke hutan.

"Tentu saja boleh, Sayang," kata Ibu Rosie. "Tapi Ibu minta agar kau berhati-hati, karena perjalanan kesana sangat jauh."

"Jangan khawatir, Ibu. Saya bisa menjaga diri. Apalagi ada Pak Kusir yang akan mengantarkan sampai kesana."

"Baiklah, Amelia. Kalau begitu, Ibu akan mempersiapkan segala keperluanmu."

"Terima kasih, Ibu. Saya berjanji tidak akan berlama-lama disana."

Maka berangkatlah Amelia dengan kereta kuda menuju hutan. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan Nenek Frida dan juga Puri. Ini pasti akan jadi liburan yang menyenangkan. Ketika tiba di pondok itu, ia langsung disambut dengan penuh suka cita oleh Nenek Frida dan Puri.

"Halo! Halo!" sapa Amelia dengan berseri-seri.

"Halo, Amelia!" balas Nenek Frida. "Oh, Nenek senang sekali kau datang kemari. Kami sangat merindukanmu."

"Dan kami punya sebuah kejutan untukmu," ujar Puri.

"Oh ya? Kejutan apakah itu?"

Nenek Frida tersenyum. "Mari, Amelia. Nenek akan tunjukkan padamu."

Nenek Frida mengajak Amelia pergi ke tempat air terjun. Ketika sampai disana, Amelia sontak tercengang. Ia melihat sesosok makhluk ungu bertubuh tinggi besar yang sedang berendam di bawah air terjun. Itu adalah Groll! Amelia hampir-hampir tak dapat mempercayainya.

"Groll!" panggil Amelia dengan hati gembira.

Groll menoleh dan wajahnya langsung berseri-seri ketika melihat siapa yang memanggilnya. "Amelia! Benarkah itu kau!"

Amelia sungguh tak menyangka dirinya akan kembali bertemu kembali dengan Groll. Tentu saja ia merasa sangat senang. Kini Groll benar-benar telah terbebas dari kutukan. Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Bukankah waktu itu Sang Naga tiba-tiba lenyap setelah menelan pil ajaib.

"Cara kerja pil ajaib memang aneh," kata Nenek Frida. "Sekitar dua bulan yang lalu, Groll mendadak muncul tanpa terduga. Aku mendapatinya tergeletak pingsan di hutan."

"Tapi yang terpenting Groll telah kembali seperti sedia kala," ujar Amelia.

"Aku masih ingat kejadian waktu itu di kuil," kata Groll. "Dalam perjalanan pulang, mendadak aku mengalami sesuatu, dan setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi."

"Apa yang terjadi padaku memang suatu hal yang sangat buruk. Apalagi sifat Periku membuat monster itu menjadi sangat kuat. Andai saja aku bisa meminta maaf pada seluruh penduduk Bumi Raya." Groll merasa bersalah.

Amelia menepuk lengan Groll. "Pada saat kau berubah menjadi Sang Naga, makhluk itu bukanlah dirimu, Groll. Dan semua ini tidak akan terjadi apabila aku tidak membuka piala itu."

"Ya, sekuat apapun makhluk itu hingga sampai-sampai tak ada yang sanggup menaklukkannya, ia tidaklah cukup kuat menghadapi orang tuaku dan sahabatku." Groll tersenyum. "Aku sungguh beruntung memiliki kalian."

Suasana di pondok bertambah meriah ketika Tabib Fakir tiba-tiba datang berkunjung. Ia pun terkejut saat melihat sosok Groll. Setelah mendapat penjelasan, ia turut bersorak gembira. "Aha! Kubilang juga apa. Tak ada yang salah dengan pil ajaib, bukan?" ujarnya.

"Ya," kata Amelia. "Petunjuk Sang Penyihir memang tepat. Kau memang seorang Tabib yang hebat, Tuan Fakir!"

Hari itu mereka semua berbahagia. Amelia sungguh bersyukur karena Groll telah kembali seperti sedia kala. Kini ia ingin menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang bersama sahabat-sahabatnya tercinta.

TAMAT

Sahabat Dari HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang