1.0 : Helaian Rasa yang Pertama

121 17 2
                                    

Helaian Rasa yang Pertama
'Debar yang Pertama'

Cerita ini dimulai saat aku pertama masuk sekolah. Lebih tepatnya, aku masuk ke SMA. Dengan bermodal mengenal satu orang, Bella, temanku tiga tahun saat aku SMP, aku merasa lebih baik sebelumnya. Tidak seperti saat pertama kali masuk SMP dan tidak mengenal siapapun.

Tetapi, aku orangnya tidak anti-sosial, kok. Aku berkenalan dengan banyak orang. Salah satunya ya Bella. Kami masih berteman baik hingga sekarang.

Iya 'kan? Apa aku bilang?

Dan saat itu aku sedang duduk mendengarkan kepala sekolah baruku berbicara ini dan itu. Percayalah, jika kuberitahu apa isi dari perkataan kepala sekolahku, kau pasti tak akan mau membaca ini lagi. Duarius deh.

Lalu aku agak berbincang - bincang sedikit dengan Bella. Seperti,

"Lo ngantuk nggak, Bell?"

"Nggak usah ditanya mah udah kelihatan dari wajah gue kali, Ren."

Atau,

"Lo pegel nggak, Bell?"

"PANTAT GUE PEDES SEDARI TADI."

Dilihat dari segi bicaranya sih, dia terlihat orang dengan mode yang sangat heboh nan periang. Entahlah, menurutku begitu. Aku tak tahu menurut kalian bagaimana. Dan dia sangat seru. Kau ingin tahu bagaimana orangnya? Baiklah akan kuberitahu. Tetapi, awas saja ya jika kau memberitahukan rahasia ini ke Bella!

Oke jika kau menginginkan deskripsi singkat tentang Bella. Nama lengkapnya adalah Christabella Deandra. Dari kata yang terkandung dalam namanya, dapat terlihat bahwa ia beragama Nasrani. Bella juga lahir tanggal 25 Desember. Terlihat juga dari segi namanya 'kan? Orang tuanya sangat seperfeksionis ini ya ternyata saat memberi nama pada anaknya.

Dan hei! Dia cantik juga, omong - omong. Warna rambutnya light brown dengan kulitnya yang kuning langsat. Ia memiliki bibir yang berwarna merah muda. Ia memiliki lesung pipit saat tersenyum. Semakin membuatnya tampak mempesona. Tapi kalian jangan lupakan aku ya!

Dan setelah kepala sekolahku bicara panjang lebar tentang ini dan itu, semua siswa mulai masuk ke koloninya masing - masing. Terlihat seperti semut yang sedang ke sana - ke mari.

Bayangkan saja siswa yang berjumlah lima ratus empat orang hanya bisa keluar melalui satu pintu saja. Sangat lama untuk keluar 'kan?

Dari kejauhan aku melihat laki - laki yang juga sama murid barunya denganku. Ia tampak bercanda gurau dengan teman laki - lakinya yang lain. Senyumnya mengembang saat sedang berbincang dan entah kenapa aku.. ehem. Merasakan sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Jantungku berpacu sangat cepat layaknya sedang mengikuti lomba pacuan kuda. Aku menjadi salah tingkah dan tak tahu harus berbuat apa. Aku bolak - balik menggigiti bibirku yang bagian bawah. Pernapasanku agak tercekat. Entah mengapa otakku menyutuh tubuhku melakukan hal ini, padahal tidak ku suruh. Itu di luar kendaliku.

"Ren?" kata Bella tiba - tiba saat kami sedang mengantre keluar dari pintu.

"Kenapa, Bell?" kataku bertanya.

"Itu kenapa pipi lo jadi rada merah gitu ya? Ini imajinasi gue apa gimana? Jangan - jangan lo pake blush on, lagi? Biasanya 'kan lo enggak suka model gitu - gituan 'kan?"

Deg.

Aku mulai blushing ternyata. Dan huft untung saja Bella tidak menyadari jika aku sedang memperhatikan si Tuan Misterius itu.

Unbroken ReachableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang